Senin, 26 November 2018

Wanseponetaim in Maluku: dari Pantai ke Pantai

Hari Selasa yang lalu aku mendapat tugas ke Ambon, Maluku dengan dua rekan kantor. Berhubung tugasnya berbicara di depan umum, kontribusiku sangat sedikit. Yang banyak berperan adalah dua rekan kantorku dan rekan-rekan kantor provinsi. Sepertinya peranku yang signifikan hanya membantu membawakan souvenir yang berat.

Minggu, 30 September 2018

Bahasa Campur

Melihat lelucon tentang bahasa campur-campur anak Jaksel yang banyak dibicarakan di media sosial, aku jadi teringat kebiasaanku yang mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa ngapak. Kalau tidak salah sewaktu aku SMP atau SMA mulai muncul fasilitas bilingual pada salah satu televisi berbayar. Dan pada masa itu pula kami kadang-kadang iseng mencampur bahasa Indonesia dan bahasa Jawa ngapak dalam satu kalimat dan menyebutnya bilingual. Misalnya "Kamu dikandhani nggak nggugu, sih!" Tujuannya apa mencampur bahasa seperti itu? Biar keren? Haha, tentu tidak. Alasan utamanya ya bercanda. Namun, makin lucu ya makin keren, sih. Sampai sekarang aku masih senang menggunakan bahasa campur seperti itu karena lucu. Sayangnya tidak ada lawan bicara yang bisa diajak berbahasa ngawur seperti itu.

Minggu, 26 Agustus 2018

Jangan Cari Data-data Ini di BPS

Sepertinya selama ini banyak yang beranggapan bahwa segala jenis data ada di BPS. Namanya juga Badan Pusat Statistik. Pada kenyataannya, tidak semua data ada di BPS. Data yang tidak dimiliki ataupun didiseminasikan oleh BPS tetapi sering ditanyakan biasanya statistik sektoral, data individu, dan data survei kerja sama.

Selasa, 21 Agustus 2018

Yang Tak Diingat

Ada banyak hal yang kita peroleh atau kita miliki tanpa kita syukuri. Kalau kata bule Inggris, we take for granted. Kita menganggap hal itu sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya ada. Begitu hal itu tidak ada, langsung terasa pentingnya. Orang di Jakarta mungkin biasa saja menikmati listrik yang tersedia 24 jam dalam sehari. Begitu ada pemadaman beberapa jam, baru terasa betapa mewahnya bisa menikmati ketersediaan listrik selama 24 jam. Begitu pun dengan air bersih. Begitu air ledeng tidak mengalir, baru kita sadari betapa berharganya air.

Minggu, 12 Agustus 2018

Senin, 30 Juli 2018

Wanseponetaim in Belitung: Pantai Pasir dan Pantai Leebong

Setelah jalan-jalan ke Tanjung Tinggi, besoknya aku kembali nunut orang-orang jalan-jalan. Tujuan selanjutnya adalah Pulau Leebong. Untuk menuju Pulau Leebong, kami harus naik bus dulu ke pelabuhan. Aku lupa perjalanan ke pelabuhan memakan waktu setengah jam atau satu jam. Nama pelabuhannya apa? Hehe, aku lupa. Pokoknya seperti ini pelabuhannya.

Pelabuhan

Sabtu, 14 Juli 2018

Nyapa Nggak, Ya?

Sombong! Biasanya begitu komentar orang-orang kepadaku. Bukan sombong dalam arti menganggap diri lebih baik tetapi sombong dalam arti tidak mau menyapa. Aku memang sulit sekali menyapa orang. Biasanya aku merasa canggung mau menyapa seseorang meskipun aku mengenalnya. Karena canggung dan bingung bagaimana harus menyapa, biasanya kalau bertemu teman yang sudah akrab yang kulakukan adalah melakukan hal aneh seperti menepuk, mencubit, atau melambaikan tangan tepat di depan wajah temanku itu.

Senin, 09 Juli 2018

Wanseponetaim in Belitung: Pantai Tanjung Tinggi

Sabtu kemarin aku nunut rekan-rekan IPDS Babel jalan-jalan ke Pantai Tanjung Tinggi, Belitung. Pantai tersebut merupakan lokasi syuting film Laskar Pelangi.

Perjalanan dari Tanjung Pandan ke Tanjung Tinggi ternyata lumayan lama. Sekitar setengah jam atau satu jam, ya? Pokoknya lama. Jalannya juga berbelok-belok. Namun, tidak separah perjalanan Blangpidie-Medan. Bahkan sepertinya tidak separah jalan berkelok-kelok di Nagan Raya yang sering kulewati saat pergi ke Banda Aceh.

Kamis, 28 Juni 2018

Lama Tidak Menulis di Blog

Tidak terasa bulan Mei terlewati tanpa satu tulisan pun di blog ini. Bulan Juni sudah hampir berakhir pun masih belum ada yang kutuliskan di sini. Kenapa? Sibuk. Pekerjaan di kantor menumpuk. Hehehe, itu semua hanya dusta. Pekerjaanku tidak menumpuk, kok. Hanya sering membuatku bingung. Sepertinya bulan Ramadan juga turut andil dalam membuatku tidak menulis. Sibuk ibadah? Nggak juga. Aku cuma sibuk memilih-milih menu berbuka dan memikirkan menu makan sahur. Kesibukan lain? Buanyaaak! Menonton drama, menonton anime, menonton variety show, dan masih banyak jadwal menonton yang lain.

Kamis, 26 April 2018

Ngulik Lirik Lagu "When I Saw You" (Hwayugi)

Sudah lama tidak membuat tulisan ngulik lirik lagu Korea. Tulisan ngulik lirik lagu Geu Namja malah belum kuselesaikan dan aku sudah tidak berminat melanjutkannya. Kali ini aku tergoda mengulik lirik lagu When I Saw You, lagu temanya A Korean Odyssey alias Hwayugi. Maklum, dramanya lumayan sudah membuatku sulit beranjak alias move on.

Selasa, 24 April 2018

Biasa Jadi Konsumen, Terpaksa Melayani Konsumen

Aku termasuk konsumen yang gemar komplain. Sinyal provider jelek? Langsung mention aku twitter-nya. Provider merah termasuk cepat menanggapi keluhan konsumen. Bus Transjakarta tidak kunjung datang? Mention akun twitter-nya. Yah, meskipun selalu diabaikan. Barang yang kubeli secara daring tidak kunjung datang, langsung kucecar penjualnya lewat whatsapp.

Selasa, 10 April 2018

Menghindari Takdir

Pagi tadi aku naik gojek karena ingin cepat sampai ke kantor. Malas rasanya menunggu busway. Biasanya lebih cepat sampai kalau naik gojek. Namun, jalanan Jakarta sungguh tidak bisa ditebak. Biasanya macet hanya di sekitar perempatan Matraman tetapi hari ini macetnya sampai sebelum aku sampai halte Tegalan. Perjalanan ke kantor pun ditempuh hampir 45 menit. Naik gojek dengan tujuan menghindari terlalu lama di perjalanan, malah akhirnya justru terlalu lama di jalan, sama seperti kalau naik busway.

Jumat, 30 Maret 2018

Jakarta yang Selalu Terburu-buru

Sejak dulu aku selalu menganggap kalau bekerja di Jakarta itu melelahkan. Dan setelah menjalaninya, jauh lebih melelahkan dari yang kubayangkan. Bukan pekerjaanku yang melelahkan melainkan perjalanan pergi dan pulang. Lelah melihat jalanan yang semrawut. Meskipun aku termasuk orang yang tahan melihat kondisi kamar kos dan meja kantor yang acak sempurna, aku tidak tahan melihat kondisi jalanan yang super acak. Pengendara sepeda motor yang sebentar mengambil jalur kanan, tidak lama kemudian menyelip di antara dua mobil, lalu mengambil jalur kiri ... aku tidak tahan melihatnya. Apalagi kalau yang melakukannya adalah tukang ojek yang memboncengkanku. Coba ya ... sewaktu macet kendaraan berbaris rapi, motor di kiri, mobil di kanan, tidak ada yang saling menyalip. Mimpi! Bisa-bisa aku dihujat para pengendara motor kalau menyampaikan keinginanku itu. Mereka memilih sepeda motor karena kendaraannya kecil dan bisa dibawa menyelip di antara kendaraan besar sehingga lebih cepat sampai, bukan untuk antre di jalanan.

Sabtu, 24 Maret 2018

Bukan Obat Nyamuk

Tadi aku ke minimarket retail A dekat kos. Saat sedang memilih-milih belanjaan, aku mendengar obrolan para pegawainya.
Kasir perempuan ke kasir laki-laki: Ngerokok mulu lo! Vape, dong! Vape!
Staf laki-laki: Jangan! *lalu mengambil obat nyamuk aerosol merek Vape* Sayang! *menyebutkan harga obat nyamuk itu*

Tawaku langsung pecah. Lelucon seperti itu biasanya garing. Namun, kalau didengar pada momen yang tak terduga bisa jadi luar biasa lucu. Atau memang selera humorku yang terlalu receh, sampai hal seperti itu itu pun membuatku tertawa?

Selasa, 27 Februari 2018

Random Tentang Ojek, Jalanan Jakarta, dan Religiositas

Salah satu hal yang tidak menyenangkan dari Jakarta adalah jalanannya. Ramai. Mengerikan. Terutama para pengendara motornya. Setidaknya itu yang kurasakan.

Jumat, 23 Februari 2018

Belajar Bahasa Inggris dari Sherlock (6): The Six Thatchers

Sudah lama sekali aku tidak membuat post Belajar Bahasa Inggris dari Sherlock. Sekarang sensasinya sudah berbeda. Entah karena tidak ada idiom yang unik dalam dialognya atau aku yang sudah tidak terlalu tertarik. Namun, karena sudah sempat kubuat sebagian, kulanjutkan saja. Kali ini aku akan membahas kata-kata yang kucatat dari episode The Six Thatchers.

Kamis, 15 Februari 2018

I'm Moving On

Pindaaah
Tanggal 1 Februari malam lalu aku berangkat ke Banda Aceh, meninggalkan Aceh Barat Daya. Awalnya kupikir aku tidak akan terlalu sedih saat berangkat. Sewaktu perpisahan dengan orang-orang kantor siang harinya pun aku tidak merasa sedih. Toh, tidak akan ada yang merindukanku karena selama ini aku percaya kehadiranku tidak menggenapkan dan kepergianku pun tidak mengganjilkan. Rupanya di perjalanan Blangpidie-Banda Aceh aku mewek juga. Setelah kupikir-pikir, wajar juga aku menangis. Blangpidie sudah jadi tempat tinggalku selama lima tahun lebih (5 Mei 2009 - 22 Agustus 2014) plus nyaris dua tahun (7 Maret 2016 - 1 Februari 2018). Meskipun banyak kenangan tak menyenangkan di sana, tetap saja kota itu pernah jadi rumahku.

Minggu, 11 Februari 2018

Menggelandang di Banda Aceh (Edisi Farewell)

Jumat, 2 Februari yang lalu aku kembali menggelandang di Banda Aceh. Sendirian? Iya, dong! Memangnya mau minta ditemani siapa? Kawanku semuanya ngantor. Aku sudah berencana jalan-jalan di Banda Aceh sejak bulan Desember. Mumpung masih di Aceh. Sayangnya rencanaku gagal terus dan baru bisa terlaksana di bulan Februari, sehari sebelum aku kabur ke Pulau Jawa.

Senin, 22 Januari 2018

Drama yang Kutonton di 2017 (2)

Aku sudah menceritakan sebagian drama Jepang yang kutonton di tahun 2017. Kali ini aku ingin menceritakan drama-drama Korea yang kutonton. Kerjaan lo nonton mulu, Milo? Iye. Kerjaan utama gue nonton nggak penting sama main medsos. Puas lo?

Senin, 01 Januari 2018

Drama yang Kutonton di 2017

Tahun 2017 sudah berakhir. Ingin menulis ringkasan berbagai pengalamanku di tahun 2017 tapi sepertinya terlalu banyak hal yang tidak menyenangkan. Bagaimana kalau aku menulis tentang drama-drama Jepang yang kutonton selama 2017 saja?