Sombong! Biasanya begitu komentar orang-orang kepadaku. Bukan sombong dalam arti menganggap diri lebih baik tetapi sombong dalam arti tidak mau menyapa. Aku memang sulit sekali menyapa orang. Biasanya aku merasa canggung mau menyapa seseorang meskipun aku mengenalnya. Karena canggung dan bingung bagaimana harus menyapa, biasanya kalau bertemu teman yang sudah akrab yang kulakukan adalah melakukan hal aneh seperti menepuk, mencubit, atau melambaikan tangan tepat di depan wajah temanku itu.
Itu kalau bertemu teman yang sudah akrab. Yang tidak akrab? Aku biasanya menunggu disapa. Kadang malah acuh tak acuh karena berasumsi orang yang kulihat tersebut tidak mengenalku atau tidak akan ambil pusing kalau aku menyapanya atau tidak. Hehe, mungkin itu sebabnya temanku tidak banyak. Padahal sepertinya mudah ya. Tinggal bilang "Hai!" Namun, kenyataannya tak semudah itu. Cuma mau menyapa saja bingung. Nyapa, nggak, nyapa, nggak, nyapa, nggak. Ujung-ujungnya berharap agar orang itu tidak melihatku. Kalau dia melihatku? Tergantung kondisi kejiwaanku saat itu, sedang "berani" menyapa atau tidak. Seringnya aku tidak menyapa karena bingung harus bagaimana. Kalau orang yang tidak kusapa itu menyadari kalau aku melihatnya, bagaimana? Ya paling-paling dia menyebutku sombong. Hahaha!
Beberapa hari yang lalu aku bertemu senior di daerah. Mau menyapa, ragu. Saat dia melihatku pun sepertinya dia tidak mengenalku. Jadi, aku berasumsi dia tidak mengingatku dan aku memutuskan tidak menyapanya. Aku memang sering sekali berasumsi kalau orang tidak mengenalku. Aku kan nggak populer. Eh, ternyata beberapa hari kemudian dia menanyakan asalku untuk memastikan kalau aku benar-benar junior yang satu daerah asal dengannya. Dia ragu aku satu daerah dengannya karena sombong dan tidak menyapanya.
Selain bingung saat harus menyapa, kadang aku tidak memperhatikan sekitar sehingga tidak sadar ketika berpapasan dengan orang yang kukenal. Dianya sudah tersenyum dan hampir menyapa, akunya tidak sadar. Setelah orangnya jauh, baru berpikir "Eh, tadi itu si A ya?" Atau kadang aku tidak sadar sama sekali dan berhari-hari atau berbulan-bulan kemudian baru terdengar protes "Aku nyapa Millati tapi Millatinya sombong banget."
Meskipun sering bingung saat mau menyapa, aku juga pernah sok ramah. Entah ada kejadian apa hari itu yang membuatku menyapa orang yang jelas-jelas tidak ingat padaku. Waktu itu seorang ibu yang pernah dinas ke Aceh duduk semeja denganku. Aku pun menyapanya dan menanyakan untuk memastikan apakah dia pernah dinas di Aceh atau tidak. Aneh rasanya mengingat betapa sok akrabnya aku saat itu. Kok bisa, ya, aku menyapa orang terlebih dahulu?
Jadi, sekarang sudah bisa menyapa orang? Nggak! Itu hanya kejadian super langka. Once in a blue moon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!