Cerita wanseponetaim kali ini adalah edisi dibuang sayang. Sayang kalau fotonya tidak kupamerkan. Aku ke Ternate bulan November 2019 bersama rekan kantor. Ngapain ke sana? Nggak ngapa-ngapain. Jadi ポンコツ alias beban doang untuk rekanku itu. Aku berangkat pagi-pagi buta dari kos dengan rasa malas karena malamnya aku baru pulang dari Padang. Pesawatku berangkat sebelum Zuhur tapi sampai di Ternate sudah Asar (eh, atau hampir Asar, ya?). Kok, bisa? Ya, selain karena perjalanannya cukup panjang, ada perbedaan waktu juga antara Jakarta dan Ternate. Malamnya tepar.
Kok, cuma cerita? Katanya mau pamer.
Sebentar. Tadi basa-basi dulu. Sekarang curhat. Pamer fotonya nanti.
Esok harinya, setelah urusan di kantor selesai (maksudnya diselesaikan oleh rekanku), kami diajak berkeliling Ternate. Tempat yang kami kunjungi pertama kali adalah benteng. Sayangnya, baru dipakai mengambil satu gambar saja kameraku sudah mati. Kuganti baterai dengan baterai cadangan yang kubawa pun tidak berguna. Ponsel? Aku lupa apakah waktu berkeliling benteng ponselku kubawa atau kutinggal di mobil. Yang jelas, aku tidak mengambil foto benteng dengan ponselku. Tidak ada oleh-oleh foto. Cuma ada oleh-oleh informasi penting bahwa ibu kota Maluku Utara bukan Ternate melainkan Sofifi.
Dari benteng perjalanan berlanjut ke Batu Angus. Konon bebatuan di Batu Angus berasal dari lava Gunung Gamalama. Aku mengambil foto di tempat ini dengan ponselku yang kualitasnya tidak terlalu bagus. Namun, hasil fotonya masih lumayan karena pemandangannya memang sangat bagus dan cuaca sangat cerah alias terik banget.
![]() |
Batu Angus |
![]() |
Batu Angus (ini salah satu foto dari kolase di atas) |
Oh, iya. Selain kualitas kameranya kurang bagus, ponselku juga sudah penuh memorinya. Jadi, aku tidak bisa memotret dengan cara biasa. Selalu muncul pesan bahwa foto tidak dapat disimpan karena memori penuh. Namun, saat aku mencoba memotret dengan WhatsApp dan mengirimkannya, tidak ada masalah. Akhirnya aku memotret pemandangan dengan WhatsApp lalu mengirimkannya ke grup keluarga. Untung anggotanya cuma kakak dan adikku, jadi santai saja mengirim spam foto.
Perjalanan dilanjutkan ke Danau Tolire (kalau tidak salah). Tolire Besar atau Tolire Kecil? Entah. Yang aku ingat katanya kalau kita melempar batu ke danau tersebut, batinya tidak akan sampai ke dasar. Entah kenapa. Sampai di danau ini ada drama lain. Baterai ponselku yang sudah sekarat sejak di Batu Angus, sampai di Danau Tolire sudah tidak tertolong lagi. Akhirnya numpang mengisi daya ponsel di warung di danau tersebut. Lumayan, jadi bisa mengambil foto-foto lagi setelah diisi daya sebentar.
Setelah itu ke mana ya? Aku lupa namanya. Dari tempat itu kita bisa melihat pulau yang ada di uang seribu yaitu Pulau Maitara. Kalau melihat hasil googling, danau yang kukunjungi itu Danau Ngade. Entah benar atau tidak.
![]() |
Di kantong tinggal seribuuu... Bukan. Itu foto pemandangan asli dan yang di uang seribu. Mirip? |
Sudah. Cukup sekian pamer fotonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!