Minggu, 31 Juli 2022

Gara-gara Tergoda Stroberi Beku

Dua pekan lalu ada rekan kantor yang menawarkan stroberi beku. Stroberi itu dijual per kemasan satu kilo. Sebenarnya itu terlalu banyak untukku. Di kos tidak ada kulkas jadi aku tidak bisa menyimpannya untuk jangka panjang. Mencari teman patungan pun tidak ada. Namun, karena aku sudah terlanjur tergoda, aku tetap memesan satu kilo.

Setelah pesanan datang, aku pun mencicipinya. Ternyata tidak seenak yang kubayangkan. Aku masih lebih suka stroberi segar.

Karena rasanya tidak sesuai harapanku, aku pun memikirkan cara mengolahnya menjadi makanan yang lebih cocok di lidahku. Tentunya pilihanku cuma mengolahnya menjadi makanan yang langsung dikonsumsi, tidak disimpan lama.

Percobaan pertama: gorengan stroberi. Sempat ingin membuat tempura stroberi tetapi aku cuma menemukan tepung bumbu pisang goreng. Jadi, aku cuma bisa mencoba membuat stroberi goreng tepung. Aku meletakkan stroberi di mangkuk dan menunggu es yang menempel di stroberi mencair. Entah ide dari mana, aku menambahkan air di mangkuk. Lalu menambahkan madu. Biar stroberinya manis. Tidak lama kemudian aku memindahkan air stroberi dan madu itu ke mangkuk lain untuk ditambahkan tepung. Ternyata airnya banyak. Sudah kutambahkan tepung setengah bungkus pun masih encer. Dan aku pun tetap ngeyel tidak mau mengurangi volume air di mangkuk. Akhirnya sampai diberi tepung tiga perempat bungkus pun adonan masih suaangaaat cair. Sudahlah. Tidak apa-apa membuat gorengan dengan adonan super cair. Hasilnya? Hahahahahahahahahahahahahaha... Wagu. Masih bisa dimakan, sih. Tapi wujudnya aneh dan stroberinya tidak terbungkus tepung tebal seperti pisang goreng.

Setelah membuat stroberi tepung goreng yang super wagu, aku mencoba ide lain. Bagaimana kalau aku menjadikan stroberi sebagai pengganti sayur? Aku pun membuat spageti stroberi, anggap saja stroberinya sebagai pengganti tomat. Aku merebus stroberi lalu menambahkan spageti instan. Sepertinya gara-gara stroberi itu spagetinya menjadi kecoklatan. Setelah spageti dicampur dengan bumbu instannya, spageti stroberi siap disantap. Rasanya? Gimana ya? Masih edible, sih. Tidak sampai tahap membuat ingin muntah. Tapi, ya... Bukan rasa yang membuatku ingin mencoba lagi.

Yang cokelat-cokelat itu bukan daging, Sodara-sodara! Itu stroberi.


Entah bagaimana nasib sisa stroberi yang masih kusimpan di kulkas kantor. Semoga saja bisa dijadikan campuran makan oatmeal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!