Terbiasa mendengar pembicaraan atau membaca tulisan dalam berbagai bahasa, baik Bahasa Indonesia, bahasa asing, atau bahasa daerah, kadang memang menguntungkan. Meskipun tidak memahami pembicaraan, tapi setidaknya mengerti pengucapan mereka. Namun, ada kalanya hal ini membuat bingung. Kadang orang menggunakan bahasa A, aku memahaminya dengan bahasa B.
Setiap hari baru, selalu ada harapan baru. Setiap hari baru, selalu ada pengalaman baru. Bila hidup adalah perjalanan, nikmatilah pemandangan yang ada di sekitarmu. Fokus pada tujuan perjalanan memang penting. Tapi, MENIKMATI PERJALANAN juga tak kalah penting. Enjoy your life, Dude!
Kamis, 31 Desember 2015
Jumat, 25 Desember 2015
Tentang Gue, Lo, dan Abang
Sewaktu kuliah D4, aku menghabiskan waktu hampir lima tahun di Jakarta. Dan selama itu pula, aku tidak menggunakan kata gue-lo saat mengobrol. Maklum, sebagian besar temanku adalah orang daerah dari berbagai pelosok Indonesia yang juga tidak terbiasa ber-gue-lo. Hanya sedikit teman yang orang Jakarta. Jadilah selama itu aku tetap ber-aku-kamu saat mengobrol dengan teman-temanku. Bahkan, saat mengobrol dengan teman dari Brebes Tegal aku tetap ngapak meskipun lawan bicaraku orang yang terbiasa berbahasa Indonesia.
Minggu, 15 November 2015
Suka Duka "Menua"
Terlihat tua--lebih tua dari umur sebenarnya, baik dari tampilan wajah maupun bentuk badan--membuatku mengalami hal-hal yang membuatku speechless. Pengalaman paling pahit adalah ketika seorang teman dengan sangat santai tanpa menimbang rasa mengatakan bahwa mukaku boros. Bukan. Dia juga bukan sedang bercanda. Beuh! Rasanya ingin membelai wajahnya dengan parutan kelapa lalu membedakinya dengan cabe bubuk plus lada bubuk. She said that I look much older than my actual age, inconsiderately. Dan aku cuma terdiam. Terlalu bete untuk menanggapi. Tapi, ada hikmahnya juga mengalami hal seperti itu. Aku jadi sadar bahwa mengatai orang "muka boros" itu kejam. Jadi, aku bisa berhati-hati jangan sampai mengatai orang seperti itu.
Rabu, 11 November 2015
Galau KA
Kalau pertanyaan "Kapan nikah?" membuatku bertanduk, pertanyaan "Kapan lulus?" membuatku galau-galau-cemas. Galau memikirkan karya akhir (KA) yang sepertinya tak berarah. Cemas memikirkan "lulus nggak ya semester ini?" Dan aku menghabiskan sebagian besar energiku untuk menggalau tanpa mencari solusi. Kalau masalah jodoh, aku masih punya alasan bahwa jodoh tak perlu dikejar. Ditunggu saja, nanti juga datang sendiri. Kalau masalah kuliah? Yamasa aku berkilah "Ijasah mah nggak usah dikejar. Ditunggu aja, ntar dateng sendiri." Seolah-olah ijasah bisa didapatkan dengan mantra "Accio ijasah!"
Kamis, 29 Oktober 2015
Statistik dan Bohong
Sekitar bulan Januari lalu aku menonton suatu acara lawak di mana salah satu pelawak berkata, "Bohong itu ada tiga: bohong, bohong jahat, sama statistik." Saat mendengar hal itu aku langsung sewot. Statistik itu bidang ilmu. Keterlaluan kalau menuduh satu bidang ilmu sebagai bentuk kebohongan. Padahal ilmu statistik digunakan dalam penelitian di bidang-bidang lain. Kalau begitu, penelitian-penelitian tersebut bohong juga?
Karena penasaran, aku pun googling mengenai perkataan itu. Jangan tanya kenapa aku ujug-ujug googling. Just followed my hunch. Daaan ternyata "bohong, bohong jahat, dan statistik" itu merupakan versi Indonesia dari "lies, damned lies, and statistics". Dalam buku How to Lie with Statistics, ada kutipan kalimat tersebut yang dituliskan sebagai kalimat dari Disraelli. Namun, dari yang kubaca di artikel ini, ternyata itu bukan ucapan maupun tulisan Disraelli. Ada yang menyebutkan bahwa itu adalah perkataan Mark Twain.
Jumat, 02 Oktober 2015
Random tentang Moral dan Agama
Moral itu ukuran manusia. Bisa berubah, termasuk berubah mengikuti nafsu. Tadinya ciuman dengan lawan jenis dianggap tidak bermoral. Sekarang, jangankan dengan lawan jenis, sesama jenis juga dianggap wajar, tidak melanggar moral. Tadinya, hubungan sesama jenis dianggap nggak bermoral. Sekarang, malah didukung ramai-ramai. Malah, mulai ada yang mendukung incest. Hoax? Beneran kok. Di Jerman sana sudah mulai diusulkan. Katanya, biar aja sih, toh mereka saling cinta, yang penting mereka bahagia. Mungkin sebentar lagi boleh nikah sama babi. Yang hari ini menghujat PM bule yang main babi, mungkin beberapa tahun lagi justru mendukung perkawinan dengan babi. Love wins, katanya. Tadinya perempuan memakai baju minimalis dan hemat alias kurang bahan dianggap perempuan nakal, tidak bermoral. Sekarang, orang bebas memakai baju seminim mungkin. Tanktop dan celana gemes? Nggak papa. Baju menerawang sampai beha kelihatan? Biasa. Berpakaian itu salah satu cara berekspresi. Kita bebas dong berekspresi, katanya.
Rabu, 30 September 2015
Hati
Katanya ada yang dibunuh
gara-gara menolak tambang pasir
Dunia maya ramai
penuh ucapan "nyawa kami tak lebih berharga dari tambang"
Aku ikut mengutuk
Di mana hatimu?
Melihat darahnya tertumpah
melihatnya bermandi luka
melihatnya meregang nyawa
tidakkah kalian iba?
gara-gara menolak tambang pasir
Dunia maya ramai
penuh ucapan "nyawa kami tak lebih berharga dari tambang"
Aku ikut mengutuk
Di mana hatimu?
Melihat darahnya tertumpah
melihatnya bermandi luka
melihatnya meregang nyawa
tidakkah kalian iba?
Jumat, 11 September 2015
Kuliah, Enak Ora?
Kuliah enak apa ora? Hahaha, kayong angel yah njawabe.
Ana enake ana orane, sih. Enake ya bisa sering balik. Yen nyambed gawe alias kerja nang Aceh, balike paling setahun mung pindo. Saiki barang kuliah kayong pan saben wulan balike. Kaulan. Terus enake ya bisa nambah ilmu. Yah, nambah setitik mbuh apa lah. Terus ketemu wong-wong anyar. Apa maning aku kuliahe dudu beasiswa instansine dewek, olih sing instansi liya. Dadine ya ketemu kancane dudu mung wong sa-instansi. Dadi krungu gosip sing instansi liya. Olih tugas ya bisa dolan-dolan maring kantore wong liya. Terus, barang kuliah dadi ganti suasana. Biasane esuk-esuk wis di-sms ditagih pegaweyan. Saiki tah laka sms tagihan kaya kue. Paling sms penipuan hadiah karo sms nawani utang.
Kamis, 10 September 2015
29
Tiba-tiba ingin meracau tentang ulang tahun. Juli kemarin aku berulang tahun. Sudah 29 tahun. Tua? Iya. Masih mau main-main? Opastinyaaah!
Rabu, 02 September 2015
Status yang Membuat Baper
Beberapa waktu lalu, ada capture status Facebook yang membuat heboh. Padahal kasus ini sudah beberapa minggu yang lalu. Tapi gara-gara ada
blogger yang membahas lagi aku jadi tergoda membahasnya. Sekaligus mengalihkan pikiranku dari KA, hehehe ...
Status ditulis seorang perempuan yang sedang berjalan-jalan di mall lalu melihat papah muda yang ganteng banget sedang menyuapi anaknya sementara si mamah muda sedang memilih-milih baju dan si mbak ini merasa ingin membisikkan pada si papah muda, "Mas dalam Islam poligami itu dibolehkan, lho." Semacam itulah. Sewaktu melihat salah seorang seleb Facebook membagikan capture status itu, aku cuma tertawa. Sebagai sesama lajang, aku menganggap tulisan si mbak itu hanya lucu-lucuan. Dia hanya mengutarakan keinginannya untuk memiliki suami seperti si papah-muda-ganteng-banget itu. Itu yang kutangkap dari status tersebut. Dan setelah melihat komentar-komentar yang bertebaran di foto yang dibagi sang seleb, aku agak kaget dan ingin berkata, "Ini emak-emak baper-baper amat yak!" Sebagian amat emosi karena merasa takut suaminya digoda wanita di mall. Oke, ini wajar. Sebagian seolah menganggap si mbak ini menuduh mamah-muda-yang-milih-milih-baju sebagai istri yang menelantarkan suami dan anak di mall sehingga si mbak menyarankan kepada si papah-muda-ganteng-banget, "Mas cari istri lain aja. Sama saya juga boleh." Mereka bersikap defensif dengan berkomentar "dia nggak tahu kalo mamah muda itu sehari-hari sibuk ngurus rumah dan anak, wajar sekali-kali ke mall milih-milih baju dan anak disuapin suami". Padahal kan yaaa, tidak ada kalimat si mbak yang mengatakan bahwa dia menyalahkan sikap si mamah muda. Entah kenapa para emak-emak langsung merasa dituduh. Kalau seseorang merasa disalahkan dan disudutkan, bisa jadi dia merasa ada yang salah dengan tindakannya. Kalau emak-emak yang pede berbagi tugas dengan suami, yakin bahwa keputusannya dengan suami itu yang terbaik, sepertinya tidak akan terlalu peduli ketika ada yang menuduhnya "menelantarkan keluarga", apalagi merasa tersinggung dengan status yang sama sekali tidak menuduh.
Senin, 31 Agustus 2015
Wanseponetaim in Semarang: Masjid Agung
Hari kedua di Semarang, aku dan teman-teman mengunjungi Masjid Agung Semarang. Numpang sholat? Nggak. Numpang foto-foto doang. Parah ya ... Kebetulan waktu ke sana sedang berhalangan, jadi ya tidak bisa sholat.
Seperti apa penampakan masjidnya? Ini dia.
Rabu, 26 Agustus 2015
Rapelan Curhat
Hari ini aku stres lagi. Lagi? Iya. Lagi. Semester lalu juga sudah stress karena tugas metodologi penelitian. Tugas lain cukup membuat stres juga tapi yang paling memberi andil dalam membuat otakku meucawoe alias berantakan adalah tugas mata kuliah metodologi penelitian. Kenapa? Karena aku paling sulit kalau mencari ide. Mau membuat penelitian tentang apa? Lebih-lebih kalau disuruh melakukan analisis masalah. Hellooow! Aku ini anak baik-baik. Mana suka mencari masalah. Dulu sewaktu mengerjakan skripsi juga sampai galau gara-gara tidak jelas masalahnya apa. Setelah ditanya dosen pembimbing "Masalah apa yang mau kamu atasi dengan hasil skripsi kamu?" aku langsung galau. Blank. Akhirnya mogok bimbingan. Aku malah mengurung diri di kamar dan menonton Princess Hours. Yang lain sibuk coding sampai lupa makan lupa tidur, aku sibuk ngekepin bantal. Iya, aku termasuk orang yang mudah tidur kalau sedang stress. Bagiku tidur adalah salah satu cara melarikan diri dari kenyataan. Lalu, terus-terusan mogok bimbingan? Untungnya aku punya teman satu bimbingan yang galak yang berhasil menyuruhku bimbingan.
Selasa, 25 Agustus 2015
Wanseponetaim in Semarang: Kondangan dan Sam Poo Kong
Setelah jalan-jalan di Lawang Sewu, aku dan teman-teman kondangan. Heyah! Sekarang sudah kembali terbiasa menyebut "kondangan" dan bukan "kenduri". Oke, kembali ke topik. Kondangan adalah salah satu momen di mana perempuan yang biasanya tanpa makeup pun mendadak memakai makeup. Yah, minimal memakai bedak dan lipstik. Dan aku? Berhubung masih trauma dengan bedak, aku pun cuma memakai pelembab. Untuk sedikit mendongkrak penampilan agar terlihat agak berbeda dengan penampilan saat main, aku pun mencoba memakai pashmina. Kali ini aku membawa pashmina pemberian Eny beberapa tahun yang lalu. Dililit, diputer, ah, masih belum kece. Aku pun minta tolong temanku untuk memakaikan jilbab. Setelah semuanya selesai berdandan, kami pun berangkat. Daaan ... dalam perjalanan salah satu jarum pentul yang kupakai jatuh. Jadilah jilbabku berantakan. Ketika yang lain foto-foto sebelum masuk gedung, aku heboh sendiri berusaha mengatur jilbab agar tetap rapi meskipun kurang satu jarum pentul. Berhasil? Yah, lumayan, lah. Lumayan hancur. Dalam perjalanan pulang kondangan, jilbabku sudah semakin berantakan. Sebodo. Sepertinya aku belum berjodoh dengan jilbab pashmina, seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya. Wahai para fashion blogger, hijab blogger, apapun sebutan kalian, buatlah trend untuk memakai bergo ke acara kondangan! Pliiis!
Senin, 24 Agustus 2015
Wanseponetaim in Semarang: Lawang Sewu
Tanggal 8 kemarin aku dan teman-temanku pergi ke Semarang. Tujuan utamaku adalah untuk jalan-jalan nostalgila di kota kenangan. Tujuan sampinganku (tapi ini tujuan utama teman-temanku) adalah kondangan ke acara pernikahan teman kuliah. Kami berangkat dari Stasiun Pasar Senen. Stasiunnya ruameee. Baru kali ini aku antre begitu panjang untuk masuk ke peron stasiun. Seperti antrean ketika hendak check in sebelum naik pesawat. Maklum, biasanya aku naik kereta dari Gambir atau Jatinegara yang lumayan lega.
Kami naik kereta Gumarang. Di stasiun aku mendengar bahwa tujuan akhir kereta itu adalah Stasiun Pasar Turi Surabaya. Saat itu aku langsung sadar kenapa harga tiket Gumarang lebih mahal dari Tawang Jaya. Yaiyalaaah... Yang satu sampai Surabaya, yang satu cuma sampai Semarang. Jadi malu karena sebelumnya aku mengomel karena harga tiket kedua kereta tersebut beda jauh padahal sama-sama ekonomi. Ternyata tujuan akhirnya beda. Hihihi.
Karena tiba di Semarang sudah larut malam, kami baru jalan-jalan besok paginya. Kami jalan-jalan numpang lewat dan foto-foto di Simpang Lima lalu ke Tugu Muda dan Lawang Sewu, dan foto-foto lagi. Rencana nostalgilaku gagal karena semuanya benar-benar berbeda dengan kenanganku sepuluh tahun lalu. Jadinya seperti baru pertama kali datang ke Semarang.
Kamis, 06 Agustus 2015
Setengah Kopdar
Sampai saat ini aku belum pernah kopdar. Awal-awal ngeblog masih semangat ingin kopdar dengan teman-teman tapi karena tempat tinggalku jauh di ujung Sumatera sana jadi tidak pernah kopdar. Dan setelah tinggal di Jakarta dan punya kesempatan kopdar dengan teman-teman blogger di sini, aku malah aras-arasen. Awalnya semangat, kemudian berpikir, "Mau ketemuan di mana, ya? Nanti mau mengobrol apa? Aku kan tidak pandai memulai pembicaraan." Ujung-ujungnya malas mengajak dan diajak kopdar daripada nanti image-ku di blog tidak sesuai dengan image di dunia nyata. Ah, itu cuma alasan! Iya, sih. Itu cuma alasan. Nyebelin, ya? Iya, kadang aku memang menyebalkan. Kamu yang sabar, yaaa!
Kopdar yang berhasil kulakukan cuma setengah kopdar. Maksudnya? Kopdar dengan orang yang sudah pernah kutemui di dunia nyata, tapi tidak akrab. Kami baru akrab setelah saling komentar di blog dan media sosial. Itu mah bukan kopdar! Yah, anggap saja itu kopdar. Setengah kopdar, deh.
Rabu, 05 Agustus 2015
Tetangga Sendiri
Hari ini perpustakaan kampus sepi. Wajar, sih. Memang perkuliahan baru mulai bulan depan. Lha, terus situ ngapain ke kampus libur-libur gini? Niat sampingannya, sih, mau mencari inspirasi untuk topik karya akhir (di sini tesis disebut karya akhir). Niat utamanya? Numpang mengunduh dorama atau film, hahaha! Saking seringnya aku mengunduh memakai wifi kampus, temanku menggunakan iming-iming wifi gratis agar aku mau ke kampus.
Sabtu, 01 Agustus 2015
Dandan
Perempuan biasanya identik dengan berdandan. Kadang-kadang aku juga ingin berdandan. Bukan dandan heboh dengan makeup lengkap seperti blush on, eye shadow, maskara, dan kawan-kawannya. Paling banter ya bedak dan lipstik. Itu saja sudah membuat penampilanku yang biasanya kusam jadi kelihatan berbeda. Kapan aku merasa ingin berdandan? Waktunya tidak pasti, sih. Yang jelas mungkin cuma setahun sekali atau dua kali, hihihi. Selain hari ajaib itu, aku berpegang pada prinsip "yang penting mandi, nggak bau badan, dan nggak bau mulut". Dan karena tragedi jerawat yang bersemi luar biasa, aku jadi trauma memakai bedak.
Rabu, 17 Juni 2015
Random
Nggak ada istilah salah ngomong. Yang ada salah mikir. Karena salah mikir akibatnya omongannya juga salah.
Begitu kira-kira yang dikatakan oleh salah dua dosen (satu dosen tamu dan satu dosen tuan rumah *eh, dosen tuan rumah?). Sebagai orang yang sering salah ngomong, keseleo lidah, tidak fokus, ngobrol random dengan tema lompat-lompat dari tema A ke F lalu ke C pindah ke M dan ujug-ujug membahas Z, aku jadi berpikir, "Se-random dan seberantakan apakah isi pikiranku?" Jangan-jangan isi pikiranku sudah seperti benang kusut yang tidak bisa diuraikan lagi. Mungkin aku jarang mengobrol sehingga kemampuanku dalam berkomunikasi secara lisan memang bisa dibilang parah. Atau kemampuanku yang parah dalam berbicara yang menyebabkan aku jarang mengobrol? Ealah, malah jadi seperti ayam dan telur.
Rabu, 13 Mei 2015
Tentang Sakit dan Sepi
Sudah beberapa bulan terakhir aku keranjingan menonton dorama. Sebagian besar yang kutonton adalah dorama detektif. Selama ini aku belum pernah bisa benar-benar merasakan apa yang dirasakan tokoh utama dalam dorama. Biasanya memang tersentuh, terharu, tapi tidak sampai merasa tertonjok.
Dorama Jepang memang banyak hikmahnya, tapi tidak ada yang sampai membuatku menyadari betapa fragile-nya aku. Dan saat menonton Border, aku merasa, "Oooh, ternyata gue juga begitu." Tokoh utama Border, yaitu Ishikawa Ango, digambarkan sebagai sosok yang menyimpan semua masalahnya sendiri dan tidak mau berbagi dengan orang lain. Dia juga digambarkan sebagai sosok yang terus menahan, atau bahkan mengabaikan rasa sakit. Dan temannya menasihati, " If you keep persevering and get used to the pain, you won't realize when something really important starts to hurt." Kalimat itu benar-benar menampar. Kadang aku bersikap sok kuat, berkata bahwa semuanya baik-baik saja. Tanpa disadari, rasa sakit itu perlahan-lahan menghancurkan hati. Aku merasa baik-baik saja, padahal sebenarnya di dalam hati sudah berdarah-darah. Seperti ketika aku merasa tidak punya siapa-siapa untuk berbagi. Aku merasa aku tidak kesepian. Tapi, setelah melihat adegan di Border itu, aku seperti dipaksa melihat lagi ke dalam hatiku. Apakah aku benar-benar baik-baik saja? Apakah aku benar-benar tidak kesepian? Sepertinya aku sudah terlalu sering merasakan kesepian jadi sudah tidak bisa membedakan ketika kesepian atau tidak. Seperti orang yang sudah sering merasakan sakit, lama-lama tidak menyadari ketika dia terluka.
Rabu, 06 Mei 2015
Malas Nge-blog
Sudah lebih dari tiga bulan tidak nge-blog. Rasanya aneh. Memang, sih, sudah dua tahun terakhir aku tidak terlalu sering nyampah di blogosphere. Tapi, tetap saja selama dua tahun itu tiap bulan selalu ada cerita tidak penting yang kutuliskan. Dan sekarang? Selama tiga bulan tidak ada cerita apapun. Padahal beberapa kali aku punya ide yang bisa kutuliskan. Namun, ide itu akhirnya terlupakan tanpa sempat kutuliskan. Ada juga beberapa buku yang ingin ku-review. Tapi, akhirnya sebelum sempat ku-review, buku-buku itu sudah kuungsikan ke rumah demi kamar kos yang lebih manusiawi berantakannya. Ada juga keinginan bercerita tentang dorama-dorama yang kutonton. Tapi, lagi-lagi semuanya batal kutulis dan akhirnya terlupakan.
Bukan. Bukan karena aku sibuk. Dulu, sesibuk apapun, aku tetap sempat bercerita di blog. Bahkan, aku rela melek hingga tengah malam untuk melantur macam-macam. Jadi, sibuk bukan alasan. Stres juga bukan alasan. Biasanya, aku justru nge-blog untuk mencurahkan emosi agar tidak semakin stres. Sekarang, meskipun stres, aku tidak tergoda untuk menceritakannya di blog. Aneh, kan?
Kamis, 29 Januari 2015
Kota Tua
Bulan November yang lalu aku jalan-jalan ke Kota Tua bersama beberapa temanku. Sayang waktunya kurang tepat. Kami ke sana pada akhir pekan jadi tempatnya terlalu ramai. Saat itu juga Museum Fatahillah sedang direnovasi jadi aku tidak bisa hunting foto di sana.
![]() |
Suasana di Lapangan Fatahillah. Banyak orang berkostum yang bisa diajak berfoto (apa sih nama pekerjaan seperti itu?) |
![]() |
Masih di Lapangan Fatahillah, di depan kantor pos. |
Rabu, 14 Januari 2015
2014-ku
Tahun 2014 sudah berlalu. Banyak cerita di tahun 2014 yang ingin
kubagikan lewat blog tapi selalu saja urung kutuliskan. Bukan. Alasanku bukan
sibuk. Tahun-tahun sebelumnya juga aku sibuk tapi banyak juga yang bisa
kuceritakan di blog ini. Tapi, di tahun 2014 terlalu banyak godaan. Setiap buka
laptop aku bukannya membuat blogpost tapi malah nonton, browsing situs lucu,
baca komik, dan segala hal tidak penting lainnya. Dan sebelum semuanya
terlupakan, aku ingin mengabadikannya di sini, dalam satu tulisan.
Resolusi yang Gagal
Resolusiku di awal 2014 adalah: tidak bekerja lembur alias tidak
ngantor setelah lewat pukul 16.30 dan tidak ngantor saat weekend. Temanku
langsung mengatakan bahwa resolusiku itu hal yang mustahil. Dan memang benar.
Tidak butuh waktu lama untuk menggagalkan resolusi itu. Masih ada pekerjaan
yang membuatku ngantor di hari Sabtu dan Minggu. Entry Susenas lah, entry Podes
lah, pelatihan SOUT lah. Macam-macam.
Ganti Bos
Sejak kali pertama bekerja di Aceh Barat Daya, yaitu tahun 2009, sampai
tahun 2013, aku tidak pernah berganti pimpinan. Jadi, aku sudah terbiasa
bekerja dengan bosku dan sudah terbiasa dengan gaya bekerjanya. Dan saat ada kabar
bahwa bosku akan dipindah ke kabupaten lain, aku lumayan sedih. Tapi, aku
teringat status Tere Liye yang sering mengatakan untuk melihat perpisahan dari
sisi yang pergi. Aku pun berusaha melihat kepindahan bos dari sisi bosku
sendiri. Kabupaten yang akan jadi tempat kerjanya adalah kampung halaman
istrinya, jadi ia akan lebih dekat dengan keluarga. Bagus, kan? Pikiran itu
membuatku tidak bersedih lagi. Ditambah lagi pikiran bahwa siapa tahu di tempat
baru bosku akan lebih sukses dan berprestasi. Buat apa sedih kalau ternyata
tempat yang baru lebih baik untuk bosku?
Tapi, ternyata adaptasi dengan bos baru tidak mudah. Sifat yang
berbeda, cara kerja yang berbeda, membuatku tidak terlalu nyaman dengan bos
baru ini. Well, aku termasuk orang yang butuh waktu lama untuk beradaptasi.
Kamis, 08 Januari 2015
Sunyi
Mungkin sunyi ini memang harus dinikmati dan disyukuri
Bukankah dalam sunyi aku lebih jelas mendengar suara hatiku sendiri?
Tak ada lagi bising
Tak ada lagi suara mereka yang membuatku lupa
tentang inginku
tentang mimpiku
tentang diriku sendiri
Mungkin jarak ini memang harus dinikmati dan disyukuri
Karena jarak ini membuatku bisa melihat lebih jelas
melihatmu
melihat mereka
melihat dunia
melihat diriku sendiri
Mungkin rasa sendiri ini harus dinikmati dan disyukuri
Karena dengan rasa sendiri ini
aku tahu seberapa jauh aku bisa bertahan dengan kekuatanku sendiri
Mungkin..
Bukankah dalam sunyi aku lebih jelas mendengar suara hatiku sendiri?
Tak ada lagi bising
Tak ada lagi suara mereka yang membuatku lupa
tentang inginku
tentang mimpiku
tentang diriku sendiri
Mungkin jarak ini memang harus dinikmati dan disyukuri
Karena jarak ini membuatku bisa melihat lebih jelas
melihatmu
melihat mereka
melihat dunia
melihat diriku sendiri
Mungkin rasa sendiri ini harus dinikmati dan disyukuri
Karena dengan rasa sendiri ini
aku tahu seberapa jauh aku bisa bertahan dengan kekuatanku sendiri
Mungkin..
Langganan:
Postingan (Atom)