Setelah jalan-jalan di Lawang Sewu, aku dan teman-teman kondangan. Heyah! Sekarang sudah kembali terbiasa menyebut "kondangan" dan bukan "kenduri". Oke, kembali ke topik. Kondangan adalah salah satu momen di mana perempuan yang biasanya tanpa makeup pun mendadak memakai makeup. Yah, minimal memakai bedak dan lipstik. Dan aku? Berhubung masih trauma dengan bedak, aku pun cuma memakai pelembab. Untuk sedikit mendongkrak penampilan agar terlihat agak berbeda dengan penampilan saat main, aku pun mencoba memakai pashmina. Kali ini aku membawa pashmina pemberian Eny beberapa tahun yang lalu. Dililit, diputer, ah, masih belum kece. Aku pun minta tolong temanku untuk memakaikan jilbab. Setelah semuanya selesai berdandan, kami pun berangkat. Daaan ... dalam perjalanan salah satu jarum pentul yang kupakai jatuh. Jadilah jilbabku berantakan. Ketika yang lain foto-foto sebelum masuk gedung, aku heboh sendiri berusaha mengatur jilbab agar tetap rapi meskipun kurang satu jarum pentul. Berhasil? Yah, lumayan, lah. Lumayan hancur. Dalam perjalanan pulang kondangan, jilbabku sudah semakin berantakan. Sebodo. Sepertinya aku belum berjodoh dengan jilbab pashmina, seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya. Wahai para fashion blogger, hijab blogger, apapun sebutan kalian, buatlah trend untuk memakai bergo ke acara kondangan! Pliiis!
Sepulang dari kondangan, kami kembali ke penginapan. Aku sudah mapan di kasur. Ngantuk plus pusing karena batuk pilek yang kumat. Kemudian ada yang mengajak ke pantai. Hapah? Pantai? Panas-panas beginih? Akhirnya tidak jadi ke pantai. Jadinya ke Sam Poo Kong. Aku yang sudah mengantuk sebenarnya malas sekali meskipun penasaran juga dengan kelenteng tersebut. Untung saja aku tidak menuruti rasa malas itu. Kalau aku bermalas-malasan dan tidak ikut, aku tidak akan sempat ke sana lagi karena besoknya sudah banyak daftar tempat lain yang akan dikunjungi.
Di Sam Poo Kong ngapain? Foto-foto lah. Bagian yang kami kunjungi sepertinya dibuat hanya untuk tempat wisata. Kelenteng sebenarnya yang digunakan untuk ibadah sepertinya bangunan yang di sebelahnya. Karena tidak didampingi guide, jadi aku hanya berkeliling tanpa tahu cerita tentang sejarah Sam Poo Kong, bagian-bagian bangunan tersebut, dan patung-patung di dalamnya.
![]() |
Tulisan Sam Poo Kong |
![]() |
Ada beberapa patung putih yang di bawahnya tertulis nama-nama bernuansa Jawa misalnya Priambudi Setiakusuma dan Mulyadi Setiakusuma. Jangan tanya siapa mereka. Aku tidak tahu.
Ada juga patung-patung di bagian kanan dan kiri bangunan di atas. Sepertinya patung panglima perang. Tapi ... tapi ... bukannya armada yang dibawa Sam Poo Kong/Cheng Ho/Zheng He itu bukan armada perang? Entahlah. Salahmu, Milo, nggak pake guide.
![]() |
Sepertinya ini adalah tempat ibadahnya |
Naaah, patung di atas adalah patung Sam Poo Kong alias Cheng Ho alias Zheng He. Foto itu tadinya gelap karena aku memotret ke arah cahaya. Untungnya masih bisa diatasi dengan Photoshop (aku mengikuti prinsip Om Arbain Rambey yang mengajarkan untuk tidak anti terhadap photo editing, hehehe). Dan sepertinya aku memang harus belajar memotret agar hasil jepretanku tidak gelap dan salah angle melulu.
Lama sudah saya tidak lewat disini, dulu, waktu awal dipugar dan dibangun (sepertinya) saya sesekali lewat disini saat ke Panjangan. :)
BalasHapusKalau tak dapat info mencukupi mengenai tempat ini, minimal dapat foto yang bisa dibawa pulang ya mbak? :D
Hihihi, iya. Masih ada foto yang bisa dibawa pulang..
HapusJadi pengen ke Semarang...:))
BalasHapussalam kenal