Selasa, 25 Desember 2012

Kisah Sang Penandai: Dongeng Sang Pencinta Sejati

Gambar pinjam di sini
...bahwa cinta adalah kata kerja, dan sebagai kata kerja jelas ia membutuhkan tindakan-tindakan, bukan sekadar perasaan-perasaan.

Hari itu, tanggal tujuh, bulan tujuh, pukul tujuh, Jim dan Nayla, kekasihnya, berjanji untuk bertemu di taman kota. Sayangnya, alih-alih bertemu dengan kekasihnya, Jim justru mendapat berita buruk: Nayla bunuh diri. Dia tidak mau dijodohkan dengan lelaki pilihan orang tuanya.

Ketika Jim sedang ‘menikmati’ patah hatinya di bangku taman, dia bertemu dengan seorang lelaki yang mengaku sebagai Sang Penandai. “Akulah Sang Penandai, yang menceritakan pertama-kali dongeng-dongeng tersebut dengan tanganku. Menjaganya tetap abadi sepanjang masa. Dan yang lebih penting lagi, membuat dongeng-dongeng baru yang dunia butuhkan,” begitu kata lelaki itu. Dia juga mengatakan bahwa dia memilih Jim untuk ‘membuat’ dongeng (lebih tepatnya menjadi aktor dalam salah satu dongeng). Katanya, “Aku ingin kau hanya mempercayai satu kalimat saja: pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya. Hanya itu. Dan sisanya, serahkanlah kepada waktu. Biarlah waktu yang menyelesaikan bagiannya. Maka dunia akan mendengarkan dongeng baru tentang cinta yang indah. Jim, dunia membutuhkan dongeng tersebut. Kaulah yang akan membuatnya.” Lalu, lelaki itu pun pergi, lenyap bersama formasi terbang ribuan capung.

Di upacara pemakaman Nayla, lelaki itu datang lagi. Dia kembali ‘mengganggu’ Jim. Mengusik Jim yang tak kunjung punya keberanian untuk ‘menyusul’ Nayla, bunuh diri. Dia kembali membahas dongeng yang akan ‘dijalani’ Jim. Dia menyuruh Jim untuk ikut Armada Kota Terapung yang akan menuju Tanah Harapan. Ketika perjalanan laut terhenti tak bisa disambung lagi, di tempat ketika Armada Kota Terapung memutar kemudi kembali ke kota ini, di situlah kau akan menemukan ujung dongengmu. Dan lagi-lagi Sang Penandai lenyap usai menjelaskan tentang dongeng itu.

Hingga kemudian para pembunuh bayaran Suku Beduin datang mencari Jim. Mereka adalah pembunuh bayaran suruhan keluarga Nayla. Jim yang awalnya ingin mati menyusul Nayla justru ketakutan ketika menyadari ‘maut’ yang mendekat. Hingga Sang Penandai datang menyelamatkannya dan membawanya ke pelabuhan. Dan dimulailah dongengnya.

Jim akhirnya bergabung dengan Armada Kota Terapung. Dia bertugas sebagai kelasi di kapal terbesar dalam armada tersebut: Pedang Langit. Di sanalah dia bertemu dengan Laksamana Ramirez – pemimpin armada – yang ternyata juga dipilih oleh Sang Penandai untuk menjalani dongengnya. Di sana jugalah dia bertemu dengan Pate, temannya yang kelak akan mengajarinya membaca, menulis, dan berhitung. Dalam perjalanan menuju Tanah Harapan berbagai petualangan terjadi dan mengubah Jim yang semula lemah, pengecut, dan murung – sampai-sampai ia dijuluki Si Kelasi yang Menangis – menjadi sosok yang kuat, pemberani, dan tangguh. Dalam perjalanan itu pula Jim harus berusaha mengatasi rasa bersalahnya atas kematian Nayla.

Lalu, bagaimana kelanjutan dongengnya? Hehehe... Baca sendiri saja.

Cerita di atas adalah sekilas cerita dalam novel Kisah Sang Penandai karya Tere Liye. Aku berhasil mendapatkannya dengan membeli secara online. Setahuku, sulit mendapatkan buku ini di toko buku. Sepertinya novel ini tidak sepopuler novel Tere Liye yang lain. Meskipun ide ceritanya menarik, tapi memang menurutku novel setebal 301 halaman ini tidak terlalu mengaduk-aduk perasaan. Saat membaca bagian pertamanya aku malah su’uzhon, mengira novel ini berisi tentang kisah cinta yang cengeng karena kisah awalnya hampir mirip cerita Romeo dan Juliet. Ternyata dugaanku salah. Novel ini tidak cengeng meskipun pada awalnya tokoh utamanya digambarkan sebagai seseorang yang cengeng. Dan novel ini justru seperti ‘sindiran’ untuk kisah Romeo Juliet di mana sang lelaki bunuh diri setelah kekasihnya bunuh diri. Seperti kalimat yang diucapkan Sang Penandai, “...adalah kebodohan terbesar di dunia jika kau harus membunuh dirimu saat kekasihmu pergi, entah itu membunuh dalam artian yang sebenarnya ataupun bukan.”

Sepertinya Tere Liye ingin membuat cerita fiksi fantasi dengan setting antah berantah. Sayangnya, tidak semuanya antah berantah. Daerah Arab dan Campa tentu saja bukan daerah antah-berantah. Mau tidak mau ketika mendengar kata Campa yang terbayang adalah daerah Vietnam dan sekitarnya, bukan daerah yang benar-benar baru dalam memoriku. Sedangkan Tanah Harapan sendiri memang sebuah nama yang – seharusnya – menggambarkan daerah yang benar-benar belum pernah kuketahui. Tapi, setelah membaca deskripsinya, aku jadi membayangkan Tanah Harapan itu sebagai sebuah kepulauan di daerah tropis yang bernama Indonesia.

Karakter tokoh-tokoh dalam cerita ini juga lumayan menarik. Ada Jim yang terus dihantui masa lalu, ada Laksamana Ramirez yang bijaksana dan ahli dalam strategi perang, dan ada Pate, kelasi berkulit hitam yang kemampuan berpedangnya setara Kepala Pasukan. Aku paling suka tokoh Pate, terutama di bagian menjelang akhir di mana dia mengatakan bahwa dia memang tidak dipilih Sang Penandai untuk menjalani dongengnya tapi dia bisa membantu Jim dan Laksamana Ramirez untuk menjalani dongeng mereka. Dia memang tidak dipilih Sang Penandai untuk menjalani dongengnya tapi dia mengguratkan sendiri dongengnya.

Overall, novel ini lumayan menarik. Dan akhir cerita dari novel ini juga lumayan mengejutkan dan manis.

29 komentar:

  1. kalau pengen baca aku hrs ke kampungku sana dulu nih

    BalasHapus
  2. tere liye lagi ya, selalu menarik novelnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. kok kesannya saya cuma ngreview novel Tere Liye yah (>,<")

      Hapus
  3. sayangnya ane belum punya novel itu jee harusnya nyari dulu nih biar bisa baca novel tersebut

    BalasHapus
  4. nunggu dipinjemin novelnya aja ah.. :p
    *pemales*

    BalasHapus
  5. aku jg mau donk dipinjemin.. hihihi..

    BalasHapus
  6. Tere Liye ini penulis dari Indonesia kah?

    BalasHapus
  7. wew, kirain itu cerita kamu mba ... ternyata novel yah ...

    BalasHapus
  8. jadi "penandai" itu artinya apa yak? *dilempar kamus*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kata penandai dibaca seperti kata landai, pantai. Asal kata penandai dari andai, yang berarti dongeng dalam bahasa tertentu (keterangan ini bisa dilihat di footnote halaman 33 *jawaban serius

      Hapus
  9. Aku sudah membacanya mbak, pernah aku tuliskan di sini : http://www.inspirasicoffee.com/2012/10/resensi-novel-sang-penandai-tere-liye.html.

    yah benar sekali, awalnya cerita ini terkesan sangat cengeng dengan kematian nayla, tetapi ketika bertemu dengan perompak dan perjalanan seru di lautan, cerita berubah menjadi garang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Kayaknya dulu juga saya komen di postingan Mas Fifin yang membahas tentang novel itu :)

      Hapus
  10. Aku sudah baca
    Sang Penandai ngajak Jim ke masa lalu kan? Kira2 tebal novelnya 301 halaman

    BalasHapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!