Ketika kita ‘membaca’ suatu karya, entah
itu novel atau film atau apapun, yang bisa kita dapatkan adalah pesan atau
nilai moral. Lalu, bagaimana apabila posisinya dibalik? Bagaimana ketika kita
hendak membuat suatu karya, entah menulis cerita atau membuat naskah film? Idealnya
kita harus punya ‘pesan’ yang ingin kita sampaikan melalui karya tersebut. Suatu
karya bisa menjadi media komunikasi dengan orang lain. Suatu alat untuk ‘berbicara’
dengan orang lain. Ketika kita menulis tanpa membawa ‘pesan’, sama saja seperti
orang ngomong ngalor ngidul tidak
jelas juntrungannya.
Memang, ada sebagian orang – entah yang dikaruniai
kebijaksanaan luar biasa atau malah orang yang dikaruniai sifat detail yang rese – yang
bisa menemukan ‘hikmah’ dari perkataan yang ngalor ngidul. Tapi, orang semacam
ini tidak banyak. Tidak banyak orang yang bisa belajar dari hal yang memang
tujuannya bukan untuk dipelajari. Misalkan ada beberapa orang menonton film
yang ceritanya cuma berkisar cinta laki-laki dan perempuan yang gitu-gitu
doang. Bisa jadi memang ada orang yang cukup bijaksana yang setelah menonton
film itu dia jadi berpikir tentang perbedaan cinta sejati dan cinta yang semu.
Yah, bisa jadi dia menjadikan cinta dalam film tersebut sebagai contoh cinta
yang semu. Dan aku tidak yakin orang spesies itu banyak jumlahnya. Atau misalnya
ada beberapa orang menonton film horor tentang pocong yang beranak di dalam
kubur (ada gitu pocong beranak dalam kubur?). Mungkin akan ada yang jadi
terinspirasi untuk membuat film tentang perlunya bidan di alam kubur. Mungkin juga
akan ada yang berpikir betapa tidak logisnya film tersebut dan betapa film
tersebut tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Dengan menonton film tersebut,
dia pun jadi berpikir dan belajar memilah mana yang perlu dipercayai dan mana
yang harus diingkari. Dan sekali lagi, aku tidak yakin orang seperti itu
banyak.
Jangankan untuk suatu karya yang tidak
membawa ‘pesan’. Sesuatu yang sebenarnya membawa ‘pesan’ pun tetap memiliki
kemungkinan untuk disalahpahami yang berakibat ‘pesan’ itu tidak sampai. Apalagi
kalau tidak punya ‘pesan’. Apa yang mau disampaikan? Apa yang bisa didapatkan
dari karya tersebut? Hanya hiburan? Alangkah sayangnya. Padahal, suatu karya
(khususnya seni) sangat efektif untuk dijadikan media penyebaran ide. Bahkan,
suatu karya bisa dijadikan sebagai alat propaganda. Tentu sudah banyak ahli
yang menyebutkan betapa efektifnya film Rambo untuk menciptakan ilusi dalam
pikiran penontonnya tentang hebatnya Amerika. Padahal, kenyataannya tidak
hebat-hebat amat. Atau betapa hebatnya efek film G30S yang berhasil membuat
penontonnya anti pada ideologi tertentu. Atau lihat betapa berhasilnya seorang
Tere Liye, lewat Serial Anak-Anak Mamak-nya, menanamkan dalam benak pembacanya tentang
besarnya kasih sayang seorang ibu. Suatu alat yang bisa berefek dahsyat, masa
hanya digunakan untuk efek yang seuprit? Cuma menghibur?
Nah, begitu juga dengan blog. Lewat blog,
seharusnya kita bisa membuat tulisan yang penuh dengan ‘pesan’. Seharusnya kita
bisa membuat pembaca menangkap ‘pesan’ kita. Kalaupun kita tidak bertujuan
membuat pembaca mengikuti kita, setuju dengan pendapat kita, setidaknya kita
bisa membuat pembaca mendapatkan pemikiran alternatif yang bisa dipertimbangkan
untuk diterima atau justru dibantah. Kalau tulisan diibaratkan kue, tulisan
yang tidak membawa ‘pesan’ sama halnya dengan makanan tanpa gizi. Mungkin tampilannya
indah, membuat orang yang melihatnya menjadi senang. Tapi, kalau tanpa gizi,
buat apa? Dan sekarang pertanyaannya, sudahkah tulisan dalam blog “Hari Baru,
Lembaran Baru” ini memiliki, membawa, dan menyampaikan ‘pesan’? Tidak usah
dijawab. Aku akan sangat malu kalau jawabannya ternyata belum.
*harap diingat, aku bukan penulis novel, bukan penulis skenario film, bukan sutradara, jadi tulisan ini hanya pendapat seorang pengamat dan penikmat karya (khususnya seni)*
pesan akan sampai jika kita menyampaikannya dari hati ya, mba :)
BalasHapusBetul. Yang diucapkan dari hati akan sampai ke hati.
Hapusbener juga sih setiap karya baik berupa tulisan, suara maupun gambar pasti ada pesannya
BalasHapustapi ada juga sih yang tujuannya untuk mencari keuntungan saja hehehe
hehehe, iya, ada yang cuma mencari keuntungan. semoga nggak banyak yang seperti itu.
Hapuspada intinya, semua menyampaikan pesan ya
BalasHapusmenyanyi, menulis lagu, menulis cerita, menulis film... menulis blog juga
yup, betul.
Hapuskayanya tulisanku diblog jauh dari pesan deh selama ini :)
BalasHapusAh, masa, sih?
HapuswDuhh...klo blog mimi cuma crita biasa aja. mlh ga prnh ada pesan yg bisa diambil d dlmnya. ;-)
BalasHapusCerita biasa belum tentu tidak membawa pesan, kan?
Hapuskesan yang membawa pesan
BalasHapussemoga tulisan kita bisa bermanfaat untuk orang lain ya mbak
Aamiiin :)
HapusMudah-mudahan pembacanya tidak salah menangkap 'pesan' yang ingin disampaikan.. :)
BalasHapusSemoga :)
Hapustugas kita sebagai blogger adalah menyampaikan... dengan harapan pesan dapat diterima dengan baik... selebihnya yang membalikan hati adalah Yang Kuasa
BalasHapusYup :)
Hapusrajin amet ngeblogna...ngiriiii....hiks...
BalasHapusMaklum, Mbak. Saya setres kalo nggak nge-blog :D
HapusGa mesti membawa pesan menurut saya, yang penting ada inti nya, mau pesan ato hanya sekadar info.
BalasHapusyang pasti jangan ampe blogging nya hiatus, takutnya kalo ditargetkan kudu punya pesan di tiap postingannya malah ribet bikin postingannya :)
Yaelah, yang namanya pesan, kan, bisa banyak bentuknya.
HapusSaya juga mau bawa pesan... persahabatan
BalasHapusMasih marah ya Ndah, atas koment nyolotku kemaren2 ? Haha... maaf maaf kan cuman contoh itu.
Sorry, aku wis terlanjur gak respek karo kowe.
HapusKarena blog saya adalah jurnal pribadi, yang mana isinya semua adalah cerita2 seputar saya jadinya yah gak sarat dg "pesan" karena semua mengalir apa adanya, layaknya sedang menyampaikan isi hati. toh jika dalam catatan itu ada org yg bisa mengambil pengajaran, Alhamdulillah. yg penting isi blog gak sesuafu yg menyesatkan. itu aja sih kl sy :))
BalasHapuskadang, cerita kehidupan sehari-hari pun bisa jadi 'media' menyampaikan pesan.
HapusBetul Millati, saya setuju denganmu bahwa selayakanyalah sebuah karya sepeti film dan buku membawa pesan yang positif, bukan asal menghibur. Tapi gimana juga ya, kenyataannya memang banyak koq orang yang suka karya yang hanya menghibur, yang "gitu2 doang"
BalasHapusHihihi, karena banyak yang suka, jadi merajalela, ya?
HapusSetuju! \(^.^)/
BalasHapusCuman pesan yang berat entuh gak kudu disampein pake bahasa berat juga.
Bahasa di blog saya nggak berat, kan, yah?
HapusKagak kok. Ngapaaaak.... *disetrum*
HapusHm.... memang seyogyanya sih, setiap tulisan/karya harus mampu menyampaikan pesan moral bagi penikmat/pembacanya... #jadi mikir-mikir sambil ngetuk2kan jari di keyboard, blogku bermuatan pesan moral yang layak tidak yaaa? :)
BalasHapusAku sih, intinya menulis apa yang aku rasakan, yang aku fikirkan, mengalir saja dulu, karena blogku adalah tempat/pojokku untuk saling berbagi. Syukur-syukur ada hal positif yang bisa dipetik dari penuturan2ku disana....
trims atas postingannya Mil, jadi mikir dan menilik ke blogku sendiri nih, apa yang telah aku hasilkan selama ini... hehe.
Sengaja tidak menjawab pertanyaanmu, kan kamu minta tidak menjawabkan? :D
Hehehe, kayanya blog kakak banyak pesan moralnya, kok :)
Hapus