Aku
pernah kagum pada seorang public figure. Aku terpesona pada kata-kata bijaknya,
pada kata-katanya yang agamis. Namun, kekaguman itu luntur ketika aku
melihatnya merokok dan makan minum menggunakan tangan kiri. Sepele memang. Cuma
perkara makan minum dengan tangan kiri. Tapi, bagiku, meskipun seseorang itu
terlahir kidal, makan dan minum menggunakan tangan kanan tetap harus diusahakan
karena itu sunnah. Kalau dalam mengerjakan hal lain mau menggunakan tangan
kiri, silakan. Kalau soal melihat dia merokok, hmmm, itu menyedihkan.
Aku juga
pernah kagum pada seorang penulis, lebih tepatnya novelis. Karya-karyanya
sangat bagus, baik dari segi ide cerita, jalan cerita, juga nilai moralnya. Namun,
kemudian aku terkejut melihat reaksinya di fanpage-nya ketika menghadapi
penggemar yang kontra dengan pendapatnya. Terlalu keras menurutku. Padahal,
dengan sikap kerasnya, dia bisa membuat penggemarnya itu bukan hanya antipati
padanya melainkan juga antipati pada pendapatnya. Kalau hanya antipati padanya,
tak masalah. Tapi, kalau sampai penggemar itu antipati pada pendapatnya –
meskipun di kesempatan lain pendapat itu disampaikan oleh orang lain – itu sudah
bahaya. Dan aku mengharapkan dia bisa bersikap bijaksana sebagaimana tokoh
dalam novel-novelnya. Tapi, ternyata aku kecewa.
Ada lagi
satu pemuka agama yang awalnya kukagumi. Namun, pada satu kesempatan aku
mendengar dia menyampaikan argumen, yang kedengarannya logis tapi sesungguhnya (menurutku)
tidak benar, demi membela pendapatnya. Lagi-lagi aku kecewa.
Tapi,
setelah dipikir-pikir, aku punya andil dalam kekecewaanku itu. Aku terlalu ‘berharap’
orang yang kukagumi itu bertindak sempurna, setidaknya sempurna dalam
penilaianku. Sebenarnya aku bisa jadi jauh lebih buruk dari mereka. Tapi,
status mereka sebagai ‘tokoh’ membuatku kadang menuntut mereka jadi sosok yang ‘tanpa
cela’. Aku lupa, bahwa mereka sama sepertiku, mereka juga manusia. Mereka juga
bisa jadi punya kebiasaan buruk sebagaimana aku juga punya kebiasaan buruk. Mereka
juga bisa bereaksi tidak bijaksana ketika menghadapi orang yang pendapatnya
berseberangan dengan mereka. Nobody’s perfect.
Jadi, apa berarti aku mendukung ‘kekurangan’ mereka? Tentu tidak.
Tapi, dari beberapa pengalaman itu aku SEHARUSNYA bisa belajar untuk tidak
berlebihan dalam mengagumi seseorang. Cukup sekadarnya saja. Cukup cintai
kebaikannya, karya-karyanya dan pemikirannya yang baik. Lalu, kekurangannya?
Ya, jangan ditiru. Dan semestinya aku juga belajar untuk menguatkan filter-ku. Aku
harus bisa menyaring mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan aku mengagumi
seseorang, bukan berarti aku harus menelan mentah-mentah lalu setuju dengan semua
pendapatnya. Aku harus tetap menggunakan akalku untuk menimbang kebenaran
pendapat tersebut. Dan tentunya, meskipun aku sudah kecewa pada mereka, aku
harus bisa tetap menerima pendapat mereka selama itu benar. Aku harus tetap
menghargai karya mereka, selama itu baik dan benar. Kekecewaan bukan alasan
menolak kebenaran. Semoga aku bisa belajar bijaksana dalam mengelola rasa
kagumku.
Baiklaaaaah....
BalasHapusPERTAMAX for the PERTAMAX time! \(^.^)/
Susyeh emang kalo mau ngidolain orang. Tapi kan emang nobody's perfect.... I'm nobody. *plak*
Yang nomer satu ama dua kayaknya aku tau. Yang nomer tiga, gak tau siapa. :D
Nobody's perfect. I'm nobody. <= bisa nih saya pake buat tagline :D
HapusSudah saya prediksi Mb Octa bakal tahu yang pertama. Tapi, yang kedua ternyata tahu juga. Eh, beneran tahu gak, sih?
Jangan2 Mb Octa dukun, yah?
betul sekali... kalau kata dokter dokter itu... do what say don't do what i do... hehehehe
Hapussaya setuju.. jangan terlalu kagum.. karena manusia pasti bercela..
Baru tahu kalau dokter-dokter bilang gitu..
HapusKayaknya saya tahu siapa penulis itu, hehehe...
BalasHapusSoalnya ngikutin fanpage-nya juga :)
Hihihi, mungkin memang orang yang kita maksud itu sama.
Hapussiapa sih, siapa sih? aku selalu aja jadi orang yang penasaran, tapi Millati masih belum kecewa sama aku kan, yah aku tahu kok kamu juga diem-diem ngidolain aku, *hueeek!*
BalasHapusRahasia, dong :p Nggak boleh sebut merer di blog ini.
HapusAku nggak nge-fans sama temen sendiri, kok :p
wajar kalo suka ke seseorang
BalasHapusyang penting jangan fanatik
kan katanya orang fanatik itu dekat dengan kebodohan
tapi itu katanya loh...
Yup. Fanatik sama seseorang itu bisa berakibat taqlid buta, dan itu nggak bagus.
Hapusmengidolakan seseorang juga bisa seperti itu...
BalasHapusKalo mengidolakan kayanya bakal lebih kecewa, hehehe...
Hapuskekaguman itu hanya sebatas kagum..karena manusia bukanlah sosok yang pantas dipuja-puji..dan akan ada kekecewaan pada akhirnya..sebab manusia bukanlah mahluk yang sempurna
BalasHapusyup. sewajarnya saja.
Hapusmemang betul jangan terlalu berlebihan nanti kecewa :)
BalasHapusitulah kenapa manusia tidak boleh 'kagum' dan 'cinta' berlebihan tehadap manusia lain! karena ya itu, begitu kita tau yg kita 'kagumi' ternyata tak sprti yg dibayangkan, jatuh2nya jadi kecewa...
BalasHapus:)
Hapusdi Indonesia memang banyak keanekaragaman sifat & budaya,yang paling penting adalah saling menghargai satu sama lain karena itu yang dinamakan bhinneka tunggal ika
BalasHapusEh? Kok jadi budaya?
Hapusawalnya saya berfikir bahwa sifat kagum seseorang itu semuanya sama, tapi akhir2 ini saya mempertanyakannya. saya melihat skrg banyak org2 yang sifat kekagumannya sangat fanatik dan bahkan mendewakan seorang idola... itu mengerikan dan menyedihkan bagi saya... bahkan ada yang seperti kehilangan akal sehat... dunia semakin rapuh.. :'(
BalasHapusYah, fanatisme terhadap orang tertentu memang mengerikan.
Hapussusah kalau sudah jadi publik figur, semua orang memperhatikan kita terlebih fans :D
BalasHapusnilai plusnya hali itu dapat dijadikan alat bantu untuk menjaga sikap :D
*dalam islam, duduk ada beberapa cara, contoh:
http://cara-muhammad.com/perilaku/cara-duduk-rasulullah-saw/
Iya, kalo jadi publik figur, semua tindakan kita 'dinilai' banyak orang.
Hapusmakanya jangan gampangan percaya tau ... namanya juga orang, gampang berubahnya :P
BalasHapusHihihi, saya, kan, orangnya gak curigaan, jadi gampang percaya :p
Hapusitu sih namanya ilfeel, mba hehehee
BalasHapusHehehe, iya, ilfil :D
Hapuskata Vety Vera "sedang sedang saja " mbak. hehehe
BalasHapuspenulis? Hmmm saya tahu deh, tapi saya pikir benar juga kok status dia
Sesuatu yang benar bisa dikalahkan sesuatu yang baik. Biarpun benar, kalo cara penyampaiannya gak enak, bahaya juga.
HapusSungguh detil nchartikel dan sngt bgu buat perlajaran ... memang mengagumi seseorang skedarnya sja ....
BalasHapusYa, sekadarnya saja.
Hapus