Senin, 27 Februari 2012

Me versus Rokok

Gara-gara baca tulisan Kaito Kidd tentang rokok, aku jadi ingat salah satu komentar di statusku yang berbunyi "Say NO to drugs! Say NO to alcohol! Say NO to cigarette!". Komentar seseorang -- yang kelihatannya adalah salah satu ahli hisap -- berbunyi seperti ini:
"cigarette for man like shopping for girl.. say NO to shopping and update a status every 5 minutes!"
Well, emosiku mulai terpancing membaca komentar itu. Sebuah analogi yang tidak pas! Pertama, bagi laki-laki (yang merokok tentunya) rokok adalah kebutuhan sehari-hari, bahkan ada yang menganggap rokok lebih penting dari makan. Sedangkan bagi perempuan, shopping bukanlah kebutuhan sehari-hari. Memangnya ada perempuan yang berbelanja setiap hari? Aku sendiri dalam sebulan belum tentu berbelanja, apalagi di tempat terpencil seperti Blangpidie ini. Lalu, dia menyamakan pengeluaran untuk membeli rokok dengan pengeluaran saat perempuan shopping. Katanya:
"cewek shopping 2 minggu sekali = 100 rb, 100 rb bisa buat beli rokok 14 bungkus. 1 hari = 1 bungkus, 14 hari (2 minggu) = 14 bungkus. kesimpulannya.. Rokok = Shopping"
Dengan emosi aku menjawab komentarnya, "Cewek shopping ada hasilnya, bisa dipake. Cowok ngrokok buang2 duit, hasilnya cuma asap ama abu." Benar, kan, jawabanku? Merokok itu tidak ada gunanya. Kalau berbelanja, setidaknya ada hasilnya berupa barang yang bisa dimanfaatkan, misalnya baju, sepatu.


Aku pun jadi ingat perkataan kakakku beberapa tahun lalu (katanya, sih, itu perkataan kawan laki-lakinya). Katanya, merokok itu sama saja dengan melinting uang, membakarnya, lalu mengisap asapnya. Uang, kok, dibakar. Katanya juga, asap rokok itu sama bahayanya dengan asap knalpot. Mau-maunya, ya, mengisap asap knalpot?

Sebenarnya, sih, aku tidak peduli seseorang merokok atau tidak selama mereka bukan keluargaku atau orang yang kusayangi. Merokok saja, tak apa. Hitung-hitung biar mereka cepat mati lalu bumi pun jadi lega. Tapi, kalau merokok di dekatku, tentu saja aku ikut terkena dampaknya. Curang! Mereka yang "membunuh diri sendiri" masa aku ikutan mati? Jadi, bagi para perokok, silakan merokok sepuasnya asal asap kalian tidak mengenai mereka yang tidak merokok. Silakan merokok di ruangan di mana cuma ada kalian para perokok.

Nah, yang seperti ini yang susah. Para perokok biasanya bebal. Aku pernah satu mobil travel dengan para perokok. Dalam perjalanan, seorang bapak yang duduk di sebelahku merokok. Aku sudah menunjukkan ketidaksukaanku. Bapak itu malah menyuruhku membuka jendela agar aku tak terkena asap rokoknya. Kalau siang hari, sih, tak apa. Itu malam hari. Dan kami menempuh perjalanan Medan-Blangpidie yang melintasi pegunungan. Benar-benar dingin. Membuka jendela sampai habis, resikonya aku masuk angin. Membuka jendela cuma sedikit, aku bisa sesak napas. Saat itu, yang terlintas di kepalaku adalah ingin membentur-benturkan kepala bapak itu ke kaca jendela (saat itu aku menyadari bahwa asap rokok benar-benar berdampak buruk dan bisa membangkitkan jiwa kriminalku). Entah apa yang ada di kepala bapak itu. Mungkin dia tidak punya otak. Memangnya tidak bisa menunda acara merokok sampai tiba di rumah? Di rumah makan sudah merokok. Di dalam mobil pun merokok. Seolah-olah dia tidak rela kalau menghirup udara bersih. Maunya cuma mengisap asap rokok. Gila. Dan kebiasaan burukku adalah menunjukkan rasa tidak suka dengan terang-terangan tanpa peduli dia adalah orang tua. Ketika bapak itu turun, aku melihat di rumahnya ada mobil dinas. Aku pun jadi ingat bahwa bapak itu adalah salah satu pejabat yang pernah kucacah sewaktu Sensus Penduduk 2010 lalu. Aw aw aw! Jadi, aku sudah menunjukkan sikap bermusuhan pada seorang pejabat. Tapi, siapa peduli??? Sikap bapak itu memang layak untuk mendapatkan reaksi buruk dariku.

Ah, sudahlah. Membicarakan rokok bisa membuatku makin emosi. CASE CLOSED!

24 komentar:

  1. sooook sekali pake acara "case closed" ahahahahaha

    sabar sabaaar. . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, daripada nambah emosi. ntar postinganku penuh adegan misuh2 :p

      Hapus
  2. weih! ane bakalan masuk posting gk ya kalo ane komen disini? scara ane kan hard smoker! hehehe
    buat ane rokok tu apa ya? ane aja bingung bikin pembelaan buat ane sendiri! karna ane tau itu salah dan gk baek.
    trus knp ane masih ngrokok dan kcanduan?
    au ah gelap! bhahaha

    BalasHapus
  3. Mendingan duit yang buat beli rokok dipake buat beli buah, kue, ato gorengan. Kan enak tuh.

    BalasHapus
  4. untung saja saya sudah berhenti merokok.. :)

    BalasHapus
  5. Banyak banget alasannya orang yang gak mau berhenti merokok.
    Katanya kesehatannya baik-baik saja tuh meskipun paru2nya selalu dipenuhi asap rokok.
    :(

    BalasHapus
  6. @ garammanis: Alhamdulillaah...

    @ kakaakin: mereka selalu punya alasan membenarkan tindakan mereka

    BalasHapus
  7. "Memangnya ada perempuan yang berbelanja setiap hari?"

    Ada.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belanja yang saya maksud adalah belanja dengan pengeluaran besar seperti belanja baju. Mana mungkin beli baju tiap hari? Kalau belanja sayur sih memang wajar tiap hari.

      Hapus
  8. omaigaaaaaat.... I like cigarette and I looooove shopping. Ciloko sekali ini nasib ku hahahahaa.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. ckckck, berarti sering keluar banyak uang...

      Hapus
  9. Saya gak merokok tapi saya bisa memahami kenapa merokok itu 'perlu' ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah, terserah sih bagi yang menganggap merokok itu perlu. yang pasti saya juga perlu udara bersih :p

      Hapus
  10. lagi santai setelah makan enaknya merokok itu dulu. skarang no smoking..

    BalasHapus
  11. saling menghormati saja, kita kan negara demokratis.. yang perokok ya semoga makin sadar kalau merokok itu hanya boleh dilakukan di tempatnya saja.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup, mestinya mereka merokok di tempat khusus merokok saja

      Hapus
  12. aku nggak suka dua duanya, baik merokok maupun shopping :)

    BalasHapus
  13. sya juga anti ama rokok...kawan! :D
    pernah sya buat postingan yg berhubungan dgn rokok...coba cek disini...http://bensdoing.wordpress.com/2011/06/17/tahlilan-berbau-rokok/
    happy blogging !

    BalasHapus
  14. heheheheee aku juga gak suka sama rokok sih :P

    BalasHapus
  15. saya gak mau punya suami perokok mbak,,
    entar saya dan anak-anak saya bisa jadi perokok pasif yang sangat berbahaya buat kesehatan.

    say no to smoker,, hihii
    salam kenal ya mb Millati,
    sy stis angkt.49 mba, mb angkatan brp?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama, saya juga jangan sampe punya suami perokok.

      saya angkatan 46.

      Hapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!