Gara-gara baca tulisan Kaito Kidd tentang rokok, aku jadi ingat salah satu komentar di statusku yang berbunyi "Say NO to drugs! Say NO to alcohol! Say NO to cigarette!". Komentar seseorang -- yang kelihatannya adalah salah satu ahli hisap -- berbunyi seperti ini:
"cigarette for man like shopping for girl.. say NO to shopping and update a status every 5 minutes!"
Well, emosiku mulai terpancing membaca komentar itu. Sebuah analogi yang tidak pas! Pertama, bagi laki-laki (yang merokok tentunya) rokok adalah kebutuhan sehari-hari, bahkan ada yang menganggap rokok lebih penting dari makan. Sedangkan bagi perempuan, shopping bukanlah kebutuhan sehari-hari. Memangnya ada perempuan yang berbelanja setiap hari? Aku sendiri dalam sebulan belum tentu berbelanja, apalagi di tempat terpencil seperti Blangpidie ini. Lalu, dia menyamakan pengeluaran untuk membeli rokok dengan pengeluaran saat perempuan shopping. Katanya:
"cewek shopping 2 minggu sekali = 100 rb, 100 rb bisa buat beli rokok 14 bungkus. 1 hari = 1 bungkus, 14 hari (2 minggu) = 14 bungkus. kesimpulannya.. Rokok = Shopping"
Dengan emosi aku menjawab komentarnya, "Cewek shopping ada hasilnya, bisa dipake. Cowok ngrokok buang2 duit, hasilnya cuma asap ama abu." Benar, kan, jawabanku? Merokok itu tidak ada gunanya. Kalau berbelanja, setidaknya ada hasilnya berupa barang yang bisa dimanfaatkan, misalnya baju, sepatu.