Senin, 27 Februari 2012

Me versus Rokok

Gara-gara baca tulisan Kaito Kidd tentang rokok, aku jadi ingat salah satu komentar di statusku yang berbunyi "Say NO to drugs! Say NO to alcohol! Say NO to cigarette!". Komentar seseorang -- yang kelihatannya adalah salah satu ahli hisap -- berbunyi seperti ini:
"cigarette for man like shopping for girl.. say NO to shopping and update a status every 5 minutes!"
Well, emosiku mulai terpancing membaca komentar itu. Sebuah analogi yang tidak pas! Pertama, bagi laki-laki (yang merokok tentunya) rokok adalah kebutuhan sehari-hari, bahkan ada yang menganggap rokok lebih penting dari makan. Sedangkan bagi perempuan, shopping bukanlah kebutuhan sehari-hari. Memangnya ada perempuan yang berbelanja setiap hari? Aku sendiri dalam sebulan belum tentu berbelanja, apalagi di tempat terpencil seperti Blangpidie ini. Lalu, dia menyamakan pengeluaran untuk membeli rokok dengan pengeluaran saat perempuan shopping. Katanya:
"cewek shopping 2 minggu sekali = 100 rb, 100 rb bisa buat beli rokok 14 bungkus. 1 hari = 1 bungkus, 14 hari (2 minggu) = 14 bungkus. kesimpulannya.. Rokok = Shopping"
Dengan emosi aku menjawab komentarnya, "Cewek shopping ada hasilnya, bisa dipake. Cowok ngrokok buang2 duit, hasilnya cuma asap ama abu." Benar, kan, jawabanku? Merokok itu tidak ada gunanya. Kalau berbelanja, setidaknya ada hasilnya berupa barang yang bisa dimanfaatkan, misalnya baju, sepatu.

Ngulik Lirik Lagu "Geu Namja -- OST Secret Garden"

Edisi blogging kali ini adalah edisi ngaco, edisi tidak penting, dan edisi wagu. Aku mau memamerkan hasil perjuanganku selama berbulan-bulan untuk... Mmm... Untuk... Mmm... Untuk menerjemahkan lagu Geu Namja. Hah? Berbulan-bulan? Yah, sebenarnya, sih, hanya butuh waktu beberapa menit untuk mendapatkan terjemahannya di internet. Tapi, aku ingin menerjemahkan per kata dan ingin mengetahui grammar dalam lirik lagu tersebut. Dan itu makan waktu berbulan-bulan? Yah, kalau mau fokus dengan hal itu bisa saja kuselesaikan dalam beberapa hari. Sayangnya aku cepat bosan, jadi niat menerjemahkan kerap terbengkalai. Dan juga, ternyata banyak grammar yang tidak kutemukan di buka jadi aku terpaksa bertanya pada kawan blogger (Tazkiana and Luke). Ada juga beberapa kosa kata yang tidak kutemukan di kamus. Then, here it is! Ini dia terjemahan dari lagu Geu Namja. Tapi, baru sebagian. Lalu, sebagian lainnya? Mmm, belum benar-benar pas terjemahannya jadi kusimpan dulu. Entah kapan bisa ku-posting, hehehe... If you have a better translation or explanation about the grammar, feel free to comment.

남자 그대 사랑합니다
han namjaga geudaereul saranghamnida
(Han) = satu
남자 (Namja) = laki-laki, lelaki
남자 (Han namja) = seorang lelaki
(Ga) = partikel penanda subyek untuk kata yang berakhiran vokal. Sedangkan untuk kata berakhiran konsonan, misalnya kata 사람 (saram), menggunakan (i)-> 사람이 (sarami).
Dalam kalimat di atas ada frasa ‘han namjaga’ ( 남자가). ‘Han namja’ diikuti ‘ga’. Jadi, subyek dalam kalimat tersebut adalah ‘han namja’ (seorang lelaki).
그대 (Geudae) = kamu (tapi lawan bicara tidak ada atau bukan dalam percakapan langsung), biasanya digunakan dalam lagu atau puisi. Awalnya aku tidak tahu arti kata ‘geudae’ ini karena tidak kutemukan di kamus dan Google Translate pun tak memberitahu artinya. Akhirnya aku bertanya pada Tazkiana Fauzy (I don’t know how to call him, Pak or Mas?) dan kudapatkan jawaban seperti yang kutuliskan itu.
Reul = partikel penanda obyek untuk kata yang berakhiran vokal. Sedangkan untuk kata berakhiran konsonan, misalnya kata 사람 (saram), menggunakan (eul) -> 사람을 (sarameul).
Dalam kalimat di atas ada frasa ‘geudaereul’ (그대를). ‘Geudae’ diikuti ‘reul’. Jadi, obyek dalam kalimat tersebut adalah geudae (kamu).
사랑하다 (Saranghada) = mencintai (bentuk dasar)
사랑하다 (Saranghada) + ㅂ니다 (mnida) = 사랑합니다 (Saranghamnida)
사랑합니다 Saranghamnida = mencintai (bentuk formal)
Jadi, arti kalimat 남자가 그대를 사랑합니다 (han namjaga geudaereul saranghamnida)= Seorang lelaki mencintai kamu (mencintaimu).

Jumat, 24 Februari 2012

Tugu Tengku Peukan di Aceh Barat Daya

Selama hampir tiga tahun tinggal di Kabupaten Aceh Barat Daya, belum pernah sekalipun aku mengetahui keberadaan tugu peringatan suatu peristiwa bersejarah di kabupaten ini. Yang aku tahu, tempat wisata yang ada di kabupaten ini cuma Pantai Jilbab, Pantai Bali, air terjun di Alue Sungai Pinang, dan irigasi. Well, saking terbatasnya tempat wisata, irigasi pun dijadikan tempat nongkrong, hehehe... Sampai kemudian Rika, kawan kantorku yang sama-sama perantau, surfing di internet untuk mencari informasi tempat wisata di kabupaten ini. Tujuan awalnya, sih, untuk mencari data pendukung bagi publikasi yang akan kami buat. Ternyata, ada web yang menyebutkan bahwa di Kabupaten Aceh Barat Daya ada tugu bernama Tugu Tengku Peukan. Katanya lokasinya ada di Kecamatan Lembah Sabil. Saat kami melihat gambarnya aku dan Rika pun berkomentar, "Emang ada tempat sebagus itu di Blangpidie?" Hahaha! Sadis memang. Tapi, begitulah adanya. Gambar tugu Tengku Peukan di web itu kelihatan seperti sebuah taman yang enak untuk nongkrong di sore hari atau jogging. Seperti ini gambarnya:

Gambar diambil dari sini


Aku pun bertanya pada Meri, kawanku yang tinggal di Kecamatan Lembah Sabil. "Emang ada Tugu Tengku Peukan di Lembah Sabil?" tanyaku. "Ada," jawabnya. Masa? Aku benar-benar tidak percaya. "Ada? Masuk ke dalam, ya?" Maksud pertanyaanku adalah apakah lokasinya jauh dari jalan raya sehingga tidak kami ketahui keberadaannya. "Di pinggir jalan, kok," jawabnya. Heh? Masa iya? Aku beberapa kali naik motor dari Blangpidie ke Lembah Sabil tapi tak pernah "melihat" tugu apapun.

Kamis, 23 Februari 2012

Iseng-iseng Cek Statistik Blog

Beberapa waktu lalu aku pernah mengecek menu Statistik di Blogger. Awalnya aku tidak terlalu tertarik karena kupikir biasa saja. Dan semalam aku kembali iseng mengecek statistik. Dan ternyataaaaa... Posting-an yang paling sering dibuka adalah Geu Namja (That Man) -- Hyun Bin (OST Secret Garden). Ckckck, padahal setahuku itu adalah posting dengan komentar cuma dua butir. Asumsi awal adalah aku terlalu sering membuka postingan itu. Tapi, masa iya aku membuka posting-an itu sampai 253 kali? Dan juga, dalam seminggu ini posting-an tersebut dibuka sampai 20 kali. Padahal selama rentang waktu itu aku tidak membuka posting-an yang berjudul itu. Waw! Ternyata sebagian pengunjung rahasia blog ini adalah pencari lirik lagu Korea. Maaf, ya, lirik lagu Koreanya cuma satu. Mmm, kenapa tidak ada yang mencari lagu campursari ya? Hehehe... Padahal ada posting-an yang menurutku lebih keren, yaitu lagu Sewu Kutho yang diterjemahkan ke Bahasa Inggris dan Bahasa Aceh. Dan posting kedua yang sering dibuka ternyata adalah posting berjudul Gambar Makanan yang isinya gambar-gambar makanan yang cukup khas dari daerah Pantura seperti mi goreng wedi dengan sambel tela, anthor, jalabiya, dan lain-lain. Sayang sekali aku belum pernah mem-post gambar kue-kue dan makanan khas Aceh, terutama Blangpidie. Ya, sudahlah. Pokoknya, keep blogging!


Selasa, 21 Februari 2012

Rindu pada Hal Itu

Aku rindu.
Aku rindu pada baris-baris kata yang kadang aku sendiri tak tahu artinya.
Project.
Form.
Command Button.
Label.
Grid.
Shape.
Aku rindu kalimat-kalimat penuh istilah aneh.
Dim intA as integer
Dim dblB as double
intA = 1
dblB = 0
For intA = 1 to 10
dblB = dblB +100
intA = intA + 1
Next intA

Aaaargh! Aku sudah benar-benar lupa. Dan aku merindukan yang sudah kulupakan itu. Aku rindu programming. Yeah, konyol memang. Orang dudul seperti aku, bisa-bisanya rindu pada programming yang sudah membuatku sengsara sewaktu skripsi dulu. Tapi, bagaimanapun, aku rindu mengetik source code, meng-compile-nya, rindu masa ketika aku begitu bahagia meskipun cuma berhasil membuat programku connect dengan database, rindu masa aku sangat bahagia ketika programku tidak error meskipun bahasa pemrograman yang kupakai dianggap kasta rendah. Mungkin dulu dan sekarang aku bukan programmer handal. Tapi, itu bukan alasan untuk melarangku merindukan programming, kan? Visual Basic, tidakkah kau merindukanku???

Film Impianku

Barusan baca posting blog tentang salah satu film Thailand. Ceritanya tentang perjuangan seseorang dalam berbisnis hingga menjadi milyuner. Hmm, jadi terpikir untuk membuat film tentang salah satu pengalaman hidupku. *heh! siapa elooooooo???* Hehehe, aku yakin film yang bercerita tentang pengalaman hidupku akan sangat "lain dari yang lain". *memangnya ceritanya apa?* Hmm, aku ingin membuat film tentang pengalamanku mengerjakan skripsi. Pasti akan jadi film yang aneh. Ketika film-film Indonesia sibuk mengangkat kisah cinta, film-ku ini bercerita tentang skripsi. Perjuangan seorang mahasiswi tingkat akhir, mulai dari mencari topik, mengemis-ngemis topik pada kawan-kawannya, stress karena tidak tahu masalah yang akan dibahas dalam skripsi (sedangkan inti dari skripsi adalah CARI MASALAH dan mencari penyelesaiannya), ngubek-ubek perpustakaan demi menemukan jawaban tentang perbedaan sistem informasi dan aplikasi (sudah kutemukan jawabannya dan kutulis di sini), belajar pemrograman Visual Basic 6 dari awal *hare geneeee pake VB 6???*, terancam gagal seminar karena kurangnya tanda tangan bukti bimbingan dengan dosen pembimbing, hingga sidang yang mengerikan hingga si mahasiswi berkeinginan untuk membunuh sang dosen penguji dan dosen pembimbing (na'udzubillaahi min dzaalik). It would be an extraordinary story. *emang ada gitu yang mau nonton pilem aneh gitu???*

Sebelum dibuat film-nya mestinya aku membuat novelnya terlebih dahulu. Hmm, sepertinya akan jadi best seller. *cuih, mana ada yang tertarik cerita begonoan?* Lalu, kapan mau mulai nulis? Kapan-kapan saja, lah... Tuh, kaaaaan! Ujung-ujungnya cuma membual tanpa ada usaha merealisasikannya. Hadeuh!

Blog Ini Tidak Populer... Hiks!

Hari ini aku iseng ingin mengetahui popularitas blog-ku ini. Awalnya aku agak Ge'eR karena ada beberapa orang yang sepertinya belum pernah ku-blogwalking-i (hah? ku-blogwalking-i? istilah apa ini?) tapi ternyata berkomentar di blog-ku. Asumsi awalku: blog-ku sudah lumayan populer.

Dan ternyataaaaa... SALAH BESAR! Pertama aku mengecek rank Alexa blog-ku. Dan hasilnya sebagai berikut:


Global rank-nya 4.431.286 (kondisi 21 Februari 2012, pukul 13.14 WIB). Hmm, rank-nya jutaan! Itu tandanya... AMAT SANGAT TIDAK POPULER! Rank di tingkat regional (Indonesia) pun masih lima puluh ribuan. Huhuhu, jadi ternyata aku cuma Ge'eR... *menangis tersedu-sedu, makan gorengan, trus berhenti nangis karena kenyang*

Kok, cuma di Alexa? Yang lain? Yang lain lebih parah. Mengenali blog-ku yang bernama catatan-millati.blogspot.com ini pun tidak. Aku sudah mencobanya di www.rankwidget.com. Kalau kata Om Google begini: The Google PageRank is : 00. Nah, kalo si Yahoo! jawabnya: The Yahoo Search InLinks is : 0 (No Data). Ya, sudahlah. Terima saja ketidakpopuleran yang menyakitkan ini *iya, tahu, aku lebay*.

Tapi, kalau dipikir-pikir, buat apa juga blog-ku populer? Toh, aku tidak pasang iklan. Hmmm... Iya, juga, ya... Berhubung naik dan turunnya rank blog-ku tidak terlalu penting, jadi tidak perlulah aku berusaha menaikkan traffic. Yang penting rajin posting, biarpun posting-annya aneh, ngaco, nggak penting, pokoknya EKSIS, hehehe...

Senin, 20 Februari 2012

Kamus Brebes (E)


Berhubung blog multiply-ku sudah lama tidak terurus, lebih baik isinya yang penting kupindah di sini saja. Berikut adalah kamus Bahasa Brebes yang sudah kususun dan sudah pernah ku-post di blog tersebut.

Warning: Tidak semua kosa kata di bawah ini lazim dan sopan digunakan dalam percakapan.

Eben = ben = emen = men = agar, supaya; biar, biarin
Ece = ejek, hina
Ngece = mengejek, menghina
Edhang = ewang → siji edhang = siji ewang = satu-satu, masing-masing satu
Egin = masih
Elèp (dari kata ELF) = angkutan umum sebesar bis kecil (kira-kira seukuran metromini di Jakarta)
Èlom = menyesal
Èmban = gendong
Èmoh = èmong = tidak mau
Emper = teras
Èmpèt = tahan, menahan (kentut, buang air kecil, buang air besar)
Emut = ingat → diemut-emut = diingat-ingat
       → kemutan = ingat → ora kemutan = tidak ingat
Endah = agar, supaya; biar, biarin
Ènde → Ngènde-ènde = menunda-nunda
Èndhèk-èndhèk = endapan (dalam air atau larutan)
Endhep = pendek
Enggal = hampir
Engklek = pedagang sayuran keliling (biasanya membawa sayuran dengan menggunakan keranjang)
Èngko = nanti
Èntek = èntok = ènteng = èntong = habis
Ènten-ènten = adonan dari kacang hijau, biasanya untuk isi kue ondol-ondol, kukuran, dan sebagainya
Eram = heran
Esih = masih
Eskan = teko
Ethes = pintar, lancer berbicara (biasanya untuk anak kecil)
Ewang = lihat Edhang

Minggu, 19 Februari 2012

Bapak (Didi Kempot) dan Jasa Poma (Rafly)

Akhir pekan ini aku menggalaukan diri dengan beberapa lagu: Ibu (Iwan Fals), Titip Rindu Buat Ayah (Ebiet G Ade), Bunda (Potret), Bapak (Didi Kempot), dan Jasa Poma (Rafly). Tiga lagu yang pertama kusebut mungkin sudah sangat familiar. Nah, dua lagu terakhir mungkin agak kurang hits (atau mungkin aku yang telat tahu lagu-lagu itu). Lagu Bapak merupakan lagu yang menceritakan perjuangan seorang ayah dalam menafkahi keluarganya. Lagu ini ada dua versi, yang satu versi campursari dan satunya versi pop. Tapi, yang versi campursari lebih “mengiris-iris hati” terutama waktu reff yang ada suara anak-anak ikut bernyanyi “Bapak... Bapak...” Ada yang kurang sreg dari lagu ini yaitu kalimat “kowe kaya senopati”. Kesannya, kok, kurang sopan mengatakan “kowe” kepada orang tua. Minimal menggunakan kata “sampeyan”, lah... Sedangkan lagu Jasa Poma mengingatkan kita akan kasih sayang ibu kepada anak-anaknya. Lagu Jasa Poma ini merupakan lagu Aceh pertama yang membuatku tertarik untuk mendengarkan dan menghayati artinya karena ceritanya tentang kasih sayang ibu. Berikut ini lirik kedua lagu tersebut.

Eliana, Kisah Anak Sulung Mamak

Aku sudah menceritakan tentang Burlian. Pukat juga sudah kuceritakan jauh sebelum aku menceritakan Burlian. Kali ini aku akan menceritakan tentang Eliana. Dibandingkan Pukat dan Burlian, aku lebih menyukai Eliana. Ingat, ya, LEBIH MENYUKAI. Itu artinya, aku menyukai ketiganya tapi kesukaan terhadap Eliana kadarnya lebih tinggi.

Kenapa aku lebih menyukai Eliana? Hmm, mungkin buku ketiga dari Serial Anak-anak Mamak ini yang paling berbau perempuan. Ya, iya, laaaaah... Eliana, kan, perempuan, sedangkan Burlian dan Pukat laki-laki.

Dalam buku ini, bisa dibilang semua bagiannya menarik. Tapi, yang paling membuatku terpesona dengan ceritanya adalah kisah ketika Eliana bertengkar dengan Anton, kawan lelakinya, mengenai masalah gender. Eliana paling tidak suka diremehkan karena dia perempuan. Maka, ketika ada kawan laki-lakinya yang berkata bahwa tidak ada perempuan yang bisa mengalahkan dia dan kawan-kawannya dalam berlari, Eliana pun menantangnya bertanding. Dengan konsekuensi bila Eliana kalah dia harus berteriak kencang-kencang di tengah lapangan, “Anak perempuan tidak bisa mengalahkan anak laki-laki. Anak perempuan itu cerewet, banyak bicara, dan tidak mau kalah.” Sedangkan bila Anton yang kalah, dia dan murid laki-laki lainnya di kelas enam harus datang ke sekolah dengan mengenakan rok esok harinya. Dan hasilnya... Eliana MENANG, yang artinya para murid laki-laki harus ke sekolah memakai rok esoknya. Dan puncak perseteruan Eliana dan Anton adalah ketika Anton menantang Eliana melakukan hal yang menurut Anton hanya bisa dilakukan oleh laki-laki. Sebelumnya, Eliana berkata bahwa perempuan bisa melakukan semua yang dilakukan laki-laki: menjadi petani, menjadi nelayan, memperbaiki genteng, menebang pohon. Lalu tantangan apa yang diberikan Anton pada Eliana?

ADZAN.

Jumat, 17 Februari 2012

Demokrasi?

Demokrasi. Pemilukada. Awalnya aku tak peduli pada hal-hal tersebut. Rasanya terlalu menyebalkan bicara mengenai politik. Namun, kemarin aku mendengar kabar bahwa kantor BPS Kabupaten Tolikara di ujung timur Indonesia sana ikut terkena dampak kericuhan pemilukada. Entah bagaimana kejadian tepatnya. Yang jelas, kantor tersebut ikut terbakar, barang-barang MILIK NEGARA juga ikut terbakar, DOKUMEN hasil pencacahan pun ikut musnah. Entah bagaimana nasib dokumen Susenas Sakernas mereka.

Gara-gara peristiwa tersebut aku jadi berpikir, "Apa ini yang namanya demokrasi?" Membakar posko lawan sampai instansi pemerintah yang tidak terlibat bentrok pun turut terbakar hingga aset negara pun ikut rusak? Di tanah rencong pun kerap ada tindak kekerasan antar pendukung calon tertentu. Apa benar ini yang disebut demokrasi? Menjelang, ketika, dan setelah pemilukada hampir selalu ada bentrok. Entah apa maunya. Apalagi kalau sudah ada hasil dari pemilihan, pihak yang kalah biasanya berkoar-koar bahwa hasil pemilihan dimanipulasi. Well, kalau memang terjadi kecurangan, tinggal diproses secara hukum, tidak perlu bertindak anarkis, kan? Kalau memang tidak ada kecurangan, ya, terima hasilnya saja, lah... Terima kekalahan. Dalam pemilihan pasti ada yang kalah dan menang. Dan sudah sepatutnya yang kalah mendukung yang menang. Aku bukan bersikap memihak. Tapi, memang begitulah aturannya. Yang menang dan yang kalah bekerjasama dalam memajukan daerah. Bukankah tujuan ketika mencalonkan diri menjadi pemimpin daerah adalah agar bisa berperan dalam menyejahterakan rakyat? Itu, kan, yang selalu dijanjikan ketika kampanye?

Fiuh! Entah apa yang ada di kepala para pelaku tindakan anarkis itu. Mereka yang menggembargemborkan demokrasi, tapi mereka juga yang mencoreng demokrasi. Sepertinya mereka mengagung-agungkan demokrasi ketika demokrasi menguntungkan mereka. Dan ketika demokrasi sudah merugikan mereka (misalnya ketika mereka kalah dan harus mendukung calon yang menang), mereka pun lupa pada prinsip yang mereka agung-agungkan itu. Huh!

Ngapak, Bukti Nyong Ora Keminggris

Hmm, kayong wis lawas ora tau posting nganggo basa ngapak. Eh, nang blog kiye pancen durung tau ding. Nang blog kiye tah seringe nganggo basa Indonesia karo basa Inggris. Maklum bae, lah. Kayong angel pan posting nganggo basa ngapak. Sing maca, ya, mbuh-mbuh-an paham mbuh ora, hehehe...

Eh, ngomong-ngomong soal basa Inggris, aku dadi kelingan karo postingan pesbuke adek tingkatku. Bocahe gawe status kaya kiye, "Mas ada belt warna brown?" Sing dodol sabuk ora paham trus bocahe gawe status sing intine wonge kurang "pinter" gara-gara ora paham omongane adek tingkatku. Aku dadi mikir "Ngomong karo wong dodol sabuk be tungkula nganggo basa Inggris?" Pan ngomong sabuk be tungkula ngomong belt. Pang ngomong coklat be tungkula ngomong brown. Yen wonge ora paham ya macem. Sing ora macem kuwe sing tuku, onggrongan ngomong nganggo basa Inggris. Wong sing lulus kuliah be durung karuan paham basa Inggris, apa maning wong dagang sing biasane paling mung lulusan SMA? Nah, postingan kiye salah siji buktine yen aku ora keminggris, hahaha!

Senin, 13 Februari 2012

Kecanduan Hidden Chronicles, Hadeuh!

Dulu, ketika kawan-kawanku sedang heboh main game online FarmVille di Facebook, aku tak tertarik. Lalu, ketika demam FarmVille berganti demam CityVille, aku pun tetap tak tertarik. Pernah aku mencoba main CastleVille. Cuma bertahan sehari. Entah kenapa rasanya bosan.

Sampai kemudian aku iseng-iseng main Hidden Chronicles. Hari pertama aku langsung misuh-misuh. Menyebalkan sekali main game online, harus menunggu lama untuk mendapatkan energi agar bisa bermain, begitu pikirku. Besoknya, aku kembali mencoba, sudah mulai tertarik. Memang permainannya termasuk tipe permainan yang kusukai yaitu mencari gambar yang tersembunyi. Hari ketiga, ada kawanku yang menerima permintaanku menjadi tetangga dalam permainan itu. Permainan pun menjadi seru ketika kami saling bertukar bantuan karena bisa menambah reputasi.

Sayangnya, dalam sehari hanya bisa meminta bantuan kepada satu tetangga sebanyak satu kali. Sedangkan tetanggaku cuma satu. Artinya, bila aku membutuhkan bantuan tetangga lagi harus menunggu besok. Satu ide konyol muncul di otakku. Membuat account Facebook baru, meng-add-nya menjadi teman, lalu meng-invite-nya menjadi tetangga di Hidden Chronicle. Dan tidak tanggung-tanggung, aku membuat dua account baru sekaligus, Meishva Millowh dan Millowh Lagee. Iya, tahu, itu gila. Iya, tahuuuuuu...

Dan hari ini, kadar kegilaanku bertambah. Aku membuat satu account baru lagi dengan nama Millowh Sang Meishva. GEBLEK!

Ini dia gambar "rumah" dalam permainanku itu.


It would be so lovely if I had a wide and beautiful house like that. Jadi teringat imajinasiku tentang rumah impianku... Aku ingin sekali punya rumah dengan halaman depan dan belakang yang luas. Halaman depan dijadikan taman yang penuh dengan bunga-bunga, ditambah kolam ikan dengan jembatan dia atasnya. Halaman belakang jadi kebun buah, sayur, tanaman obat, pokoknya lengkap. Nanti, di rumahku ada perpustakaan yang jendelanya menghadap ke taman. Kereeeeen!

Sudah, sudah, sudah! Tak perlu berimajinasi terlalu jauh. Sekarang yang harus dipikirkan bagaimana caranya aku sembuh dari kecanduan Hidden Chronicles? Hmmm, ENTAH!

Rabu, 08 Februari 2012

Akhirnya Punya SIM

Hari ini adalah salah satu hari bersejarah dalam hidupku. Setelah menunda begitu lama, akhirnya hari ini aku mengurus SIM. Yup, setelah selama sembilan bulan (kok, kayak orang hamil, ya?) bolak-balik kosan-kantor, keliling kampung, tanpa mengantongi SIM dan sering kucing-kucingan dengan Pak Pulisi, hari ini aku mengurus SIM di Polres yang lokasinya dekat dengan kantorku. *kantor pulisinya dekat pun masih malas buat SIM sampai sembilan bulan nggak mau ngurus*

Sebenarnya aku sudah bertekad mengurus SIM kemarin. Tapi, berhubung aku harus menunggu Rika yang masih mengurus pajak motor, diputuskan bahwa hari ini baru mengurus SIM. Setelah menyiapkan fotokopi KTP dan tentunya uang, aku dan Rika izin ke bos untuk mengurus SIM. Bos pun bertanya dengan siapa kami pergi. Kata bos, kalau tidak punya koneksi, nanti kami harus mengikuti ujian (tertulis maupun praktek) dan besar kemungkinan tidak lulus. Jangankan kami yang baru pemula dalam hal mengendarai motor, teman-temanku yang sudah mahir saja tidak lulus ujian praktek. *jangan tanya kenapa* Kata bos juga, kami harus membawa pas foto.

Tapi, kemudian kami tetap ngeyel. Meskipun tak punya koneksi di sana, kami tetap berangkat. Sampai di sana, Mery bertanya pada penjaga tempat untuk mengurus SIM. Setelah ke tempat yang dimaksud, kami diberitahu salah satu polisi untuk mengurus KIR dengan ibu yang dia tunjuk. Setelah kami mendatangi ibu tersebut, ibu itu malah meminta kami mengurus KIR di tempat polisi yang kami temui sebelumnya. Aku langsung emosi karena merasa dikerjai. Dengan muka judes aku dan teman-temanku kembali ke tempat si polisi yang mengerjai kami. Lalu kami pun disuruh ke klinik untuk tes kesehatan. Tes yang kami jalani cuma tes buta warna dan mengukur tinggi badan. Masa katanya tinggi badanku cuma 151 cm? Biasanya kalau mengikuti tes kesehatan, tinggi badanku berkisar antara 155-157 cm. Biaya administrasinya 15 ribu.

Senin, 06 Februari 2012

Takengon in Memory

Berikut ini adalah foto-foto yang kuambil sewaktu ke Takengon (ibukota Aceh Tengah) pertengahan tahun 2011. Kualitas gambarnya tidak terlalu bagus karena hanya menggunakan kamera ponsel 2MP.

Ini gambar Danau Laut Tawar yang diambil dari sekitar pintu masuk salah satu tempat wisata di sana (lupa namanya, hehehe). Keren, kaaaaan?

Nah, ini gambar yang diambil setelah masuk tempat wisata.

Langit, awan, perbukitan, dan danau. What a beautiful combination. Subhanalloh...

Jumat, 03 Februari 2012

Foto Hasil Menggelandang di Banda Aceh

Berikut ini adalah foto-foto yang kuambil sewaktu ke Banda Aceh awal Januari lalu. Ada yang gambarnya bagus, ada yang jelek. Maklum, belum biasa menggunakan kamera digital jadi belum bisa men-setting kamera sesuai kondisi cahaya.

Ini adalah gambar trotoar di Jalan Cut Meutia, depan Polres Banda Aceh. Asri, kan?


Ini adalah taman di sekitar Jalan Cut Meutia, di seberang Hotel Lading


Taman di seberang Hotel Lading ini ada gazebo-nya *eh, ini namanya gazebo atau apa, ya?

Aku, Status Facebook, Laki-laki, dan Cucian

Sebenarnya aku sudah lama ingin mem-posting hasil kedudulanku di Facebook beberapa hari lalu. Tapi, ternyata malah sudah keduluan oleh Kie. Begini awal ceritanya... Malam itu, ada adik tingkatku (laki-laki) yang membuat status begini:

ada yang lg disetrika, ada yg nunggu disetrika, ada yg dijemur, ada yang nunggu dijemur, ada yg lg dikucek, ada yg nuggu di kucek, ada yg lg direndam, ada yg nunggu buat direndam...
Tidak!!!!!! kapan siklus ini berakhir!!!! T_T

Lalu ada yang komentar cuma "hahahahaha!". Dan adik tingkatku ini pun berkomentar "nasib ga ada istri". Komentarnya membuatku teringat kalimat kawan-kawanku (yang laki-laki) yang lebih kurang bunyinya "pengen nikah biar ada yang nyuciin baju", atau "nasib jomblo, ngga ada yang nyuciin baju". Ada juga yang membuat status mirip adik tingkatku itu dan kemudian kawan lainnya berkomentar "makanya nikah, biar nggak usah nyuci baju sendiri".

Jujur saja, aku kesal, sangat kesal bila melihat atau mendengar statement seperti itu. Seolah-olah laki-laki mencari istri hanya untuk mengerjakan pekerjaan domestik. Yah, memang tidak semua laki-laki seperti itu. Ada juga yang bersedia berbagi kerepotan rumah tangga dengan istrinya. Namun, tetap saja aku kesal dengan statement itu. Dan karena kesal, aku pun membuat status di Facebook begini:

Pengen nikah. Biar ada yang nyuciin ma nyetrikain bajuku. GRATIS.

Meulaboh dan Celana

Selasa, 10 Januari 2012
M = Besok kita pake celana aja. Kan naik mobil. Biar gampang kalo ada apa-apa.
Me = *ragu* Mmm, iya, deh.
Awalnya aku malas memakai celana. Tapi, berhubung sedang parno dan kupikir kalau dengan memakai celana bisa lebih cepat kalau lari, aku pun memutuskan memakai celana panjang saja, bukan rok seperti biasa.

Rabu, 11 Januari 2012
Aku sudah siap pergi ke Banda Aceh. Kostumku hari itu celana panjang cowok yang banyak kantongnya (agar praktis untuk menyimpan barang yang tidak masuk tas) dan kaos gombrong panjang yang nyaris selutut. Iya, aku tahu penampilan seperti itu sangat tidak fashionable. Tapi, memang itulah yang nyaman buatku. Sedangkan M memakai celana pensil dan atasan kemeja.

Kami pun berangkat ramai-ramai dengan kawan kantor. Sampai di Meulaboh (ibu kota Kabupaten Aceh Barat) kami istirahat untuk makan siang dan sholat. Ini dia gambar masjid Meulaboh yang sempat kuambil. Kalau tidak salah, sih, itu masjid jami'nya. Kalau tidak salah, lho, ya...




Kenapa dari tadi aku mengungkit-ungkit soal celana? Yak, ada hubungannya dengan cerita berikut.
Mobil sudah parkir di halaman masjid. Aku dan M turun dari mobil dan bergegas ke masjid. Ketika kami sedang berjalan, ada seseorang yang naik motor mendekat lalu berhenti di depan kami. "Kak, ada bawa mukena?" tanyanya. Otak cerdasku pun menafsirkan pertanyaan itu sebagai kalimat "Bawa mukena nggak? Di dalam nggak ada mukena, jadi mesti bawa sendiri". Dan kamipun langsung menjawab, "Bawa." Si abang tadi pun berkata, "Pake aja dulu mukenanya." Maksudnya? Aku pun bingung. Level kecerdasanku menurun drastis hingga aku tidak bisa memahami perkatannya. Lalu, dia pun menjelaskan bahwa pakaian M kurang sopan, bajunya terlalu pendek (tidak menutupi pantat) sedangkan celananya adalah celana pensil yang notabene ngepas di badan. Dan seketika aku yang tadinya amnesia sebagian, berhasil mendapatkan satu memori yang selama ini sempat terlupakan: "Ini Aceh Barat, mbak! Dilarang menggunakan celana ketat!". Kemudian aku bertanya sambil menunjuk bajuku, "Kaya gini juga nggak boleh?" Ternyata penampilanku masih bisa ditoleransi. Aku pun mulai memahami bahwa maksud si abang tadi meminta kawanku memakai mukena terlebih dahulu adalah agar pakaiannya yang ngepas tertutup oleh mukena. Ternyata tadi aku dan M salah menafsirkan pertanyaan si abang. Dudul.

Kamis, 02 Februari 2012

Yang Aneh tentang Pacaran dan Jomblo

Pembicaraan dengan adik kos pada suatu hari..
X = Yah, siapa tahu pacar Kakak mau main ke kos..
Me = Aku gak punya pacar, kok..
X = Halah, gak mungkin orang kaya Kakak gak punya pacar.
Me = Emang gak punya, kok. Aku kan gak boleh pacaran sama ibuku.

Pertanyaan yang mengganggu (sebenarnya tidak terlalu mengganggu, sih) pikiranku adalah "Apakah tidak mempunyai pacar adalah sesuatu yang salah?". Satu pertanyaan lagi, "Apakah punya pacar adalah hal yang wajib bagi mereka yang belum menikah?". Sepertinya sangat aneh bila aku mengaku bahwa aku tidak pernah pacaran.

Jujur, aku merasa bersyukur karena selama sekolah ibuku melarangku untuk pacaran. Aku juga bersyukur karena setiap kali aku suka pada kawan laki-lakiku selalu bertepuk sebelah tangan sehingga aku tidak perlu menjalani proses yang bernama pacaran. Memang, sih, beberapa waktu lalu aku sempat dekat dengan seseorang dan nyaris seperti HTS. Tapi, itu yang pertama dan semoga yang terakhir. No more pacaran ataupun yang mendekati hal itu. Tak ada untungnya pacaran. Yang ada justru rugi. Baru sekadar pedekate saja sudah banyak ruginya: rugi pulsa, rugi waktu, dan pastinya rugi perasaan.