Kamis, 22 Maret 2012

Novel-Novel yang Membuatku Jatuh Cinta


Apa buku favoritku? Hmm, sebenarnya ini adalah pertanyaan yang sulit. Terlebih lagi pertanyaannya kurang spesifik, apakah buku fiksi atau nonfiksi. Oke, kita "persempit" saja menjadi buku fiksi. Aku termasuk orang yang mudah berpindah ke lain hati. Maksudnya, bisa jadi hari ini aku menganggap satu buku sebagai buku yang "the best". Namun, beberapa hari kemudian, bisa jadi aku sudah menemukan buku lain yang menempati posisi "the best" di hatiku. Bukan berarti aku tidak setia, lho... 

Menurutku, setiap buku memiliki "kekuatan" masing-masing. Biasanya tergantung gaya bercerita penulisnya. Misalnya, Andrea Hirata. Penulis sableng yang satu ini banyak memasukkan unsur Melayu dalam tulisannya, dan bagiku itu merupakan daya tarik tersendiri. Dia juga banyak menggunakan logika yang aneh-tapi-lucu-sekaligus-cerdas. Seperti konklusi "bodoh" yang sering dia tuliskan dalam novelnya. Salah satunya, ketika Ikal dan kawan-kawannya mendengarkan cerita mengenai orang-orang tak beriman yang dihantam gelombang air bah *kalau tidak salah*. Mereka pun membuat kesimpulan "kalau tak rajin sholat, kau harus pandai berenang". Juga ketika dia menambahkan penjual jam dalam daftar orang yang tidak bisa dipercaya. Dan masih banyak dialog bodoh-tapi-sebenarnya-cerdas dalam karya-karyanya. Karya Andrea ini juga sebenarnya menyebalkan sekaligus mengagumkan. Kenapa menyebalkan? Karena dia membuatku kagum. Beberapa kali dia berhasil "mendoktrin" pembaca dengan perantaraan dialog tokoh dalam novelnya. Misalnya nasihat-nasihat dari Bu Mus kepada murid-muridnya. Dia juga menyampaikan pendapatnya mengenai ekonomi kapitalis melalui dialog imajinatif tokoh Ikal dengan gambar-gambar idolanya.
Setelah mengenal karya Andrea Hirata, aku pun berkenalan dengan karya Ahmad Fuadi. Gaya bahasanya cenderung lugas. Tidak mendayu-dayu. Namun, entah kenapa ceritanya tetap menarik. Menurutku, cara dia bercerita cukup menarik dan tidak membosankan. Terbukti, aku yang mudah bosan pun tetap bertahan membaca novelnya sampai habis. Ditambah lagi, ceritanya memang unik dan tokoh-tokohnya pun unik. Terlebih lagi, aku suka membaca novel yang memberi semangat untuk belajar.

Dan belakangan aku mengenal karya Tere Liye. Karyanya yang pertama kubaca adalah Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Meskipun karyanya ini bagus, aku masih belum jatuh cinta pada tulisannya itu. Kenapa? Alasannya sederhana. Aku tidak suka kisah cinta, terutama yang mendayu-dayu. Setelah membaca Pukat, Eliana, dan Burlian (aku tidak menyebutkan berdasarkan urutan terbit tetapi berdasarkan urutan aku membacanya), aku benar-benar jatuh cinta. Benar-benar novel yang mendidik. Tere Liye berhasil menggunakan novel sebagai alat untuk "mengajarkan" tentang kasih sayang orang tua, persaudaraan, persahabatan, dan tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Jadi, apa buku favoritku? Dari ulasan di atas, sudah bisa ditebak, kan? Ini dia buku (fiksi) favoritku (urutan tidak menunjukkan preferensi):
1. Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor
Well, ini adalah ketiga novel sejuta umat. Dulu sempat ada yang mengatakan aku menyukai novel ini karena latah. Padahal, aku menyukai novel ini karena memang ceritanya menarik, karakternya kuat, juga humor-humor bodoh-tapi-cerdas yang disajikan dalam ceritanya. Sang Pemimpi menggambarkan petualangan-petualangan gila dua anak manusia, Ikal dan Arai. Yang paling kuingat adalah ketika Ikal dan Arai bersembunyi di peti penyimpanan ikan. Sungguh, segala ke-absurd-an dua tokoh ini membuatku jatuh cinta. Aku sampai berharap menemukan sosok seperti Arai yang begitu melindungi Ikal. Dan petualangan mereka ketika kuliah di luar negeri yang diceritakan dalam Edensor membuatku iri. Tapi, tentu saja aku tak ingin mengikuti jejak mereka menjadi pemain teater jalanan dengan kostum ikan duyung seperti mereka.
Lalu, kenapa aku tak menyebut Maryamah Karpov? Itu, kan, satu paket dengan ketiga novel yang disebutkan? Yah, seperti yang sudah kusebutkan tadi, aku tidak suka cerita cinta yang mendayu-dayu. Dan Maryamah Karpov ini lumayan banyak menyajikan cerita perjuangan Ikal mendapatkan A Ling.

2. Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna
Ini adalah novel yang benar-benar melecut semangatku untuk kuliah lagi. Ibaratnya Negeri 5 Menara adalah pemantik semangatku dengan kalimat Man Jadda Wa Jada dan Ranah 3 Warna adalah pengingat agar menjaga nyala semangatku dengan kalimat Man Shabara Zhafira. Yang paling berkesan bagiku adalah nasihat Kiai Rais pada murid-murid baru. Nasihatnya seperti ini
 "Seorang wali murid pernah memberi nasehat kepada anaknya yang sekolah di PM. Anakku, kalau tidak kerasan tinggal di PM selama sebulan, cobalah tiga bulan, dan cobalah satu tahun. kalau tidak kerasan satu tahun, cobalah tiga atau empat tahun. Kalau sampai enam tahun tidak juga kerasan dan sudah tamat, bolehlah pulang untuk berjuang di masyarakat. Ini namanya percobaan yang lengkap."
Membuatku belajar untuk terus menjalani masa percobaan sampai selesai. Dan sekarang aku penasaran dengan novel ketiganya yang sampai sekarang belum ketahuan judulnya dan entah kapan rilisnya.

3. Burlian, Pukat, dan Eliana (Serial Anak-anak Mamak)
Ketiga novel ini merupakan novel kesukaanku saat ini. Burlian si anak istimewa (dalam bahasa Eliana, dia disebut sok-istimewa), Pukat si anak pintar (kata Eliana, sok-pintar), dan Eliana si anak pemberani, ketiganya berisi petualangan anak-anak Mamak yang seru, lucu, sekaligus haru. Yang paling kusuka adalah Eliana yang menurutku gue banget. "Bau" emansipasi wanitanya sangat kental. Saking sukanya aku sampai me-review-nya di blog ini, di sini. Gaya bahasa yang indah tapi tidak bertele-tele. Sudut pandang kanak-kanak juga membuat novel ini lucu. Meskipun ada "almost perfect"-nya yang lumayan mengganggu, tetap saja novel ini keren di mataku. Aku juga sudah tak sabar menanti rilis novel lanjutannya, Amelia, yang katanya rilis bulan Desember tahun ini. Lamanyaaaaa!

Kira-kira novel apa lagi yang akan masuk daftar kesukaanku?


Tulisan ini diikutkan dalam The Hunger Games Giveaway

48 komentar:

  1. MantaPPP, ternyata penyuka novel ya? Membaca novel memang menagsyikkan sekaligus bisa memetik banyak pelajaran berharga dari novel2 itu. bnr bgtu kan Sobat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tergantung novel-nya sih. Kalau novel-nya bisa memberi semangat, tentunya suka :)

      Hapus
  2. Betul betul betul. Kalo novelnya memotivasi, bisa bener2 terpacu.

    BalasHapus
  3. wah klo sya malah kurang suka baca novel, apa lagi novelnya yang tebel wkakwkakwkkakwkak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu saya juga gak suka novel, setelah baca novel2 bagus jadi suka

      Hapus
  4. Kunjungan sore mbak
    Maaf baru berkunjung, soalnya lagi ujian -____-
    Wah novel favorit ya mbak, aku lebih suka novel karyanya Dan Brown, terus juga suka novel- novel motivator gitu
    Kalau novel cinta- cintaan gak seberapa suka -__-
    Pengen baca yang negeri 5 menara nih mbak, tapi sekarang khan ada filmnya lihat filmya aja dueh
    Nice post mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama, saya juga gak terlalu sukau yang cinta2an.

      dan brown juga suka sih, tapi mahal :D :D :D

      Hapus
  5. seleramu bagus juga

    Dari sekian banyak novel yg sukses, ternyata setelah difilmkan sangatlah mengecewakan... mungkin karena si sutra dara tidak benar2 memahami arti yg terkandung dlm novel itu. Negeri 5 menara itu ceritanya sangat bagus... Filmnya hancur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah, itulah sulitnya "memindahkan" novel ke film. Ekspektasi para pembaca novel kadang terlalu besar.

      Hapus
  6. memang benar andrea hirata pintar.

    tapi q gak sadar akan dialog kalo gak sholat...

    BalasHapus
  7. Sudah terdaftar! Terima kasih atas partisipasinya :)

    BalasHapus
  8. pecinta novel ye .. hhe
    sukses GA nya :D

    BalasHapus
  9. waw, pecinta tere-liye keknya nih.
    saya prbadi baru baca yg hafalan shalat delisa. belakangan baru booming, padahal buku ntu dah lama. mmg keren skli, mpe dak berani nonton filmnya, takut imajinasi sya yg sudah ada jdi rusak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, saya malah belum baca yang Hafalan Sholat Delisa tapi udah nonton filmnya.

      Hapus
  10. sebenarnya kalau saya bukan penikmat membaca novel

    #komen balik di blog ane

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya udah, gapapa kalo bukan penikmat novel. Saya maafin kok :p

      Hapus
  11. Novel2 bagus semua itu ya
    ada GA lagi ya, sukses buat Milllati

    BalasHapus
  12. Resensi kitabku díikutin giveaway ini bisa gak ya? Hehehe

    pinjemin 5 menaranya dong, mbak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya bisa, tuh. Kali lain kalo ada giveaway tentang buku, daptarin aja. Yang Tajul Muluk :p

      Hapus
  13. tere-liye emang bukunya bagus2, hehe

    BalasHapus
  14. Udah pengumumankah?
    moga menang yah :)
    Mantap deh 'review singkat'-nya .. ^__^

    BalasHapus
  15. kalo saya suka bukunya naruto... bagus ceritanya.. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mah ga demen sama naruto. Terlalu imajinatif.

      Hapus
  16. pertama kali baca buku karya Tere Liye pas zaman SMA dulu, cetakan pertama Hafalan Shalat Delisa.. dan kemudian baca lagi, yang judulnya Semoga Bunda disayang Allah.. bagus lho neng ceritanya.. coba deh baca *ngasih saran*.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak mau ah! Kata temen saya bukunya sedih. Saya pengennya yang ada lucu2nya :p *ngeyel*

      Hapus
  17. menurut saya mba,novel paling bagus
    1. 9 Summers 10 Autumns
    2. Life Is Traveller
    3. Tweet For Life
    4. Life In A Day

    Semua novel tsb lebih hebat dibanding Laskar Pelangi atau pun yg lain'a,karena ada satu sisi dimana kita diajarkan untuk mencari ilmu tapi disatu sisi kita diajarkan untuk berbagi dan kita diajarkan secara alami untuk apa kita hidup & pantas hidup hingga detik ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, belum baca semuanya tuh. Baru baca resensi 9 Summers 10 Autumns, itu pun ga terlalu lengkap..

      Hapus
  18. saya suka novel, apalagi tentang cinta ^_^

    BalasHapus
  19. ada yang punya novel wiro sableng gak sob....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya gak punya kalo itu. Googling aja, cari ebook-nya.

      Hapus
  20. aq suka buku yang tipis.
    apa lagi yang ada gambar cewek cakepnya.
    hahaha

    BalasHapus
  21. Mo reply komennya mas Istighfarin gak bisa.
    Apa iya yah, filmnya Negeri 5 Menara 'hancur' seperti yang dikatakannya itu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, mas Istighfarin juga kayanya gak berkunjung ke sini lagi, mbak. Namanya penilaian orang, ada yang nganggep bagus, ada yang nganggep jelek.

      Hapus
  22. Sip. Ternyata novel kesukaan kita kurang lebih sama. Tetralogi Laskar Pelangi sudah kubabat habis. N5M dan R3W juga udah. Antara Andrea Hirata dan A. Fuadi, menurutku mereka mempunyai kesamaan dalam menulis yakni mereka ingin menunjukkan apa yang mereka alami semasa hidupnya. Dari masa sekolah sampai akhirnya mereka bisa menjelajah benua lain dengan 'tiket' yang bernama Bea Siswa. Dan 'cerita' mereka patut kita renungkan.

    Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu. Arai- Sang Pemimpi

    Man jadda wajadda, Barang Siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil.
    Negeri 5 Menara

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, Andrea Hirata dan A Fuadi mirip, sama2 memotivasi kita. Tapi beda gaya penulisan, yang satu bau Melayu dan agak mendayu, yang satu cenderung lugas.

      Hapus
  23. Andrea HIrata dan Tere Liya emang keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, keren! Antara sableng dan jenius lah :p

      Hapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!