Dulu aku merasa kemampuanku dalam memotret sudah lumayan. Aku merasa seperti itu karena melihat foto-foto yang kuambil (sebagian besar foto pemandangan) yang hasilnya -- dulu -- menurutku bagus. Misalnya, foto-foto di Ulee Lheue dan foto-foto di Takengon yang kuambil dengan kamera ponsel, atau foto-foto di Pantai Jilbab, foto-foto di pantai di Aceh Selatan, juga foto-foto sewaktu menggelandang di Banda Aceh yang semuanya kuambil dengan kamera digital. Semuanya menurutku bagus. Tapiiiii, setelah melihat foto hasil jepretan kawan-kawanku, aku langsung minder. Foto hasil jepretanku masih belum ada apa-apanya. Hiks! Misalnya foto bunga berikut. Tidak sebagus foto yang diambil oleh fotografer profesional.
![]() |
Ini bunga anggrek, kan, yah? |
Dulu, aku juga merasa kemampuanku dalam menggunakan tools desain grafis tidak terlalu buruk. Yah, meskipun ketika menggunakan Adobe Photoshop aku hanya memanfaatkan Bevel/Emboss, Glow, Shadow, dan beberapa fitur sederhana lainnya, aku merasa cover yang kubuat dengan Adobe Photoshop sudah cukup bagus. Yah, setidaknya lebih bagus dari karya pendahuluku di kabupaten ini. Setelah aku melihat cover buatan adik tingkatku, aku langsung MINDER. Karya adik tingkatku itu bukan hanya menggunakan teknik yang oke tapi juga kesannya sense of art adik tingkatku itu lumayan tinggi. Beda dengan buatanku yang sepertinya mencerminkan bahwa sense of art pembuatnya masih kurang.
'Bertemu' dengan orang-orang yang membuatku kepercayaan diriku menurun bukanlah hal yang menyenangkan. Tapi, setelah dipikir-pikir, itu bagus untuk kesehatan mentalku. Dengan 'bertemu' orang-orang yang memiliki kemampuan di atasku, aku jadi seperti diingatkan untuk tidak sombong. Seperti kata pepatah, di atas langit masih ada langit. Mungkin aku merasa kemampuanku sudah baik. Padahal, sebenarnya kemampuanku masih belum cukup baik dibandingkan orang lain. Selain mengingatkanku untuk tidak sombong, 'bertemu' orang-orang yang kemampuannya di atasku juga mengingatkanku untuk tidak mudah puas dalam belajar. Dengan 'bertemu' mereka, aku jadi tahu ada banyak ilmu yang ternyata belum kukuasai. Dengan begitu, aku jadi tidak berhenti belajar.
Dan ternyata, Tuhan sangat adil. Selain 'mempertemukan' aku dengan orang-orang yang kemampuannya di atasku, Tuhan juga 'mempertemukan' aku dengan orang-orang yang kemampuannya -- dalam salah satu bidang -- di bawahku -- meskipun di bidang lain bisa jadi dia jauh lebih hebat dariku. Dengan begitu, aku tidak terlalu minder. Jadi, selain pepatah "di atas langit masih ada langit" sepertinya ada juga pepatah "di bawah lapisan bumi yang kita pijak masih ada lapisan bumi yang lain", hehehe... 'Bertemu' mereka juga membuatku lebih menghargai diriku -- tanpa menjadi sombong -- dan menghargai setiap pencapaian yang kuraih. Well, dalam hidup memang kita harus menghargai setiap pencapaian yang kita raih bukan? Dengan cara itu, kita bisa tahu bahwa sesungguhnya kita memiliki 'prestasi', biarpun mungkin itu kecil. Dengan menghargai pencapaian yang sudah diraih, kita juga bisa lebih semangat mengejar target yang hendak diraih.
Kehidupan mengajari kita untuk tidak sombong tapi tetap menghargai kemampuan diri sendiri. Kehidupan juga mengajari untuk tidak mudah puas tapi tetap mensyukuri apa yang sudah diraih. Semoga aku bisa belajar dari kehidupan.
alhamdulillah... @.
BalasHapusYarhamukalloh...
Hapussemuya di ciptakan secara adil.
BalasHapusada yg kurang dan lebih.
saling melengkapi dan mendampingi.
kalo memang kita kelebihan ya disyukuri, kalo kekurangan ya tetep di syukuri
eh, kekurangan juga disyukuri ya?
Hapusbeli yang DSLR, biar gak usah ngedit..hehe...
BalasHapusDSLR larang mbaaaaaaaaaaaaak! Ngabisin gaji sebulan lebih. Mending buat beli tiket pesawat buat pulang kampung :p
Hapusitu gunanya ada orang yag melebihi kita jadi bisa ikutan belajar ya
BalasHapusIya, mbak. Bisa minta dia ngajarin kita :D
Hapuswah tulisan yang luar biasa nih.... memang seperti itu sebenarnya.. jangan pernah puas untuk belajar dan jangan pernah takut belajar dengan siapapun itu...
BalasHapusMau komen apaan yak? *bingung*
BalasHapusUntung dikau kagak ikut komunitas penulis atau desainer grafis. Bisa IC (Inferiority Complex) mulu tiap hari. T______T
Kalo ikut komunitas begituan, karya kita yang di luaran dipuji-puji bagus, di sana cuman dipandang sebelah mata karena emang ada yang jauuuuuuuuuh lebih bagus.
Kalo emang pengen banget belajar fotografi emang kudu punya DSLR, Milo. Dulu aku belajar pake kamera SLR. Belajar dari yang paling dasar kayak shutter speed, lighting (cara pake lightmeter), dll. Jadi kita ngeh gitu ama logika alatnya (kamera). Setelah itu baru deh belajar komposisi. Jadinya kita lebih ngeh sama scene yang mau difoto. Bukan karena bagus trus difoto, tapi gimana caranya biar pas difoto jadinya bagus. Abis itu baru deh ngomongin feel fotonya. Belajarnya menyenangkan lho. Apalagi dosen fotografi di kampusku selalu aja keliatan seksi (gondrong, bersih, harum, pegang kamera segede-gede gaban). Pas liat jari-jarinya megang lensa, pengsan deh. :D
Hahahaha, saya emang tidak berniat ikutan. Bisa-bisa mental saya bener2 tertekan karena merasa 'paling nggak ada apa-apanya'.
HapusIya, saya juga heran, kadang di tangan fotografer profesional, objek yang biasa2 aja jadi buaguuuus banget. Beliin DSLR doooooooooong T_____T
Mil, taon depan, aku target punya DSLR... yuuk nabung dari sekarang...
BalasHapustaon depan harga DSLR berapa? masih 2 jutaan? ntar saldo tabunganku makin tipis, dong...
HapusDSLR 5 jutaan.. aku lihat yang Canon paling murah 5,3 juta..
HapusBisa dapet emas sepuluh gram itu -____-
Hapus6 DSLR cukup buat naik haji..
Aku juga... aku juga... sebenernya aku punya target dapet yang gratisan :). Ngincer lomba-lomba nulis yang hadiahnya DSLR, tapi sepertinya ini harapan yang terlalu mewah dan lebay, hehe
Hapuskalo hadiah lomba mah aku nggak terlalu ngarep :'(
HapusBelajar dan belajar :D
BalasHapusSalam cinta ;)
Salam :)
Hapussepakat sekali..
BalasHapussegagala sesuatu masih ada yang lebih...
setuju, makanya itu ga boleh jumawa dan ga boleh menghina, yuk kita salaamaan :D
BalasHapusKalo saya nggak jumawa kok.. Cuma kadang congkak.. *eh
Hapusbanyak orang yang kemampuannya diatas kita, karenanya kita bisa belajar dari mereka dan banyak orang yang kemampuannya dibawah kita, karena itu kita bisa membantu mengajari mereka...
BalasHapusWah, kalo ngajarin mah saya gak ahli. Orang2 pada bingung kalo saya ajarin -__-
Hapushai mba Milo..salam kenal ya..
BalasHapusbaru sempet BW lagi nih..
bersyukur msh ada orang yg lebih pintar dari kita..itu artinya kita masih bisa belajar sama orang tersebut.. ^_^
Salam kenal juga :)
HapusIya, jadi bisa belajar sama mereka :)
intinya kita harus menginjak bumi ya mbak
BalasHapustapi itulah yang susah, meskipun sudh bnyak pelajaran yang bisa kita ambil, toh kenyataanya kita juga masih tetap menganggap tidak ada langit diatas langit hahahaha
Hehehe, kadang kita memang "tertipu" persepsi sendiri, sampai mengira "tidak ada langit di atas langit".
HapusKepada yang lebih baik kita BELAJAR, kepada yang belum sebaik kita yaa harus mengajari. Biar seimbang :-)
BalasHapusijin follow ya biar bisa baca update postingannya.
BalasHapusGomawoo....
salam kenal.
just write, nice post.. i like your idea..
BalasHapus@ Alan Bekti: salam kenal juga :)
BalasHapus@ nuel: :)
Sangat menginspirasi,menjadi semangat buat saya untuk terus semangat bermain gitar,trims sobat
BalasHapus