![]() |
Gambarnya nyambung nggak, ya? |
Tapi, rasa sebalku pada ibu itu berkurang ketika ada ibu lain – sebut
saja ibu Z – berkata, “Kasian mamaknya. Pasti kuatir. Kalau ternyata anaknya
dibunuh gimana? Bisa aja, kan, habis d*p*rk*s* terus dibunuh.” Ngeri sekali
pikiran ibu ini. Tapi, itu pikiran yang ‘normal’ mengingat banyaknya
pemberitaan di media cetak maupun elektronik tentang anak hilang yang ternyata
jadi korban semacam itu. Horror.
Dan beberapa hari kemudian terdengar kabar bahwa si X sudah ditemukan
di kabupaten tetangga. Bersama PACARNYA. Kupikir kejadian macam ini hanya ada
di kota besar. Ternyata di kota kecil pun ada. Alhamdulillah karena dia masih
hidup, tidak seperti yang dikhawatirkan ibu Z. Tapi... Kenapa bersama pacarnya?
Hampir saja aku menyalahkan si Y yang mau-maunya diajak pacarnya berhari-hari.
Tapi, seorang bapak berkata, “Kita nggak bisa salahin si Y juga. Siapa tahu
minumannya dikasih pengasih makanya dibilang apa aja mau.” Bisa jadi. Kalaupun
tidak menggunakan cara mistis seperti itu, bisa jadi kata-kata sang pacar
memang teramat sangat manis sehingga si Y mau saja diajak pergi tanpa berpikir
panjang tentang akibatnya.
Dan beberapa hari lalu, terdengar kabar bahwa si Y akan menikah.
Reaksiku hanya, “Hah?” Kalau dipikir-pikir, solusi amannya memang segera
dinikahkan. Anak perempuan pergi berdua dengan laki-laki (yang bukan keluarga)
tanpa sepengetahuan orang tua, apa yang ada di pikiran orang ketika mendengar
berita macam itu? Sebagian besar pasti berpikiran negatif. Biarpun mereka
berdua tidak melakukan hal terlarang – you
know what I mean – selama pelarian, tetap saja pandangan orang masih
negatif terhadap mereka. Apalagi terhadap si Y. Nama baiknya dan nama baik
keluarganya sudah tercoreng, biarpun si Y tidak melakukan perbuatan terlarang. Apa
masih ada lelaki yang mau menikah dengannya kelak? Umm, sepertinya saat ini
masih jarang lelaki yang mau menikahi perempuan yang sudah pernah dibawa lari lelaki
lain. Seperti tokoh Lidia dalam film Pride and Prejudice yang kabur dengan
Wickem. Kata Lizzi dan Jane tidak akan ada lelaki yang mau menikah dengan Lidia
meskipun dibayar sepuluh ribu
poundsterling (lebih kurang begitu, lah).
Selama ini aku cuma tahu betapa susahnya jadi perempuan. Lebih banyak
bahaya yang mengintai perempuan dibanding laki-laki (buktinya di berita-berita
kriminal lebih banyak yang korbannya perempuan, setahuku). Gara-gara kejadian
si Y aku jadi memikirkan betapa susahnya menjaga anak perempuan. Seperti kata pepatah
“menjaga satu anak perempuan lebih sulit daripada menjaga seribu sapi”, lebih
kurang begitulah redaksinya. Perlu penjagaan dan pendidikan ekstra agar dia aman
dari bahaya dunia luar. Terutama ketika sudah memasuki usia remaja, masa-masa 'beda
frekuensi' dengan orang tua, masa-masa ketika peergroup lebih dipercaya dibandingkan orang tua, dan masa-masa
tertarik lawan jenis. Membuat anak tetap dalam radar pengawasan orang tua tanpa
membuat anak merasa terkekang itu bukan hal mudah. Orang tua harus menanamkan
nilai-nilai agama dan moral pada anak sebagai ‘modal’ bagi anak untuk menjaga
diri. Selain itu orang tua juga harus tahu lingkungan pergaulan anak, siapa
saja teman dekatnya, di mana tempat tinggal teman-teman dekatnya. Dengan
begitu, ketika mulai ada pengaruh negatif dari lingkungan pergaulan anak, orang
tua bisa mencegah atau setidaknya meminimalisasi pengaruh tersebut.
Kedengarannya sederhana tapi penerapannya sulit. Bisa jadi pada praktiknya
orang tua akan dianggap bawel dan suka mengatur oleh anak-anaknya. Tapi,
menurutku lebih baik dianggap bawel asal anak tetap aman. Errr, kenapa aku jadi
berpikir sejauh itu, ya?
Trus juga, ngelepas anak perempuan pas nikah tuh jarene abot banget...
BalasHapusAku nggak ngerti deh...
Mungkin karna perempuan kalo udah nikah ikut suami jadi orang tua bakalan jarang ketemu kali ya... Etapi, kalo di daerahku cowok ikut keluarga cewek ding (kalo belum punya rumah ndiri). Mbuh ah.
Hapusbawel untuk kebaikan anak mungkin gak apa2 ya :-D
BalasHapuscerita diatas kayanya dimana-mana sudah ada ya, mudah2an saja bisa diminimalkan
iya, gapapa bawel, yang penting anak nggak kenapa-napa.
Hapuskayanya sih gitu. padahal dulu kayanya jarang saya denger kasus kaya gitu. sekarang kok banyak ya...
Ecie ... sekarang pake ada fotonya, :). Ayo Mil, kita belajar moto. Dari jaman dulu udah banyak kok Milo,
BalasHapusHehehe, susah kalo moto yang mesti fokus. Biasanya cuma moto pemandangan doang :D
HapusSelama ini kan biarpun banyak aku cuma liat di tipi sama koran.
kalau wanita keluar rumah berarti sudah tahu berbagai potensi fitnah yg mungkin akan terjadi
BalasHapuskrn itu ijin mahram itu perlu
idealnya sih didampingi mahrom, bukan cuma ijin. jangan kayak aku merantau jauh gak ada mahrom -__-'
Hapussemoga hal ini tidak terjadi pada anak-anak kita, cucu-cucu kita, anak-anak saudara kita, dan .... (susah nyebut satu-satu)
BalasHapusaku juga pasang poto lhooo, di tulusanku, kaya' dirimu, mil... hehehe
Aamiiiiin...
HapusBukannya dari dulu kamu emang sering pasang poto?
maksudnya, masangnya kaya' di tulisanmu, di atas gitu...
Hapuskayaknya udah pantes kalo punya anak perempuan :D
BalasHapusWaduuuuh!
Hapusidem sama rie rie, hihihi
Hapuseh, nanyain backsound blogq yah. itu gitarnya sungha jung pas cover lagunya G-Dragon (Big Bang) yang That XX. suka bener saya.
HapusBeuh, malah ndukung Mbak Rie..
HapusIya, aku juga suka. Gitarnya asik..