Belakangan ini BPS (Badan Pusat Statistik) sering dicap negatif oleh masyarakat. Entah sudah berapa banyak tulisan yang mendiskreditkan BPS, baik dari segi konsep definisi, pelaksanaan pencacahan, maupun reliabilitas data. Awalnya aku tidak merespon karena ada rekan-rekanku yang rajin menulis di kompasiana untuk meluruskan "berita miring" tentang BPS. Salah dua artikel sang rekan tersebut yaitu BPS: Badan Pembohongan Statistik dan BPS: Tukang Sulap (silakan klik link tersebut bila berniat membaca lebih lanjut).
Dan kali ini aku menemukan tulisan yang kurang mengenakkan di blog seorang kawan. Dan rekanku yang biasa meng-counter tulisan sejenis sepertinya belum membaca tulisan tersebut. Seperti apa tulisannya? She said, I mean, she wrote, "Karena ya itu tadi, definisi menurut BPS bisa berubah-ubah. Suka-suka BPS-nya kayaknya." Hmm, sama seperti pendapat orang kebanyakan tentang BPS. Perlukah aku meluruskan pernyataannya? Sebenarnya, bila melihat kapasitas ilmuku dan kemampuanku dalam menyampaikan pendapat, aku ragu bisa meluruskan pernyataan tersebut. Tapi, daripada dibiarkan berlarut-larut.
Begini, ya... Definisi yang digunakan oleh BPS itu (salah satunya tentang definisi bekerja) merupakan definisi yang digunakan oleh UN (United Nations) dan digunakan di seluruh negara. Jadi, bukan karangan BPS.
Ada pula satu orang, panggil saja X, yang berkomentar:
jangan percaya dengan BPS te ... ngapusi itu .. semua interpretasinya gan benerrr... hanya itunganya yang bener
Aku pun langsung ikut berkomentar seperti ini:
Kenapa ada dalam kurung dahulu disebut dahulu disebut? Karena ya itu tadi, definisi menurut BPS bisa berubah-ubah. Suka-suka BPS-nya kayaknya.
For your information.. Konsep dan definisi BPS itu mengacu pada definisi UN yang digunakan seluruh negara supaya bisa diperbandingkan. Termasuk definisi "bekerja".
Buat yang bilang "jangan percaya BPS" silakan berikan argumen yang ilmiah.
Eh, si X menjawab:
@ millati: saya endak tanya baiknya BPS mbak ... Saya orang statistik jadi sudah tahu seperti apa BPS di indonesia. Saya hanya komentar kalo BPS Indonesia kebanyakan salah dalam menginterpretasi itungannya... itu saya menyadr dari Prof. Waigo di kampus saya ...
Terima kasih
Kujawab lagi:
BPS salah interpretasi? Ada contoh angka yang salah di-interpretasi? Angka apa?
Dia pun menjawab:
@miliati makanya baca koran dan sering-sering lihat situs BPS ..kalo mau debat jangan di sini.... gak sopan .... ini rumah orang (saya tunggu di FB)
Weh, dia yang gak sopan, deh, sepertinya. Ngata-ngatain aku seolah aku tidak pernah baca koran. Aku sering membaca berita, kok. Aku juga membaca berita yang memojokkan BPS. Yang aku tanyakan, kan, angka yang "DIA BILANG" salah interpretasi. Ditunggu di FB? Lah, dia juga tidak meng-add-ku, kok.
Well, posting-an kali ini bukan pembelaan membabi-buta terhadap instansi tempat aku bernaung. Aku hanya ingin mereka yang berkomentar miring tentang BPS terlebih dahulu mempelajari konsep definisi yang digunakan BPS dan menyampaikan kritik secara ilmiah. Aku yakin, para master statistik di BPS tidak menutup diri untuk brainstorming. Mereka,kan, bukan orang yang tidak ingin maju.
Hmm, seperti dugaanku sebelumnya. Pada akhirnya tulisan ini menjadi tulisan yang tidak ilmiah. Lebih mirip curhat. Tak apalah.
Ahahaha, oke, kueditnya postku.
BalasHapusLEBAY
BalasHapus@ Tebak Ini Siapa: up to you
BalasHapus@ Deby Putra Bahrodin: whatever you say, just mind your words
and it just ure work ... hhahahaha.....
BalasHapusmaksudnya?????
Hapuswah baca paragraf terakir nomor 2 ntu lucu ya. . .menyampaikan kritik secara ilmiah. . .
BalasHapussepakat banget aku, emang harus secara data dan fakta yang ada. tapi kok postnya jadi keren gini ya. . . . bahasa adudomba
bahasa adudomba? bahasa baru ya?
Hapushahahahha. . . . ppiiisssss
HapusBps, ya? Sama2 pejabat, sama2 org pemerintahan! Kalo berkasnya indonesia, ane jd prihatin. Uang rakyat aja bisa dimanupulasi, gmn dg data yg cuma brupa angka2 itu?
BalasHapusKalo ane pikir, ane masuk data mungkin berkali2: jenis kelamin, pekerjaan, pemilih, umur, dll. Mungkin bps yg bertugas, atau lembaga survey yg laen?
Agak bingung sama pertanyaan yang kedua. Kalau untuk data Sensus Penduduk 2010 kemarin, BPS yang melaksanakan. Kalau untuk data pemilih setahu saya bukan menggunakan data BPS melainkan data Capil. CMIIW.
HapusUntuk masalah manipulasi, hmm... Kalau data sensus kami sih, insya Allah, tidak dimanipulasi karena ditekankan agar jangan sampai terjadi dobel cacah (tercacah lebih dari sekali) ataupun terlewat (tidak dicacah). Untuk umur sendiri agak susah bila di daerah pedesaan yang notabene respondennya sendiri tidak tahu umurnya, jadi petugas terpaksa mengira-ngira (itu pun kalau tidak ada dokumen responden yang bisa dijadikan rujukan isian umur).
Btw, saya bukan pejabat lho, ya. Cuma staf.
saya berharap perdebatan kalian berdua ini cepat diselesaikan ya, jangan sampai terus berlarut, gak baik kan, bukannya mau ikut campur lho :D
BalasHapusSudah selesai, kok, biarpun tanpa penyelesaian. Saya juga gak suka debat kusir.
Hapusaku malah ga ngerti BPS itu apa :D
BalasHapusHahaha! Banyak, kok, yang nggak ngerti :p
HapusMillati, nanggepinnya seperti kalau kita dikritik orang aja. Santae wae Mil...
BalasHapusAku dah berusaha santai, Nurin. Tapi, ada komentator yang nyolot, tanpa menunjukkan bukti dan fakta.
Hapusapa aja deh.. yang komen negatif kayak dah bener aja!
BalasHapusbangun indonesia tuh dimulai dengan "kritik membangun", bukan "sampah" yang merusak..gini aja lah yang ngerasa bisa ngumpulin data, ayo gih dikumpulin data versi "anda".
Hehehe.. Mereka suruh nyacah Susenas wae, mas. Ben lambene ndower kebanyakan nanya responden.
HapusAyo, mas. Sebagai master statistik, silakan meluruskan pendapat mereka.
meluruskan pendapat memang seperti membangun "borobudur"..apalagi orang yang "awam" atau "terlalu canggih" masalah statistik. Kadang konsep yang digunakan di seluruh dunia mentah menurut konsep "udel" mereka. Som sabar aja lah.. jelasin seperlunya, kalo ngotot juga yah hanya akan jd debat kusir :-)
BalasHapusYoyoi, mas. Santaaaaiii :)
Hapusokay, tuker link yahh
BalasHapus