Kuliah di sekolah
kedinasan, gratis, dapat uang saku tiap bulan, selama ini masih kuanggap hal
yang tidak istimewa. Setelah lulus langsung menjadi CPNS dan setahun kemudian
menjadi PNS, pun tetap kuanggap tak istimewa. Terlebih lagi mendengar berbagai
perkataan sinis tentang PNS dari kawan-kawanku yang bukan PNS. Katanya PNS
tidak kreatif, kerjanya terbatas. Ditambah lagi tuduhan-tuduhan korupsi. Kadang
malah merasa malang. Kerja keras seperti apapun kami tak dihargai. Aku merasa
menjadi PNS bukanlah hal besar, malah menurutku nggak keren blas! Jadi, kadang
agak berat bagiku mengakui pekerjaanku.
Pernah suatu hari aku
mengobrol tentang gaji dan tunjangan. Memang secara nominal sudah lebih dari
cukup bagi perempuan yang belum berkeluarga sepertiku. Tapi, sepertinya ada
nada ‘mengecilkan’ dalam kalimatku yang menyebut gaji. Hingga Abahku
berkomentar, “Kamu itu beruntung. Dulu waktu Abah seumuran kamu masih jadi
honorer. Lha, kamu... Udah jadi PNS golongan tiga. Abah umur berapa coba naik
golongan tiga.” Kalau dipikir, benar juga perkataan Abah.
Pernah juga suatu kali
Ibu bercerita, “Alhamdulillaah anak ibu yang dua udah PNS. Nggak perlu pake
nyogok. Itu si A, anaknya Bu H, kemarin nyogok puluhan juta biar jadi PNS. Si F
anaknya Bu M juga nyogok puluhan juta biar jadi polisi. Tapi, Mbakmu nggak usah
pake nyogok udah lulus tes. Kamu juga. Keinginanmu buat sekolah gratis biar nggak
nyusahin orang tua terkabul. Keinginanmu buat langsung kerja juga terkabul.”
Nada bicara Ibu saat menceritakannya benar-benar terdengar sangat mensyukuri
semuanya.
Memang, dulu aku
berkeras memilih sekolah kedinasan dengan pertimbangan sekolah gratis dan
langsung kerja. Saat itu aku memikirkan Abahku yang hampir pensiun yang
sepertinya akan berat bila harus membiayai aku kuliah. Saat itu aku juga
melihat kedua Mbakku yang tak kunjung mendapatkan kerja. Sekarang aku sudah mendapatkan
yang kuinginkan tapi tak pernah menghargai dan mensyukurinya.
Hidup menjadi indah
bukan karena kita mendapatkan semua yang kita inginkan. Tapi, hidup menjadi
indah ketika kita mensyukuri apa yang kita dapatkan. Itu yang dulu selalu
kuingat. Namun, sekarang sepertinya prinsip itu sudah mulai luntur. Dan perkataan
kedua orang tuaku seperti menyentilku, menegurku yang sudah ‘mengecilkan’ nilai
segala pemberian-Nya hanya karena mendengarkan mereka yang ‘mengecilkan’ apa
yang kumiliki. Aku bahkan kadang menganggap lebay
pada kawan-kawanku yang mengatakan bahwa aku beruntung. Astaghfirulloh...
Selama ini aku memang
sudah berusaha untuk tidak melihat ke atas, tidak merasa iri pada mereka yang
pekerjaannya menurutku lebih baik. Dan memang, cara ini lumayan berhasil untuk
tidak membuatku iri. Namun, sayangnya aku juga tidak melihat ke bawah. Tidak melihat
mereka yang tidak punya pekerjaan dan harus bergantung secara finansial pada
orang lain. Tidak melihat mereka yang hampir setiap hari membolak-balik koran
mencari lowongan pekerjaan. Seharusnya kau tidak berkecil hati dengan
pekerjaanku. Toh, aku tidak mendapatkannya dengan cara yang curang.
Terkadang, sesuatu
yang kita dapatkan dengan cukup mudah ataupun sudah terlalu sering kita nikmati
justru tidak kita syukuri. Udara yang kuhirup setiap hari, air bersih yang kuminum setiap hari, lupa kusyukuri.
Kesehatan, baru kusyukuri ketika sakit melanda. Dan juga pekerjaan. Aku lupa
mensyukurinya. Padahal, hidup itu akan indah bila kita bersabar dan bersyukur. Dan
aku belum mempraktekkan keduanya. Ternyata aku masih harus banyak belajar agar
menjadi orang yang lebih baik. Aku harus menghargai segala yang sudah kudapatkan. Meskipun di mata orang lain itu bukan hal yang berharga, aku tetap harus menghargainya dan mensyukurinya karena itu semua adalah pemberian dari Yang Mahakuasa. Kawan, ingatkan aku selalu untuk bersyukur...
Tulisan ini sebagai Inspirasi untuk Catatan Hati 10 Maret 2012 - @yankmira #1 Giveaway
semakin byk kita bersyukur, semakin byk nikmat yg akan kita peroleh.
BalasHapussemangat mbak. .. . semua harus disyukuri lo. . . entah itu rizki ataupun ujian yang diberikan Allah. . .. moga mnjadi berkah dan dapat mengambil tiap nilai yang Allah berikan. . . hehehehehe
BalasHapus@ Penghuni 60: setuju!
BalasHapus@ Tabah: Aamiiiin, semoga jadi berkah
Ho'oh,,, Mbak... La-in syakartum la-azzidannakum...
BalasHapusBiqouwli.... Alhamdulillah...
Tapi teteup lah ya,,, cita2 harus tinggi biar menebar kemanfa'atan bagi sesama pun bisa lebih mudah.
Semoga sukses kontesnya Mbak...
Bisa banyumasan juga?
hidup itu memang seharusnya disyukuri apapun keadaannya :)
BalasHapusdi dunia ini tidak ada yang sempurna persis keinginan kita.
BalasHapusbersyukur memang cara terindah menjalani hidup :)
@ Samaranji: itu pelatinannya gak salah? bukannya la-aziidannakum? CMIIW
BalasHapusbetul, harus bercita-cita tinggi tapi tetep bersyukur
@ Ely Meyer & latree: yup, apapun keadaan hidup kita, harus tetep bersyukur
Betul sob, bersyukur adalah obat kesedihan dan kekurangan, dengan besyukur kita akan menjadi kaya segalanya..
BalasHapusSemoga sukses kontesnya sob :)
Yup.
HapusMakasih :)
postingan yang sangat bermakna dan mengharukan, mbak....mengingatkan saya untuk senantiasa bersyukur juga...
BalasHapussemoga kita bisa selalu bersyukur :)
HapusSetuju... bersyukur merupakan salah satu bentuk kebahagiaan bagi kita. terima kasih atas partisipasinya yaa, saya masukkan ke list peserta :)
Hapusakhirnya terdaftar jugaaa...
Hapusharus bersyukur dgn apa yg telah kita dapat, krn banyak yang tidak seberuntung kita
BalasHapusYup, harus melihat ke bawah, melihat mereka yang tak seberuntung kita (meskipun bisa jadi mereka tak seberuntung kita tapi lebih bahagia dari kita)
Hapussesuatu yah..
BalasHapusgitu doang komennya?
Hapusmenang lagi nih kayaknya..sukses
BalasHapusHehehe, gak yakin bakal menang, mas :p
Hapus