Senin, 19 Maret 2012

Jangan Mengecilkan Pemberian-Nya

Kuliah di sekolah kedinasan, gratis, dapat uang saku tiap bulan, selama ini masih kuanggap hal yang tidak istimewa. Setelah lulus langsung menjadi CPNS dan setahun kemudian menjadi PNS, pun tetap kuanggap tak istimewa. Terlebih lagi mendengar berbagai perkataan sinis tentang PNS dari kawan-kawanku yang bukan PNS. Katanya PNS tidak kreatif, kerjanya terbatas. Ditambah lagi tuduhan-tuduhan korupsi. Kadang malah merasa malang. Kerja keras seperti apapun kami tak dihargai. Aku merasa menjadi PNS bukanlah hal besar, malah menurutku nggak keren blas! Jadi, kadang agak berat bagiku mengakui pekerjaanku.

Pernah suatu hari aku mengobrol tentang gaji dan tunjangan. Memang secara nominal sudah lebih dari cukup bagi perempuan yang belum berkeluarga sepertiku. Tapi, sepertinya ada nada ‘mengecilkan’ dalam kalimatku yang menyebut gaji. Hingga Abahku berkomentar, “Kamu itu beruntung. Dulu waktu Abah seumuran kamu masih jadi honorer. Lha, kamu... Udah jadi PNS golongan tiga. Abah umur berapa coba naik golongan tiga.” Kalau dipikir, benar juga perkataan Abah.

Pernah juga suatu kali Ibu bercerita, “Alhamdulillaah anak ibu yang dua udah PNS. Nggak perlu pake nyogok. Itu si A, anaknya Bu H, kemarin nyogok puluhan juta biar jadi PNS. Si F anaknya Bu M juga nyogok puluhan juta biar jadi polisi. Tapi, Mbakmu nggak usah pake nyogok udah lulus tes. Kamu juga. Keinginanmu buat sekolah gratis biar nggak nyusahin orang tua terkabul. Keinginanmu buat langsung kerja juga terkabul.” Nada bicara Ibu saat menceritakannya benar-benar terdengar sangat mensyukuri semuanya.

Memang, dulu aku berkeras memilih sekolah kedinasan dengan pertimbangan sekolah gratis dan langsung kerja. Saat itu aku memikirkan Abahku yang hampir pensiun yang sepertinya akan berat bila harus membiayai aku kuliah. Saat itu aku juga melihat kedua Mbakku yang tak kunjung mendapatkan kerja. Sekarang aku sudah mendapatkan yang kuinginkan tapi tak pernah menghargai dan mensyukurinya.

Hidup menjadi indah bukan karena kita mendapatkan semua yang kita inginkan. Tapi, hidup menjadi indah ketika kita mensyukuri apa yang kita dapatkan. Itu yang dulu selalu kuingat. Namun, sekarang sepertinya prinsip itu sudah mulai luntur. Dan perkataan kedua orang tuaku seperti menyentilku, menegurku yang sudah ‘mengecilkan’ nilai segala pemberian-Nya hanya karena mendengarkan mereka yang ‘mengecilkan’ apa yang kumiliki. Aku bahkan kadang menganggap lebay pada kawan-kawanku yang mengatakan bahwa aku beruntung. Astaghfirulloh...

Selama ini aku memang sudah berusaha untuk tidak melihat ke atas, tidak merasa iri pada mereka yang pekerjaannya menurutku lebih baik. Dan memang, cara ini lumayan berhasil untuk tidak membuatku iri. Namun, sayangnya aku juga tidak melihat ke bawah. Tidak melihat mereka yang tidak punya pekerjaan dan harus bergantung secara finansial pada orang lain. Tidak melihat mereka yang hampir setiap hari membolak-balik koran mencari lowongan pekerjaan. Seharusnya kau tidak berkecil hati dengan pekerjaanku. Toh, aku tidak mendapatkannya dengan cara yang curang.

Terkadang, sesuatu yang kita dapatkan dengan cukup mudah ataupun sudah terlalu sering kita nikmati justru tidak kita syukuri. Udara yang kuhirup setiap hari, air bersih yang kuminum setiap hari, lupa kusyukuri. Kesehatan, baru kusyukuri ketika sakit melanda. Dan juga pekerjaan. Aku lupa mensyukurinya. Padahal, hidup itu akan indah bila kita bersabar dan bersyukur. Dan aku belum mempraktekkan keduanya. Ternyata aku masih harus banyak belajar agar menjadi orang yang lebih baik. Aku harus menghargai segala yang sudah kudapatkan. Meskipun di mata orang lain itu bukan hal yang berharga, aku tetap harus menghargainya dan mensyukurinya karena itu semua adalah pemberian dari Yang Mahakuasa. Kawan, ingatkan aku selalu untuk bersyukur...


Tulisan ini sebagai Inspirasi untuk Catatan Hati 10 Maret 2012 - @yankmira #1 Giveaway

19 komentar:

  1. semakin byk kita bersyukur, semakin byk nikmat yg akan kita peroleh.

    BalasHapus
  2. semangat mbak. .. . semua harus disyukuri lo. . . entah itu rizki ataupun ujian yang diberikan Allah. . .. moga mnjadi berkah dan dapat mengambil tiap nilai yang Allah berikan. . . hehehehehe

    BalasHapus
  3. @ Penghuni 60: setuju!
    @ Tabah: Aamiiiin, semoga jadi berkah

    BalasHapus
  4. Ho'oh,,, Mbak... La-in syakartum la-azzidannakum...
    Biqouwli.... Alhamdulillah...

    Tapi teteup lah ya,,, cita2 harus tinggi biar menebar kemanfa'atan bagi sesama pun bisa lebih mudah.
    Semoga sukses kontesnya Mbak...

    Bisa banyumasan juga?

    BalasHapus
  5. hidup itu memang seharusnya disyukuri apapun keadaannya :)

    BalasHapus
  6. di dunia ini tidak ada yang sempurna persis keinginan kita.
    bersyukur memang cara terindah menjalani hidup :)

    BalasHapus
  7. @ Samaranji: itu pelatinannya gak salah? bukannya la-aziidannakum? CMIIW
    betul, harus bercita-cita tinggi tapi tetep bersyukur

    @ Ely Meyer & latree: yup, apapun keadaan hidup kita, harus tetep bersyukur

    BalasHapus
  8. Betul sob, bersyukur adalah obat kesedihan dan kekurangan, dengan besyukur kita akan menjadi kaya segalanya..
    Semoga sukses kontesnya sob :)

    BalasHapus
  9. postingan yang sangat bermakna dan mengharukan, mbak....mengingatkan saya untuk senantiasa bersyukur juga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga kita bisa selalu bersyukur :)

      Hapus
    2. Setuju... bersyukur merupakan salah satu bentuk kebahagiaan bagi kita. terima kasih atas partisipasinya yaa, saya masukkan ke list peserta :)

      Hapus
  10. harus bersyukur dgn apa yg telah kita dapat, krn banyak yang tidak seberuntung kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, harus melihat ke bawah, melihat mereka yang tak seberuntung kita (meskipun bisa jadi mereka tak seberuntung kita tapi lebih bahagia dari kita)

      Hapus
  11. menang lagi nih kayaknya..sukses

    BalasHapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!