“Mila, kan, suka baca,” begitu kata salah seorang kawanku. Dan temanku
itu bukan orang pertama yang menganggap aku suka membaca. Ada beberapa orang
yang berpendapat seperti itu. Ada yang mengatakan bahwa minat bacaku tinggi.
Apakah ini berarti pencitraan yang kulakukan di blog – dengan membuat resensi-resensian buku – sudah berhasil?
Hehehe...
Kalau dipikir-pikir, minat bacaku tidak begitu tinggi. Aku lebih
sering ‘membaca’ Facebook ataupun blogwalking
dibandingkan membaca buku. Aku juga tidak suka membaca di kendaraan sebagaimana
kebiasaan orang-orang di negara maju (misalnya Jepang). Buku-buku yang kubaca
pun bukan buku ‘berat’. Bukan buku tentang ekonomi, bukan buku tentang
statistik, bukan buku agama, bukan buku tentang pemrograman, juga bukan buku
tentang politik (yang terakhir ini amit-amit). Pokoknya bukan buku yang
membuatku terkesan pintar, hehehe... Aku lebih sering membaca buku fiksi – tapi
bukan teenlit ataupun chicklit. Bisa dilihat dari buku yang
kutulis resensi-resensiannya di blog ini. Hampir semuanya fiksi. Kalaupun bukan
fiksi, tetap saja isinya cerita. Meski harus kuakui, biarpun formatnya bukan
buku ilmiah, buku-buka yang kubaca tetap memberikan banyak ‘ilmu’.
Lalu, kenapa banyak yang menganggap minat bacaku tinggi? Mungkin
karena faktor pembanding. Dibandingkan ketinggian langit, sebuah gedung
berlantai sepuluh mungkin tidak ada apa-apanya. Tapi, kalau dibandingkan dengan
rumah tipe 21, tentu saja gedung berlantai sepuluh termasuk tinggi. Mungkin
begitu juga yang terjadi padaku. Dibandingkan dengan para kutu buku sejati,
minat bacaku mungkin tidak seberapa. Tapi, dibandingkan orang-orang yang tidak tertarik
untuk membaca, mungkin aku termasuk lumayan. Dibandingkan para pencandu buku,
mungkin aku tidak ada apa-apanya. Namun, bila dibandingkan orang-orang yang
memang tidak tertarik membaca, aku sudah lumayan. Aku masih bisa menikmati
aktivitas membaca meskipun terbatas pada buku-buku yang sesuai seleraku. Mungkin
itu sebabnya ibuku menganggapku rajin membaca. Waktu kecil aku cukup ‘dibungkam’
dengan majalah Bobo ketika liburan. Setelah dibelikan majalah Bobo bekas seharga
seribu tiga, aku tidak banyak merengek minta jalan-jalan. Dibadingkan dengan
adikku yang – setahuku – tidak tertarik untuk membaca baik buku ataupun majalah
– apapun genrenya – wajar saja bila ibuku menganggapku rajin membaca.
Pertanyaannya sekarang: separah apakah minat baca orang-orang di negeri ini
sampai-sampai orang sepertiku dianggap rajin membaca? Entah. Tak perlu dibahas
di sini. Aku bukan pakarnya.
Ngomong-ngomong tentang ketertarikanku
dalam membaca, Abahku sangat berjasa dalam hal ini. Abahku yang mengajariku
membaca. Abahku juga yang mengenalkanku pada majalah Bobo, meski pada akhirnya
aku lebih sering merengek pada Ibu untuk membelikanku majalah tersebut.
Teknologi yang masih terbatas pada waktu kecil juga berpengaruh besar. Dulu,
kami hanya memiliki televisi hitam putih, hanya bisa menangkap siaran TPI di
siang hari dan TVRI di malam hari. Keluarga kami baru memiliki televisi berwarna
ketika aku kelas empat SD. Saat itulah kami bisa mulai menonton siaran televisi
swasta seperti RCTI dan SCTV. Mungkin karena terlambat mengenal televisi, aku
jadi lebih bisa berteman dengan buku. Meskipun pada akhirnya aku menjadi seorang
sufi (suka tifi), aku tetap menikmati kegiatan membaca. Aku tidak alergi
membaca novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah yang tebalnya bujubuneng, 507 halaman. yah, meskipun
aku tetap alergi membaca buku karangan Lee J Bain dan Max Engelhardt, hehehe...
Dan ketika aku sudah menjadi anggota fanatik Jama’ah Fesbukiyah pun, aku masih
tetap menganggap aktivitas membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan.
Mungkin memang seharusnya begitu. Sewaktu kecil dikenalkan dulu pada
dunia membaca sebelum dikenalkan pada hal lain seperti televisi dan internet.
Dengan begitu, membaca bisa jadi ‘cinta pertama’ yang tidak terlupakan. Meski kemudian
jatuh cinta pada hal lain, misalnya televisi, playstation, dan internet, tetap
saja ‘cinta pertama’ akan bertahan.
Wah, minat bacaku tahun ini benar2 parah. Beberapa buku, bahkan yang fiksi, hanya kubuka hingga beberapa bab awal saja. Lalu kutinggalkan.
BalasHapusSemoga tahun ini aku bisa melanjutkan bacaan2ku itu :D
Mungkin fiksinya memang nggak sesuai selera jadi gak ditamatin. Beli buku yang sesuai selera aja :)
HapusOrang di negeri ini tergolong rajin membaca dibanding negara lain, cuman bukan membaca kategori buku melainkan membaca update status orang di fesbuk... wkwkwkwk
BalasHapusSama baca gosip :D
HapusKalau saya pas di bis ga baca karena pusing, hehe .
BalasHapusMajalah bobo semasa kecil baca pas maen ke rumah temen yg punya :D
salam kenal :)
mind to folback?
Saya juga kalo di kendaraan gak sanggup baca karena pusing :D
Hapusaku juga suka baca buku... walopun skrg ini bnyk e-book tp aku mah setia baca buku yg ada kertas2 nya, lbh afdol hahahaaa
BalasHapusKalo baca e-book kadang capek matanya...
Hapuskalo aku sih tergantung waktu luang aja sih, kalo ada wkt luang pasti nyempatin utk baca buku...
BalasHapus:D
BTW,selamat ya udh menang GA puisi tuh..
Makasih :)
HapusIya Mil, itu juga yang aku ajarin ke anakku. Alhamdulillah dia nggak terlalu doyan tipi, selalu lebih milih buku daripada tivi :)
BalasHapusKalo aku bilang, minat baca di Indonesia cukup tinggi. Daya belinya yang kurang. Coba aja duduk di sebelah orang di kendaraan umum, trus kita buka koran. Kemungkinannya 99% tu orang ikutan baca koran kita :D
Hahaha, kayaknya minat baca orang kita tergantung bacaannya lagi dibaca orang lain atau dianggurin. Kalo lagi dibaca orang lain, langsung deh diminati buat dibaca :D
HapusDirimu menuliskan ini dengan teramat jujur Milo :D Apalagi dengan perbandingan tinggi gedung itu
BalasHapusMasalah selera saja sih. Buku2 fiksi kan banyak juga yang di dalamnya terkandung pembelajaran yang ribet ...
Iya, Kak. Emang tergantung selera. Ada yang sukanya baca fiski, ada juga yang seleranya nonfiksi.
Hapusaku juga suka baca tapi bukan termasuk cinta pertama pada buku2 itu, tapi walaupun cinta kesekian tetap aja aku pertahankan cintaku itu *eh ini lagi bahas buku atw cinta sih :D
BalasHapusbahas buku tentang cinta :p
Hapustahun 2012 aku sedikit sekali membaca buku nih
BalasHapusSemangat, Mbak, tahun ini target baca yang banyak *padahal saya sendiri gak punya target*
HapusKita samaan mbak di suka baca fiksi ∂άn status facebook :D
BalasHapusHihihi, suka baca status fesbuk juga?
HapusMinat bacaku udah lumayan ditahun lalu, walau gak tercapai target buku yg dibaca hehehe
BalasHapusSaya malah gak punya target tahun lalu dan tahun ini juga gak punya target :D)
HapusWah..., sama nih Mbak dengan saya. Dulu masa kecil bapak suka membelikan majalah Bobo, dll. Banyak banget deh majalah anak-anak. Tapi bukan baru. Bapak suka membeli majalah bekas di pasar loak. Dan, sekarang, jadinya saya suka membaca, termasuk majalah dan koran bekas.
BalasHapusSama, Bapak saya dulu juga beliinnya majalah bekas. Tapi, tetep aja seneng biarpun cuma majalah bekas :D
Hapus