Jurus Dua Golok
Kyai menunjukkan dua buah golok, yang satu tajam dan yang satunya lagi tumpul. Ia mengayunkan golok tajam dengan setengah hati untuk mematahkan sebatang bambu. Lalu? Bambu itu tidak patah. Kemudian dia mengayunkan golok yang tumpul dengan sungguh-sungguh. Bambu itu masih belum patah. Ia pun terus-menerus mengayunkan golok tumpul tersebut dengan sekuat tenaga. Akhirnya bambu itu pun patah.
Lebih kurang begitulah salah satu bagian cerita Ranah 3 Warna karya A Fuadi (dengan redaksi cerita yang berbeda tentunya). Kita bisa menafsirkan cerita itu dengan bebas, termasuk mengaitkannya dengan kesungguhan dan kegigihan. Seseorang yang memiliki sumber daya berlimpah (misalnya kecerdasan, kondisi fisik yang sempurna, fasilitas lengkap) bila tidak bersungguh-sungguh tidak akan sukses. Sedangkan seseorang dengan sumber daya yang terbatas, bila bersungguh-sungguh, tidak kenal putus asa, tentu bisa sukses.
Kisah ini sejalan dengan "mantra" dalam novel ini: man shobaro zhofiro, siapa yang bersabar akan beruntung. Bila "mantra" man jadda wajada dalam novel Negeri 5 Menara adalah pemantik api semangat, "mantra" novel lanjutannya ini adalah penjaga agar api yang sudah menyala itu tidak padam, terus menyala, meski sekencang apapun angin yang bertiup. Bersabar, terus berusaha, terus berjuang!
*saatnya menyemangati diri sendiri*
Bersabar, terus berusaha, terus berjuang! setuju banget.. YES!! (yakin Esok Sampaiii)
BalasHapusjgn lupa doa mba,, :)
@ manis.asam.asin:
BalasHapusYup, berdoa juga :)