Aku bukan tipe orang yang ber-muhasabah di saat momen pertambahan (mungkin juga bisa disebut pengurangan) usia. Namun, kali ini tampaknya aku ditegur. Tepat ketika hari ulang tahunku, ketika aku memikirkan umurku yang sudah seperempat abad, aku mendapat kabar tentang kawanku yang meninggal ketika menjelang persalinan. Usianya sebaya denganku. Kaget, pasti. Baru sekitar satu setengah bulan lalu aku makan semeja dengannya, suaminya, dan Tiwi. Dia yang biasanya tidak terlalu ramah, malam itu terlihat friendly. Bahkan, dia menegurku, "Millati kok diem aja". Dan sekarang, ia sudah tak ada. Umur manusia memang hanya Allah yang tahu.
Tiba-tiba aku berpikir, bagaimana bila setelah ini giliranku? Dosaku masih banyak. Aku juga belum sempat minta maaf pada orang-orang yang pernah jadi korban sifat dan sikap burukku. Aku takut mati. Lebih tepatnya aku takut kehidupan setelah mati.
Dan ketika melihat teman-teman begitu bersedih kehilangan kawanku itu, aku jadi berpikir... Bila aku yang meninggal, akankah mereka kehilangan? Atau akan lebih banyak yang bersyukur bila aku meninggal? Entahlah. Semoga saja, setidaknya keluargaku mendoakan aku bila aku meninggal kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!