“Yuk, kita cari novelnya,” Pawana menarik lengan jaket Wukir.
“Digandeng tangannya langsung aja, Mbak. Nggak usah narik jaketnya,” ledek
Pukat.
Pawana melepaskan pegangannya pada jaket Wukir lantas berlalu menuju
rak tempat novel-novel. Merengut. Wukir bergegas menyusulnya.
***
“Siapa tadi?” tanya Wukir sambil diam-diam membuka plastik yang
membungkus sebuah novel. Eragon, judul novel itu. Matanya bergerak-gerak
mengawasi siapa tahu ada penjaga yang melihatnya.
“Pukat. Anak baru di kantor,” jawab Pawana singkat. Wajahnya masih
ditekuk, masih kesal dengan sindiran Pukat tadi.
“Kok, aku baru lihat, ya? Rasanya aku kenal semua karyawan di kantor
provinsi DKI,” tanya Wukir sambil membolak-balik novel yang baru berhasil dia
buka bungkusnya.
“Baru kerja dua bulanan. Fresh graduate. Dia di Bagian Analisis. Dia
juga belum pernah pergi ke kantor pusat, makanya Mas Wukir nggak pernah lihat
dia,” jawab Pawana.
“Kayaknya Siwi belum punya novel ini, deh. Beliin ini aja. Bagus ceritanya,”
Pawana menyodorkan novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye.
“Oh, ini, kan, novel yang bikin kamu mewek itu. Kalau kamu sampai
mewek, berarti ceritanya memang bagus,” Wukir tersenyum lebar sedangkan Pawana
kembali merengut.
“Kalau orang kantor tahu kamu nangis cuma gara-gara baca novel, rusak
image garangmu,” Wukir masih semangat menggoda Pawana, tak peduli biarpun
Pawana terlihat makin murka.
“Sorry. Just kidding!” kata Wukir sambil mengacak rambut gadis yang
sudah dikenalnya selama empat tahun itu.
“Oke. Aku ambil novel yang itu sesuai saran kamu. Kamu mau beli novel
apa? Sesuai janji, aku traktir kamu satu buku,” kata Wukir. Pawana menunjukkan
novel tebal di tangannya. The Lost Symbol. Lalu membaliknya, menunjukkan label
harganya.
“Itu, kan, mahal, Na,” kata Wukir lemas. Pawana tersenyum lebar. Puas.
***
Pawana dan Wukir melanjutkan perburuan buku mereka ke rak buku-buku
komputer. Wukir sibuk mencari buku-buku tentang bahasa pemrograman C# sedangkan
Pawana mencari buku tentang Joomla.
“Oh, iya. Aku hampir lupa bilang ke kamu, Na. Tiga bulan lagi dibuka
pendaftaran beasiswa ke Jepang. Kita udah bisa apply karena kita udah empat
tahun kerja.”
“Syaratnya apa aja, Mas?”
“IPK minimal 3,00, TOEFL minimal 500, rekomendasi atasan. Ada satu
syarat lagi tapi aku lupa, hehehe!” Wukir tertawa kecil.
“Eh, itu bukannya teman kamu yang tadi? Siapa namanya?” tiba-tiba Wukir
menunjuk seorang laki-laki yang sedang mengobrol dengan beberapa gadis. Pawana
refleks menoleh.
“Oh, iya. Itu Pukat,” jawab Pawana singkat.
“Kayanya dia cepat akrab sama cewek, ya?” tanya Wukir, memancing
reaksi Pawana.
“Yuk, ah, pulang!” alih-alih menanggapi perkataan Wukir, Pawana malah
mengajak pulang. Wukir hanya tersenyum melihat Pawana yang tak terpancing. Satu
hal yang dia tahu sekarang, Pawana tidak nyaman membicarakan Pukat.
***
Lagi-lagi aku bertemu Pukat. Aku melihatnya dikelilingi beberapa
wanita. Dan semuanya seperti terpesona pada Pukat. He’s just like his name. Pukat. Jaring. Tapi, yang dia jaring bukan
ikan. Yang dia jaring hati wanita.
Tapi, wajar saja kalau banyak yang menyukainya. Sikapnya memang manis.
Nyaman juga mengobrol dengannya. Eh, kenapa aku jadi memuji bocah tengil itu?
Jangan sampai aku ikut terjebak di jaringnya! Amit-amit!
***
Dia tersenyum! Dia bahkan tertawa! Aneh sekali melihat Pawana tertawa
riang. Seperti bukan dia. Aku merasa sikapnya ... hangat. Apa karena dia
bersama teman lelakinya itu?
*bersambung
*bersambung
kalo suka, jangan mikirin mahal
BalasHapusembat bae yu...
hehehe, masa asal embat :D
Hapuswah selalu dikelilingi wanita-wanita ya
BalasHapusnggak selalu, kok :p
Hapuswah, tadinya kupikir mbak Pawana pake jilbab lho.. haha
BalasHapus:p
emangnya the lost symbol harganya berapa mbak? ratusan ribu? aku bacanya dapet gratisan donk, baca lewat pdf. wekekekekeke. XD Kenapa gak sekalian minta dibeliin koleksi dan brown yg terbaru: judulnya Inferno, kalo gak salah ingat.
btw jangan2 mbak Milo kalo lagi ke toko buku juga suka nyobek2 plastik pembungkusnya ya? Trus mbukanya pake acara sembunyi2, mirip yang dilakukan mas wukir?
Ternyataaaa, huahahaha.
Kalo aku mah, sukanya minta tolong temenku buat mbukain bungkus plastik pembungkus bukunya, takut2 sih. XD
nggak enak, lah, kalo kubikin Pawana pake jilbab. soalnya dia judes tingkat dewa :D
Hapusgak tahu deh harganya, yang jelas di atas 80 rebuan kayaknya.
aku juga punya softcopy-nya tapi males baca :D
aku nggak suka buka plastik buku di tokbuk kok :p
lha, berjilbab nggak boleh judes eaa? :v
HapusMendingan baca versi pdf, daripada nggak baca sama sekali > itu prinsipku, huehehe. Tapi emang bacanya jd kurang greget deh. :(
waktu baca angel & demon, digital fortress, 'n deception point lebih nendang daripada pas baca the da vinci code ama the lost symbol. Becoz yg kusebut tiga pertama itu aku bacanya lewat buku fisik, dua yg terakhir lewat pdf. :(
#curhat
nggak suka buka plastik di toko buku? yang bener nih? kog mas wukir kayak gitu? apa temennya mbak Milo ada yg suka begitu? :P
umm, nggak gitu, sih. cuma... cuma... cuma... aku gak tega aja kalo tokoh berjilbab tapi digambarin bengis :D
Hapusaku malah belum namatin the lost symbol, ya itu karna ga sanggup lagi baca ebook. padahal waktu baca da vinci code, angel demon, ama deception point sanggup baca ebook loh! aku paling suka deception point. beda gitu ama buku Dan Brown yang laen.
temenku nggak ada yang suka buka plastik buku, enha. nuduh mulu deh :p
endingnya masih lama ya.
BalasHapusmembuat makin penasaran aja. jangan sampai deh yang satu ke jepang, yang satu ditinggal. kayak long distance nantinya.
padahal mau dibikin LDR loh! *eh
HapusAkhirnya...... terbit juga lanjutannya ...:)
BalasHapusnice story,, :)
BalasHapus:)
Hapus