Aku bukanlah seorang fans klub sepakbola
manapun. Bahkan, aku bukanlah orang yang suka menonton pertandingan sepakbola,
entah yang ditayangkan sore hari, siang hari, apalagi tengah malam. Aku lebih
memilih menonton acara lainnya. Tapi, anehnya, aku sangat suka mengikuti berita
tentang pertandingan sepakbola, juga berita tentang para pemainnya. Bagi yang
sering mengakses portal berita seperti detik.com dan okezone.com pasti tahu
betapa “ramai”-nya bila ada berita tentang sepakbola. Yang paling ramai –
menurut pengamatanku – adalah berita tentang Barcelona dan Real Madrid. Jumlah komentar
pada berita tentang Barcelona atau Real Madrid bisa dibilang fantastis
dibandingkan berita lain. Selain jumlahnya banyak, komentarnya pun lucu-lucu. Mulai
dari yang memelesetkan Barcelona menjadi Barcelana dan Bancilona (yang kedua
ini lebih sering dilontarkan), Real Madrid menjadi Real Madrot, mengubah nama
Ronaldo menjadi Ronaldongo, CR7 menjadi Curut7, Mourinho menjadi Mounyet,
sampai yang mengatai Lionel Messi cebol.
Selain mencela dan menghina klub yang dibenci beserta pemainnya, kadang para
komentator juga menuduh klub yang dibenci tersebut. Misalnya penggemar Real
Madrid menyebut pemain Barcelona cengeng, kesenggol
dikit ngadu wasit, suka diving,
dibantu wasit, dan sebagainya. Sebaliknya penggemar Barcelona menyebut pemain
Madrid suka main kasar, main terlalu defensif, parkir bus, dan sebagainya. Dan sekali
pemain klub musuh melakukan kesalahan, langsung dicela habis-habisan. Misalnya
ketika Messi ataupun Ronaldo gagal melakukan penalti, langsung dicela tanpa
ampun. Kadang, yang lebih aneh, beritanya tentang Real Madrid lawan klub lain
(misalnya Atletico Madrid), masih saja ada komentator yang membawa-bawa
Barcelona. Demikian juga sebaliknya. Beritanya tentang Barcelona lawan Valencia
misalnya, ada saja komentator yang membawa-bawa Real Madrid.
Para pemain kedua klub belum tentu
berseteru sebegitu hebohnya, tapi para penggemarnya sudah sedemikian parahnya
dalam berseteru. Padahal, apa untungnya, sih, sebegitunya membela pemain
kesayangan dan menghina pemain yang dibenci? Sampai-sampai menuduh wasit dibayar. Kalaupun memang benar, biar saja yang berwenang yang mengusutnya. Mereka tentu lebih paham dibandingkan kita tentang kejanggalan-kejanggalan yang terjadi dalam pertandingan. Selama belum terbukti, ya, tidak perlu menuduh. Ada fans Real Madrid yang sebegitu
bencinya pada Messi sampai menghina ketika diberitakan bahwa kekasihnya hamil. Emm,
itu memang bukan contoh yang baik. Dalam Islam malah dosa besar itu (zinanya,
bukan hamilnya), jadi tidak boleh ditiru. Tapi, pemain kesayangannya (misalnya
Ronaldo) juga belum tentu lebih baik dari Messi. Apakah kalau Ronaldo juga
melakukan hal yang sama, dia akan mencela sekeras itu? Atau akan memaklumi dengan dalih Ronaldo bukan muslim? Di sini muncul
ketidakadilan dalam menilai seseorang dikarenakan kecintaan dan kebencian yang
berlebihan. Ketika orang yang kita benci dan orang yang kita cintai melakukan tindakan
buruk, tentu saja kita harus menganggap tindakan keduanya buruk. Bukan malah
menganggap tindakan pemain yang satu buruk dan menganggap tindakan pemain
lainnya wajar. Begitu pun dalam kebaikan. Kalau memang keduanya berprestasi,
ya, akuilah prestasi keduanya. Bukannya mengingkari prestasi. Kalau memang
Ronaldo memang jadi top scorer, ya, akuilah kehebatannya. Bukannya berkomentar
negatif karena saking bencinya pada Ronaldo. Kalau Messi meraih Ballon d’Or, ya, akuilah kehebatannya. Bukannya
berkomentar negatif, mengatakan dia tidak layak mendapatkannya, karena saking
bencinya pada Messi. Ngomong mah gampang. Praktiknya yang susah. Hehe, memang,
sih. Ketika kebencian dan kecintaan sudah berlebihan, amat sangat sulit menilai
sesuatu secara adil. Aku juga begitu. Tapi, kita bisa belajar untuk lebih adil
dalam menilai, kan?
Selain itu, penonton dengan mudahnya
mencela pemain yang gagal melakukan penalti, padahal kalau dia yang disuruh,
belum tentu bisa. Jangankan gol, bisa jadi dia cuma menendang angin, bukannya
menendang bola. Nendang bal be ngesrong, ora
teyeng. Penonton, sih, enak. Cuma teriak-teriak sambil membodoh-bodohkan
pemain. Mereka tidak merasakan betapa lelahnya berlarian di lapangan yang luas
mengejar bola. Fenomena ini sesuai sekali dengan perkataan orang tua yang
mengatakan bahwa penonton memang biasanya (atau memang selalu?) lebih rame dari pemain. Dalam kehidupan
sehari-hari pun begitu. Kadang ada yang seenaknya mengomentari pekerjaan orang
dengan berkata, “Kaya gitu aja nggak becus!” Padahal yang mengerjakan sudah
setengah mati seperempat hidup seperempat mati suri. Yang berkomentar tadi pun
belum tentu bisa mengerjakan dengan lebih baik. Misalnya suami mengomentari
pekerjaan istri, “Kamu gimana, sih? Rumah masih berantakan, goreng tempe juga
gosong.” Padahal, sang istri seharian sudah capek mencuci dan menyeterika baju
sehingga tidak sempat beres-beres rumah, lalu dia harus meninggalkan tempe yang
sedang digoreng karena bayinya terbangun, alhasil tempenya gosong. Kalau suami
yang disuruh melakukan semua itu, belum tentu lebih baik dari istrinya. Atau istri
yang mengomentari suaminya yang tukang ojek, “Seharian narik cuma dapet segini.
Bisa kerja nggak, sih?” Dia tidak merasakan apa yang dirasakan suaminya.
Berpanas-panasan, terjebak macet, hampir terserempet truk. Kalau dia ada di
posisi suaminya, bisa jadi dia cuma mau narik setengah hari. Aku juga begitu. Kadang
seenaknya mengomentari (dalam hati) tulisan seseorang, menyebut tulisan itu
tidak menarik, membosankan, garing, tidak terstruktur, dan sebagainya. Padahal,
penulisnya sudah susah payah menggali ide, mencari diksi yang tepat, dan banyak
usaha lainnya. Tapi, ya, itu. Berkomentar memang jauh lebih mudah dibandingkan
bertindak. Semoga kebiasaan jadi “penonton yang rame” bisa berkurang.
Ngomong-ngomong, yang sering mengatai Lionel Messi cebol itu sebenarnya tingginya berapa? Apa dia lebih tinggi dari Messi atau justru lebih pendek? Kalau Messi dibilang cebol, lalu aku apa? Kurcaci? Hobbit? Hiks, hiks, hiks!
Ngomong-ngomong, yang sering mengatai Lionel Messi cebol itu sebenarnya tingginya berapa? Apa dia lebih tinggi dari Messi atau justru lebih pendek? Kalau Messi dibilang cebol, lalu aku apa? Kurcaci? Hobbit? Hiks, hiks, hiks!
memang lebih enak ngomong doang dari pada main... jadi maklum lah.. apalagi yang ngomongin messi kecil... kecil kecil buat di eropa di indo ya tinggi dia.. hehe
BalasHapusIya, buat ukuran Indonesia mah udah tinggi dia. 170 an gitu.
HapusEh, 169 ding, hehe
Hapusitulah 'hebatnya' penonton sepakbola, bisanya cuma mencela, padahal belum tentu dia bisa main sepakbola. :)
BalasHapusHo'oh. Belum tentu dia bisa main bola. Kalaupun bisa, belum tentu lebih baik.
Hapusmengomel memang paling mudah ya, mencela juga, nggak mikir kali berada di posisi yg diomelin
BalasHapusIya, lebih mudah daripada melakukan sendiri.
Hapusaq juga nggak suka bola bro.
BalasHapusfutsal aja baru sekali seumur hidup q.
jajajajajajaj
Jarang ada cowok yang gak suka bola..
HapusHehehe...kita di indonesia serasa di eropa ketika melihat pertandingan real madrid melawan barcelona.
BalasHapusJadi semacam pendukung fanatik,yang sebenernya tidak tau apa apa tentang sepak bola pun bisa ikut mencela dan memaki mereka,ya karena emang begitula tradisi nya.
Waduh, tradisi?
Hapussama... aku juga gak begitu suka nonton bola.. malah suka ngantuk nontonnya.. lebih suka nyimak beritanya aja... :))))
BalasHapusBeritanya lebih seru, ya, Nuel :p
HapusXixixi... berarti kamu sering baca komenku didetik juga ya ndah?? Wah, penggemar messi juga nih. Viva Barca :D
BalasHapusEmang kalo komen di sono, kamu pake nama siapa? Ga ada nama Anak Rantau deh :p
Hapusga hanya di berita bola Milla, di berita teknologi juga banyak kok perang fans boy apple vs samsung vs nokia - ios vs android vs windows
BalasHapusdi situs agama apalagi, lebih seram krn banyak yg berani bilang si fulan kaf*r, si fulan yg itu w*habi, dll
akal sehat sudah hilang, terlebih karena berdiskusi tanpa bertatap muka
Kalo tentang teknologi, yang rame biasanya emang fanboy apple vs fandroid vs bb. Tapi, kalo di portal berita macam detik, komen di berita teknologi ga sebanyak di berita bola.
HapusKalo di situs agama, sih, ngeri. Apalagi kalo debatnya tanpa ilmu. Orang awam macam aku bakalan bingung.
kl pun messi cebol tp main bolanya jago.. yg ngatain messi jago gak mainnya? :D
BalasHapusHihihi, kayanya yang ngatain cebol malah ga bisa maen bola :D
Hapusyang penting mainnya bagus juga ganteng hehehe
BalasHapusKata "ganteng"-nya digarisbawahi :p
HapusSetuju sama pendapatmu. Ga fans klub sepak bola, artis, gadget kayak mas rio bilang semuanya ya seperti itu
BalasHapusHehe, semuanya kaya gitu, ya?
Hapus