Sabtu, 15 September 2012

Edisi "Ya, Sudahlah"

Salah satu hal yang sulit kulakukan adalah mendelegasikan tugas pada orang yang tidak akrab denganku. Dan sayangnya, aku tidak akrab dengan semua KSK (petugas) di kantorku. Kadang, terkesan aku “memonopoli” pekerjaan dan tidak memberi kesempatan pada orang lain untuk mengerjakannya. Setidaknya itu kesan yang kutangkap dari pernyataan ‘seseorang’. Padahal, sebenarnya aku hanya merasa tidak enak hati memberi pekerjaan pada orang yang tidak akrab denganku. Kalau dengan teman akrabku, aku bisa dengan ringan hati – bahkan, mungkin kadang terkesan semena-mena – memintanya membantuku menyelesaikan pekerjaan. Kalau dengan yang lain? Rasanya rikuh (apa sinonim kata rikuh dalam Bahasa Indonesia?). Lagipula, aku pernah beberapa kali meminta tolong pada para KSK untuk membantuku meng-entry hasil pencacahan, dan mereka memberikan berbagai macam alasan: mau turun ke lapangan, mau memeriksa dokumen, pokoknya macam-macam,  tapi intinya tidak mau. Karena beberapa kali mereka menolak, aku pun malas meminta tolong lagi. Jadilah aku sering mengerjakan tugas hanya dengan bantuan dua orang temanku.

Hingga akhirnya ada satu pekerjaan yang mau tidak mau membuatku harus meminta tolong pada para KSK. Sebenarnya tiap semester kami harus meng-update peta desa-desa yang mengalami pemekaran. Tentu saja aku bingung. Aku tidak tahu bagaimana menyuruh mereka. Awalnya aku meminta tolong pada empat orang. Yang satu merespon dengan baik, yang satu ogah-ogahan, yang satu melaporkan bahwa menurut geuchik (kepala desa) batas desanya belum jelas jadi belum bisa digambar petanya, dan yang satu bertanya, “Ini ada uangnya nggak?” Pertanyaan itu membuatku merasa... merasa... entah bagaimana perasaanku saat itu. Antara marah, bingung, capek hati, dan entah apa lagi. Yang pasti, pertanyaan itu membuatku ‘mogok’ mengurusi peta. Aku memutuskan untuk fokus pada tugas lain saja.

Dan beberapa bulan kemudian, ada surat yang menginstruksikan untuk meng-update peta desa pemekaran untuk persiapan Sensus Pertanian. Itu artinya, pekerjaan yang beberapa bulan kutunda mau tidak mau harus diselesaikan. Dan itu berarti aku harus meminta tolong lagi pada para KSK. Karena aku sudah tidak enak hati, aku pun meminta tolong pada kawanku, sebut saja Z untuk menyuruh mereka. Setahuku, mereka lumayan patuh pada kawanku ini. Kawanku ini pun mengiyakan tapi tidak menjanjikan mereka mengerjakan segera dengan alasan banyak pekerjaan lapangan. Aku benar-benar berharap bantuannya, jadi aku berkali-kali memintanya untuk menyuruh para KSK membuat peta. Jawabannya hanya iya iya saja. Tapi, ternyata dia jugs tidak enak hati karena para KSK sedang sibuk. Dia pun tentunya lebih mengutamakan mereka untuk segera menyelesaikan pekerjaan lapangan. Sampai aku pun kesal dan berkata, “Kerjaan IPDS (IPDS itu seksi tempat aku bertugas) selalu jadi prioritas terakhir. Nyebelin!”


Deadline pun terlewati. Aku baru menagih peta dari beberapa orang – yang auranya tidak membuatku rikuh ataupun bete. Satu orang tidak perlu kutagih justru meminta sendiri bahan padaku. Satu orang, sebut saja Pak M, belum kutagih karena auranya membuat rikuh dan aku meminta Q menagih padanya. Satu lagi belum kutagih karena dia sudah kusuruh dari beberapa bulan lalu dan reaksinya ogah-ogahan dan auranya sungguh membuatku bete level insane, sebuat saja namanya R. Dan aku pun mengandalkan Z untuk menagih pada R. Apakah Z menagih pada dua orang itu? Ternyata tidak. Akhirnya aku ‘mengenakkan hatiku’ untuk ‘menyuruh’ kedua orang itu.

Lalu, pagi hari ketika aku sedang membuat peta, kudengar suara R di dapur. Kebetulan ruanganku dekat dengan dapur, jadi kalau ada orang berbincang keras di dapur, aku bisa mendengar. Dan si R ternyata mengatakan kepada bos bahwa aku baru menyuruhnya membuat peta, jadi wajar kalau dia terlambat menyelesaikan. Rasanya... rasanya... rasanya... Aku tidak bisa menemukan kata yang lebih tepat selain kata ‘sakit’. Kalau Pak M yang mengatakan hal tersebut, mungkin aku terima. Aku memang terlambat meminta Pak M membuat peta. Sedangkan R? Sudah sejak beberapa bulan lalu kuminta.

Aku tidak tahan mendengarnya. Langsung kunyalakan musik di laptop sekeras-kerasnya. Lagunya pun lagu rock. Tujuanku agar aku tidak mendengar kata-kata mereka sehingga aku tidak down dan kehilangan mood bekerja. Tapi, tetap saja kata-katanya terngiang di telingaku. Aku membuat peta sambil menangis. Untungnya petanya tidak sampai basah dan rusak.

Selain R, ternyata KSK yang lain juga bersuara sumbang. Seakan semuanya menyalahkanku atas keterlambatanku memberikan tugas. Awalnya aku ingin membela diri. Tapi, setelah kupikir-pikir, memang aku salah dalam hal ini. Yah, meskipun aku merasa itu bukan sepenuhnya salahku, tetap saja aku punya andil kesalahan. Aku juga ingin menyalahkan Z. Tapi, buat apa? Tetap saja yang lain menyalahkanku. Dan menyalahkan Z pun tidak mempercepat pekerjaan. Akhirnya aku pun sampai pada kondisi “ya, sudahlah”. Kalau mereka mau menyalahkanku, ya, sudahlah, silakan menyalahkanku. If they want to blame, then just blame me. Kalau mereka mau membenciku, ya, sudahlah, benci saja aku. Bahkan, aku yang biasanya curhat kepada temanku dengan tujuan mendapatkan pembelaan, pada saat itu curhat hanya sekadar ingin mencurahkan isi hati, tidak mengharapkan pembelaan. Kalaupun yang kucurhati ikut menyalahkanku, ya, sudahlah. Ketika mereka mengeluh, “Capek!” aku ingin sekali menjawab, “Bukan cuma kalian yang capek!” Tapi, lagi-lagi, ya, sudahlah. Tak ada gunanya juga aku pamer pada mereka kalau aku juga capek.

Gara-gara kejadian tidak menyenangkan itu, aku jadi belajar untuk tidak mengandalkan orang lain. Awalnya saja bilang ‘iya’ tapi ujung-ujungnya tidak membantu juga. Aku juga jadi tahu rasanya ketika ada yang membicarakan kejelekanku di belakangku. Sakit, bo! Jadi, aku harus belajar untuk tidak menjelek-jelekkan orang di belakang. Yah, setidaknya dikurangi, lah, kebiasaan menjelek-jelekkan orang. Eh, tulisan ini tidak termasuk menjelek-jelekan, kan? Dengan kejadian itu, aku juga semakin percaya pada pepatah “setiap kuda merasa bahwa bebannya yang terberat”. Setiap manusia merasa masalahnya yang terberat. Seperti yang dikeluhkan mereka: capek. Sepertinya setiap manusia (termasuk aku) merasa dirinyalah yang paling lelah. Padahal, semuanya juga lelah. Dan dengan kejadian itu, aku HARUS belajar untuk mendelegasikan tugas. Tidak ada cerita ‘tidak enak hati’. Semoga aku bisa belajar melakukannya.

Tulisan ini diikutsertakan pada Monilando’s First Giveaway

16 komentar:

  1. pertamax :p

    kok blog nya nggak bisa di scrool ya?
    semoga menang
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo di Chrome emang nggak bisa di-scroll, hehehe

      Hapus
    2. Kok aku di chrome bisa... hihihi...
      KSK itu kepanjangannya apa mbak?
      Semoga menang aja deh ya mbak :D

      Hapus
    3. Ah, maca cih, Un? Kayaknya kalo di Chrome nggak bisa pake scroll, bisanya pake tombol panah gitu.

      Hapus
  2. susah ngandalin orang lain, sudah habits bangsa ini, jadi kerjakan saja tugas kita, ga usah suruh2 yg lain

    BalasHapus
  3. Di kantormu apa gak ada Job Deskripsinya si Ndah??
    Kalau ada kan jelas, pelimpahan tugas, siapa2 yang bisa kamu suruh.

    Hmm.. lomba ya Ndah, semoga menang deh :)

    BalasHapus
  4. hihihi, memang ya mbak, kadang mending dikerjain sendiri...

    btw kerja di BPS ya mbak?

    BalasHapus
  5. memang agak gimana gitu meminta bantuan kepada orang yang lain yang memang tidak terlalu akrab dengan kita. Jadinya agak riweuh (kalau bahasa sundanya). Paling enak memang mengerjakannya sendiri. Cuma ya itu, tidak semua pekerjaan bisa kita atasi sendiri. Jadi musti kerjasama dengan orang lain untuk menyelesaikannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ada beberapa pekerjaan yang memang mesti minta bantuan orang lain.

      Hapus
  6. suka dengan paragraf terakhir....

    BalasHapus
  7. waw... kontes! langsung tkp deh... ;p

    BalasHapus
  8. mungkin ada baiknya mbak harus berani kasih orang lain kepercayaan. jadinya kalau ada masalah kayak gini lagi, mbak gak sepenuhnya disalahkah... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan nggak ngasih kepercayaan. cuman bosen ditolak :D

      Hapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!