![]() |
Gambar pinjam di sini |
Dua kata untuk novel ini: GOKIL ABEEES!!!
Membaca novel ini membuatku haqqul yaqin bahwa keempat penulisnya adalah
orang-orang sarap, hahaha! Kenapa? Hmm, bagaimana, ya, menjelaskannya? Pernah
membaca novel Dee (Dewi Lestari) yang pertama? Yang Supernova itu, lho... Salah
satu keunikan dari novel Dee tersebut adalah adanya footnote. Nah, dalam novel Negeri van Oranje ini juga ada footnote.
Tapiiiii, jangan bayangkan footnote
yang serius seperti dalam novel Dee. Dalam novel gokil ini, footnote yang ada justru ngocol,
meskipun tetap memberikan penjelasan bagi kata-kata yang diberi footnote ini. Tapi, ada juga, sih,
kata-kata yang tidak perlu diberi penjelasan dan justru diberi footnote. Seperti apa footnote-nya? Pokoknya geje, dah!
Novel keroyokan karya Wahyudiningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, dan Rizki Pandu Permana ini menceritakan kisah lima
mahasiswa Indonesia yang kuliah di negeri asal kumpeni alias Belanda. Kelima
mahasiswa tersebut adalah Lintang, Wicak, Daus, Banjar, dan Geri. Lintang,
satu-satunya perempuan dalam ‘geng’ mereka yang diberi nama AAGABAN (Aliansi Amersfort
GAra-gara
BAdai
di Netherland,
nama ‘geng’ yang aneh ini adalah hasil karya Lintang). Lintang ini sewaktu
kecil dituduh oleh guru tarinya bahwa dia pernah menelan ulat bulu hidup-hidup
karena tingkahnya yang pecicilan. Dan tuduhan tersebut dibenarkan oleh ibunya.
Dia kuliah di Leiden. Oh, iya, Lintang ini agak terobsesi memiliki pacar WNA meskipun
tetap saja cintanya selalu kandas, hahaha! Wicak, anggota LSM yang menyelidiki illegal logging, ‘dikuliahkan’ di
Belanda untuk diselamatkan sebelum ‘dimusnahkan’ para otak illegal logging. Aku baru tahu ternyata jaringan illegal logging bisa semengerikan itu. Wicak
ini kuliah di Wageningen, yang disebut sebagai “desa ngaku kota”. Daus,
putra Betawi tulen dari Gang Sanip, yang pernah bercita-cita jadi pengacara
lalu diingatkan kakeknya akan bahayanya menjadi pengacara. Kata kakeknya, “Sholat lo aje masih bolong-bolong, mending lo cari makan
jangan yang nambah dosa, deh.” Bagi yang berprofesi sebagai pengacara no offense, ya! Banjar, yang nama aslinya
Iskandar, seorang eksekutif muda yang kuliah di Belanda karena ingin mematahkan
perkataan kawannya yang menyebut dia sudah tidak bisa lagi hidup susah dengan
uang beasiswa yang “sangat terbatas”. Yang terakhir, Geri. Dia yang paling awal
kuliah di Belanda. Geri ini merupakan sosok yang membuat kawan-kawan lelakinya
bete dengan kadar kegantengannya yang jauh di atas rata-rata. Tapi, ada beberapa orang di muka bumi ini yang begitu
disayang Dewi Fortuna, hingga ditakdirkan menjadi lucky bastard yang memiliki warisan keluarga berlebih, muka ganteng
absolut, kepandaian yang membuat orang bodoh menyesal dilahirkan, dan kebaikan
hati yang menyaingi Dalai Lama. Begitu kalimat yang menggambarkan betapa
kerennya Geri. Dan aku yakin, Geri BUKAN representasi dari salah satu penulis
novel ini. Awalnya aku kesengsem pada tokoh ini. Tapi, menjelang akhir cerita,
hati remuk redam mengetahui rahasia Geri. Hehehe, iya, aku tahu, aku lebay.
Pertemuan pertama mereka terjadi di
stasiun kereta Amersfort. Dan satu yang membuatku sebal, pertemuan mereka
dipicu oleh satu benda bernama KRETEK. Huh! Ketiga tokoh lelaki dalam novel ini
memang pencinta kretek. Persahabatan pun berlanjut dengan perantaraan chatroom dan milis. Meskipun isi obrolan
dalam milis biasanya adalah hal-hal yang sangat tidak penting. Contohnya ketika
Lintang membahas rencana makan bersama, topik pembicaraan dengan mudah beralih
ke rencana nitip kretek pada mahasiswa yang baru datang dari Indonesia.
Dalam novel ini juga diceritakan
pengalaman Lintang yang menghadiri pesta ulang tahun teman pacarnya. Lintang
mengira dalam pesta ulang tahun tersebut para tamu undangan akan ditraktir oleh
sang empunya cara. Tapi, ternyata pesta ulang tahun orang Belanda berbeda. Para
undangan tetap membayar makanan dan minuman yang disantap. Istilahnya bayar dewek-dewek, nafsi nafsi! Untungnya saat
itu Lintang bersama Jeroen, pacarnya, yang tanggap dengan membayar makanan dan
minuman Lintang.
Ada juga cerita tentang mereka yang senewen
mengerjakan tesis juga kehabisan uang sampai harus mencari pekerjaan sambilan.
Ada juga kisah mereka yang jatuh cinta dan patah hati. Tapi, ending-nya lumayan
manis, kok. Mereka berlima lulus setelah “menderita” mengerjakan tesis. Bahkan,
Lintang dan salah satu dari keempat teman lelakinya ini menikah. Siapa dia? Yang
pasti BUKAN Geri, meskipun awalnya aku berharap begitu.
Selain menyuguhkan cerita yang dudul,
novel ini juga mencantumkan tips ataupun penjelasan bagi mereka yang berniat
kuliah di Belanda, mulai dari penjelasan mengenai sulitnya mendapatkan kretek
di Belanda, sulitnya administrasi di Belanda, cara mendapatkan pekerjaan
sambilan, sampai penjelasan menghadiri acara makan bersama (misal ulang tahun).
Yang terakhir ini mengingatkanku pada status kakak tingkat yang kuliah di
Rotterdam. Katanya, kalau diajak makan bareng, jangan kepedean nggak bawa uang. Diajak makan bareng bukan berarti
ditraktir. Dan kalau diundang makan, bawalah buah tangan, misalnya buah beneran (hehehe, daripada menyebut nama
buah satu persatu, mending bilang buah beneran,
kan?) atau minuman kaleng (versi hemat).
Ups, ada yang lupa. Dalam novel ini ada satu blunder yang sepele tapi cukup mengganggu. Pada bagian yang menceritakan usaha Banjar dalam mencari pekerjaan, ada satu tokoh bernama Asih yang disebutkan berasal dari Bumiayu, Pemalang. Setahuku yang namanya Bumiayu itu adanya di Kabupaten Brebes. Sebagai orang Brebes, tentunya aku tidak rela daerah yang masuk kabupatenku disebut masuk daerah lain. Memang tidak ada desa, kelurahan, atau kecamatan Bumiayu di Pemalang, kan???
Ups, ada yang lupa. Dalam novel ini ada satu blunder yang sepele tapi cukup mengganggu. Pada bagian yang menceritakan usaha Banjar dalam mencari pekerjaan, ada satu tokoh bernama Asih yang disebutkan berasal dari Bumiayu, Pemalang. Setahuku yang namanya Bumiayu itu adanya di Kabupaten Brebes. Sebagai orang Brebes, tentunya aku tidak rela daerah yang masuk kabupatenku disebut masuk daerah lain. Memang tidak ada desa, kelurahan, atau kecamatan Bumiayu di Pemalang, kan???
Fiuuuh!!! Membaca novel ini membuatku
ingin kuliah lagi. Ingin dapat beasiswa kuliah di Belanda. Kira-kira bisa
tidak, ya, aku mendapat beasiswa kuliah ke Jepang atau Belanda? Semoga bisa.
Aamiiin...
udah tak doain mbak tadi pas di fb lo, supaya bisa kuliah di negeri van orange. @.@
BalasHapusiskandar, eksekutif muda ingin mematahkan perkataan kawannya, tidak bisa hidup lagi hidup susah dengan beasiswa sedikit??? kata-katanya kok ambigu =.=" #eh iya gak si
^aku juga benci kretek mbak, HAJAR kretek!!! @.@ baunya buat sesak napas aja =.="
^tips beasiswa y, hadeh masih ga pede ama skill ne T_T... huuuu, tutorin dunk.. haha :D
Kayaknya gak ambigu deh..
HapusBukan tips dapet beasiswa tapi tips bertahan hidup di sana :D
setelah aku review lagi, berarti si iskandar ne orang kaya, tapi kuliah dibelanda dengan dana terbatas untuk buktiin pernyataan temennya itu salah. #gitu y mbak.
Hapustemennya bilang "gak bisa lagi hidup susah". @.@ berarti kan kaya raya ne.
Yup, betul. Dia udah kaya karna jadi eksmud. Trus dibilang ga sanggup hidup susah lagi.
Hapuswew, penasaran nih, ngocolnya segimana ya ??? *ngebayangin ada yg minjemin :D
BalasHapusYak, silakan ngebayangin ada yang minjemin. Bacanya juga dalam imajinasi aja, ya :p
Hapuswicak, my dream prince... Xixixixi
BalasHapusMentang-mentang sama-sama tinggal di hutan jadi nge-fans sama forestprince Wicak :p
Hapusxixixixi...g cuma wicak, di 5cm aq ngepens bgt sm genta jg :p
BalasHapusHahaha, Genta yang patah hati ma Riani tu? Kayaknya Genta lebih mirip Geri deh :p
BalasHapusKalo Wicak miripnya sama Zafran, sama-sama suka bikin puisi.
klw aq jd riani aq milih genta... Geri?? Yg maho? Enak ajah...:p
HapusSayangnya Mba Ayum bukan Riani, jadi ga bisa milih Genta :p
HapusAku dah berusaha merahasiakan soal Geri, malah dibocorin Mba Ayum. Payah!
aku kok blm lihat bukunya di Gramedia yah?
BalasHapusMasa, sih? Lagi kosong stoknya mungkin. Search aja. Di toko buku kecil aja ada, masa di Gramedia gak ada.
HapusBuku baru pa lama ndah? aku juga belum pernah lihat covernya.
BalasHapusUdah lumayan lama. Cetakan pertama tahun 2009.
HapusBisa lah Mil..aku mendukungmu, teruslah bermimpi!!!
BalasHapusMakasih. Doain ya, bisa kesana.. :)
Hapuskenapa ngefans banget sama belanda ama jepang? setelah kupikir2 barusan dengan seksama dan dalam tempo secepat-cepatnya, itukan dua negeri penjajah Mil?
HapusYup, emang dua negara itu penjajah. Aku pengen ke Jepang karena aku cocok sama pola mengajar dosen kita yang lulusan sana. Aku mikirnya mungkin aku cocok juga sama pola pembelajaran di sana. Dan aku pengen ke Belanda karena habis baca Negeri van Oranje ini. Kayaknya seru :D
HapusTerimaksaih untuk reviewnya ya mbak Millati! We hope you enjoyed reading Negeri Van Oranje as much as we enjoyed making it. Turut mendoakan mimpi beasiswanya tercapai. If you're gonna dream, might as well dream big. Cheers to reaching for the stars!
BalasHapus-Nisa Riyadi-
like this mbak..
Hapus@ Nisa Riyadi: Ni beneran Mbak Nisa Riyadi yang nulis buku Negeri van Oranje ini? Saya terharuuuuuuuu :'(
HapusI really enjoyed reading this novel. Makasih doanya :)
@ Arif Khumaidi: kok posting-anku gak dibilang like this???
AGREE! Kisah di novel ini tuh begitu nyata. seolah-olah ke-5 tokoh itu juga ada. padahal cuma fiksi. Penulisnya bener-bener cerdas!
BalasHapusYoyoi.. Penulisnya cerdas. Tapi, kayaknya tokoh-tokohnya gak fiksi-fiksi amat. Mirip ama para penulisnya, kecuali Geri :p
Hapusaku udah baca tahun 2009
BalasHapusSo what?
Hapussama mbak, gara2 baca novel ini, jd cita2 pengen s2 atau s3 dibelanda jg, hehe...
BalasHapussalam kenal :)