MENGINGAT
bahwa aku belum pernah sekalipun berpartisipasi dalam giveaway karena seringnya tidak menemukan inspirasi mengenai tema yang diberikan
MENIMBANG
bahwa tema yang diberikan
Saudari Una lumayan mudah dan tidak ribet serta hadiahnya lumayan menggiurkan
maka, dengan ini aku
MEMUTUSKAN
untuk berpartisipasi dalam giveaway yang diadakan Saudari Una yang judulnya
Ingin Ke Mana?
Langsung ke topik saja, lah. Tempat atau daerah mana yang paling ingin kukunjungi? Umm, sebenarnya aku juga bingung mau menjawab apa. *niat ikutan giveaway nggak, siiiiih???* Sebagai muslim yang baik, sudah seharusnya aku menjawab Makkah sebagai tempat yang paling ingin kukunjungi. Kalau jawab selain Makkah, kok, rasanya kurang religius. Tapi, jujur saja aku lebih ingin ke Korea. Maklum, korban Hallyu (demam Korea). Sepertinya kota-kota di Korea lumayan menarik untuk jalan-jalan. Eh, ganti, ah! Jangan Korea! Sepertinya untuk jalan-jalan lebih menarik kalau ke Thailand, ke Nong Nooch Tropical Garden, yang katanya kebun tropis terbesar di Asia (atau di dunia, ya?). Pokoknya katanya koleksi tanaman di sana benar-benar lengkap. Tapi... Tapi... Tapi, sepertinya lebih menarik kalau jalan-jalan ke Raja Ampat, Papua. Kalau melihat foto-foto yang di-posting kawan-kawanku yang penempatan di Papua, sepertinya pantai di sana benar-benar eksotis. Jadi, sebenarnya mau ke manaaaa? Makkah, Korea, Thailand, atau Raja Ampat? Bingung. Memangnya tidak boleh, ya, menyebutkan lebih dari satu tempat? Yah, paling tidak sepuluh tempat yang paling ingin dikunjungi gitu... Kan, aku bisa menyebutkan tempat-tempat yang menggiurkan untuk dikunjungi.
Ya, sudahlah. Ke Jepang saja. *lho, di paragraf sebelumnya, kan, sama sekali tidak menyebutkan Jepang...* Pokoknya aku mau ke Jepang. Alasannya? Mmm, alasan jujur atau bohong? Kalau alasan jujurnya cuma satu: PENGEN AJA, LO MAU PROTES??? Hehehe, jujur memang alasan terkuat aku memilih Jepang sebagai tempat yang diimpikan untuk dikunjungi adalah "rasa kepengen". Sama seperti alasanku memilih penempatan di Aceh, alasan terkuatku adalah "pengen". Tapi, kok, sepertinya agak wagu memberikan alasan seperti itu. Baiklah, mari kita mengarang alasan yang lebih "pantes". Apa, yaaaaa? Oh, iya, KULIAH. Tenaaang, ini bukan alasan yang direkayasa. Aku memang ingin kuliah S2 di Jepang. Kuliah apa? Masih bingung, antara kuliah yang berbau IT atau statistik, karena dua-duanya sama-sama tidak terlalu kukuasai. *lho???* Lalu, kenapa Jepang? Kenapa bukan Belanda, Jerman, Amerika, atau lainnya? Mungkin karena dosen-dosenku yang lulusan Jepang semuanya keren dan pintar. Pak Firdaus (dosen Algoritma Pemrograman dan Matematika Diskrit), Bu Erni (kalau tidak salah dosen Analisis Regresi), Pak Anang (dosen Pemrograman Web), Bu XYZ (aku lupa namanya, yang jelas ibu ini dosen Metode Numerik dan sangat sangat keren dalam mengajar), semuanya terlihat menguasai bidang mereka. Menilai produsen dari produknya, menilai institusi pendidikan dari mahasiswa lulusannya, wajar, kan? Dengan melihat para dosen lulusan Jepang yang pintar, aku pun menganggap bahwa kualitas pendidikan di sana sangat bagus. Di samping itu, cara mengajar dosen-dosenku yang lulusan Jepang itu sangat "membimbing". Aku pun berasumsi bahwa dosen-dosen di Jepang juga seperti itu, membimbing mahasiswanya. Dan kata salah satu dosenku memang demikian adanya. Dalam menyusun tesis pun katanya dosen masih membimbing, tidak benar-benar "melepaskan". Cocok sekali dengan orang yang dudul seperti diriku ini yang harus selalu dibimbing. Gaya mengajar mereka berbeda dengan dosen-dosenku yang lulusan Eropa dan Australia yang cenderung menuntut "kemandirian" mahasiswanya.
Selain ingin kuliah di sana, aku juga ingin melihat sakura yang bermekaran dan merasakan bagaimana rasanya hanami. Aku juga ingin melihat banyak matsuri (festival) yang sering diadakan di sana. Aku juga ingin merasakan seperti apa suasana di malam Tanabata. Siapa tahu aku dilamar di malam itu. Romantiiiiiis...
Kira-kira bisa tidak, ya, aku mendapat beasiswa untuk kuliah S2 di Jepang? Semoga saja bisa. Meski dengan kemampuan otak yang pas-pasan, tetap harus optimis bisa lulus tes beasiswa dan bisa mengikuti pelajaran di sana. Insya Allah, bisa!