Senin, 12 September 2011

Ayam yang Tertukar

Sore itu, aku diajak Ndaru ke Atrium Senen. Hmm, sebenarnya kami ke sana atas undangan Nano dan Depri. Ceritanya, Nano ini sedang ingin berbagi rezeki dengan kami bertiga, para jomblo terlantar: aku, Ndaru, dan Depri. Ups, kalimat terakhir hanyalah rekayasa belaka. Sekadar untuk membedakan status antara kami bertiga dengan Nano. Usai sholat Maghrib, aku dan Ndaru segera meluncur, maksudnya jalan kaki, ke halte TransJakarta Bidaracina. Lalu naik TransJakarta PGC-Ancol. Setahuku TransJakarta PGC-Ancol tidak lewat Senen. Ternyata, Ndaru sang spesialis TransJakarta sudah mempertimbangkan hal tersebut. Kami turun di halte Pal Putih. Lalu, mau naik yang jurusan mana lagi? Dengan polos (atau mungkin lebih tepatnya kelihatab bego) aku bertanya demikian. Kata Ndaru kami menunggu TransJakarta Kampung Melayu-Ancol. Lho, kan sama-sama ke Ancol? Tapi, setelah kuingat-ingat memang jurusan Kampung Melayu-Ancol memang lewat Senen, beda dengan PGC-Ancol.

Sampai di Senen, Ndaru menelepon Depri. Ternyata ponsel Depri mati. Menelepon Nano, nomornya sibuk. Tanpa sengaja kami melihat tempat mainan anak-anak di lantai bawah. Ada komidi putar, ada macam-macam lah. Dan dengan pede-nya aku dan Ndaru foto-foto dengan latar belakang mainan itu. No pict, hoax? Hohoho, tanpa gambar sebagai bukti bukan berarti ini hoax. Tapi, aku memang tidak ingin 'nampang' di blog ini.

Tak lama kemudian, Ndaru ditelepon. Katanya, kami ditunggu Depri dan Nano di lantai 3. Atas kesepakatan bersama, kami menuju Ch*ck*n St*ry. Di sinilah tragedi ayam yang tertukar terjadi dengan begitu mengenaskan (halaaah, lebay!). Nano memesan ayam bakar kurma madu, Ndaru memesan empal bakar, Depri memesan ayam asap, dan aku memesan ayam bakar spicy. Setelah makanan datang, tersajilah sebuah menu yang mengejutkan. Semacam pepesan di hadapanku. Sedangkan di depan Depri ada ayam yang kuduga sebagai 'jatahku'. Kenapa aku menduga demikian? Karena, aku dan Nano sama-sama memesan ayam bakar, cuma berbeda bumbu, dan menu yang didapat Depri dan Nano mirip. Saat kutanyakan mana yang ayam asap, pelayan menunjuk punya Depri dan saat kutanya benarkah yang didepanku ayam bakar spicy, si pelayan kebingungan. Nah, lho!

Kemudian pelayan itu datang sambil membawa minuman. Aku kembali menanyakan itu ayam bakar spicy atau bukan. Katanya benar. Ya sudah. Mungkin sudah rejekiku. Nano, Depri, dan Ndaru tidak kuasa menahan tawa melihat ekspresi bingungku melihat menuku. Dan anehnya, Depri bolak-balik komplain kalau ayamnya pedas sekali, sedangkan punyaku yang mestinya pedas (spicy) rasanya biasa saja.

Pulang dari sana, aku, Ndaru, dan Depri pergi ke TIM untuk nonton midnight. Sambil menunggu jadwal film, kami mengobrol soal ayam asap dan ayam bakar spicy tadi. Aku pun menyampaikan kecurigaanku. Kukatakan bahwa, menurut feeling-ku, ayam yang mirip pepes itu lebih cocok diasosiasikan dengan ayam asap daripada ayam bakar. Depri dan Ndaru pun mulai memikirkan hal yang sama, menuku dan Depri tertukar. Saking penasarannya, aku pun searching di internet. Ndaru pun demikian. Dan hasilnya... Taraaaaa! Ternyata yang berbungkus daun seperti pepesan itu memang ayam asap! Jadi, aku adalah orang dudul yang sok tahu memilih menu dan kemudian DIBOHONGI oleh sang pelayan. Ah, ya sudahlah. Lain kali tak usah makan di situ lagi. Kalau tulisan ini dianggap menjelek-jelekkan, maaf-maaf saja. Tapi, memang begitu kenyataanya.

2 komentar:

  1. Hampir mirip kejadianya temen-temenku. Kalo temenku dan temenku yang satunya lagi judulnya: Mie yang tertukar. wekeke.

    1. pesen mie goreng
    2. pesen mie kuah rasa kare
    dan tertukarlah bumbu mie itu karena penjualnya agak sibuk.

    1. dapet mie goreng rasa kare tanpa kecap
    2. dapet mie kuah rasa kecap...
    aku yang lihat ekspresi mereka cuman bisa ketawa-ketiwi.

    BalasHapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!