Fawad nama anak laki-laki itu. Dia lahir di Afghanistan, di bawah bayang-bayang Taliban. Ia memiliki dua orang kawan baik, yaitu Spandi dan Jamilla. Nama asli Spandi adalah Abdullah. Namun, karena dia menjual spanduk, orang-orang memanggilnya Spandi.
Fawad dan Mariya, ibunya, semula tinggal
bersama keluarga bibinya meskipun hubungan antara ibunya dan bibinya tidak
begitu baik. Setelah ibunya mendapat pekerjaan sebagai pengurus rumah, mereka
pun kemudian tinggal di rumah “majikan” ibunya. Orang itu bernama Georgie. Dia
berasal dari Inggris. Di Afghanistan Georgie bekerja di LSM dan menjadi
pencukur kambing kashmir. Di rumah itu Georgie tinggal bersama dua orang
kawannya: seorang jurnalis bernama James dan ahli teknik bernama May.
Tak butuh waktu
lama bagi Georgie untuk akrab dengan Fawad. Georgie adalah wanita yang
menyenangkan dan dia bisa berbahasa Dari. Fawad pun berpikir bahwa dia menyukai
Georgie. Tapi, kemudian dia tahu bahwa Georgie sudah memiliki kekasih bernama
Haji Khalid Khan. Sayangnya hubungan mereka cukup rumit. Perbedaan budaya dan
perbedaan keyakinan – Haji Khalid Khan muslim sedangkan Georgie bisa dibilang
tidak percaya Tuhan – membuat mereka sulit untuk menikah. Dari sinilah berbagai
masalah mulai berdatangan.
Itu adalah
sekilas cerita dalam novel Born Under A Million Shadows (Dalam Sejuta Bayangan)
karya Andrea Busfield. Cerita dalam novel setebal 376 halaman ini cukup
menarik, yaitu tentang hubungan seorang anak Afghanistan yang berumur sebelas tahun dengan kawan-kawan sebayanya dan dengan orang-orang asing
yang tinggal di negara itu. Penyampaian cerita dari sudut pandang seorang anak
kecil membuat ceritanya kadang lucu. Beberapa kali digambarkan pendapat Fawad
tentang orang dewasa. Yah, sudut pandang anak-anak polos dan sederhana memang
kadang lucu. Kalau sudut pandangnya anak-anak, berarti novel ini cocok untuk
anak-anak? TIDAK. Ada beberapa cerita yang belum tepat dibaca anak-anak. Bukan.
Bukan cerita “dewasa”. Hanya saja ada beberapa bagian yang temanya terlalu rumit untuk
anak-anak. Dan ada satu kata yang sering disebut dalam buku ini: homo. Yeah, anak
kecil tentu saja belum waktunya mengenal kata itu.
Novel ini
ber-setting di Afghanistan, negeri yang dilanda perang berkepanjangan. Jadi,
ada beberapa bagian yang menceritakan tentang perang tersebut. Tapi, porsinya
tidak banyak. Kalau di novel The Kite Runner banyak diceritakan konflik antara
etnis Pashtun dan Hazara, di novel ini tidak diceritakan hal semacam itu. Bisa
dibilang novel ini lebih mengangkat sisi kemanusiaan yang sifatnya lebih
universal. Menurutku, sih, begitu. Dan akhir ceritanya jauh berbeda dengan
tebakanku. Memangnya bagaimana akhir ceritanya? Baca sendiri saja, ya!
Oh, iya. Aku
belum berkomentar tentang sampulnya. Aku suka desain sampul novel terbitan GPU
ini. Gambarnya anak laki-laki yang berlari di padang pasir. Manis. Tapi,
sekilas aku hampir mengira anak kecil itu cacat tangan kirinya. Ternyata salah.
Sepertinya efek perspektif yang membuat tangan anak itu kelihatan pendek
sehingga kukira cacat. Overall, novel ini lumayan bagus.
gak ada foto covernya nih disini. Seru juga baca kisah dengan latr peperangan walaupun hanya sedikit cerita perangnya
BalasHapusmales upload. berat :D
HapusSaya bingung membayangkan berapa usia Fawad dan Georgie. mungki karena terjebak dengan tulisan "beberapa kalidigambarkan pendapat Fawad tentang orang dewasa" dan cinta Fawad-Georgia.
BalasHapusFawad sekitar 11 tahunan, masih anak-anak lah.
Hapuspermasalahan yg sama, ternyata sudah dijawab. :v
Hapuskutambahin aja dah di tulisannya -__-
Hapuskonflik besarnya, ada nggak kak?
BalasHapusmmm, ada konflik sih. tapi besar gak ya?
Hapusyg kite runner aku malah nonton versi filmnya...
Hapussampe nangis-nangis lagi..
:(
aku juga noton kite runner. tapi nangis gak ya? *lupa
Hapusbanyak ya novel yang mengambil latar belakang di afghanistan
BalasHapuswah nggak tahu ya banyak atau sedikit. saya sih tahunya baru dua.
HapusMil, aku punya permintaan nih, minta foto rak bukumu..
BalasHapusgak punya
HapusSelera buku kita sama ya, Mil :D
BalasHapusamasa :p
Hapus