Jumat, 22 Februari 2013

Mutung Belajar Bahasa Aceh

"Ka meuthon-thon tinggay di Aceh, mantong hana caroeng basa Aceh (Sudah bertahun-tahun tinggal di Aceh, masih belum pandai Bahasa Aceh)," komentar seseorang terhadap aku yang belum terlalu mengerti Bahasa Aceh. Yang lain pun berkomentar senada, "Udah tinggal tiga tahun lebih di sini mestinya udah pandai basa Aceh." Atau komentar begini, "Itu si A baru setahun di sini udah pandai ngomong basa Aceh." Aku cuma tersenyum. Kecut.

Apa aku sama sekali tidak belajar bahasa daerah tersebut? Sebenarnya aku belajar. Bahkan, sewaktu awal penempatan aku sangat semangat belajar. Aku meminta kawanku menerjemahkan beberapa kalimat dasar ke dalam Bahasa Aceh. Misalnya seperti di bawah ini:
Apa kabar? -- Peu haba?
Kabar baik -- Haba geut
Sudah makan? -- Kalheuh pajoh bu? (literally it means "sudah makan nasi?")
Mau pergi ke mana? -- Ho jak? (literally it means "ke mana pergi?")

Aku pun beberapa kali memberanikan diri bicara dalam Bahasa Aceh. Hingga suatu ketika aku membaca nama sebuah desa yang tertulis "Bineh Krueng". Seseorang tertawa ketika mendengarku melafalkan kata "krueng" (krueng = sungai) sama seperti tulisannya, kru-eng. Padahal mestinya aku melafalkannya "krung". Gara-gara ditertawakan begitu aku langsung ngambek, mutung, bin pundung. Aku tidak mau lagi bicara dalam Bahasa Aceh. Aku bukan orang Aceh, bahasa ibuku juga bukan Bahasa Aceh. Bahasa ibuku adalah Bahasa Jawa ngapak. Di sekolah pun aku hanya diajari Bahasa Jawa (bukan ngapak), tidak diajari bahasa daerah lain. Jadi, wajar saja kalau aku tidak fasih berbahasa Aceh. Kenapa mesti ditertawakan? Toh, selama ini kawanku yang orang Sunda tidak tertawa ketika aku keliru dalam berbahasa Sunda. Kawanku yang orang Batak juga tidak menertawakanku ketika logatku aneh saat mencoba menggunakan Bahasa Batak. Yaaah, malah jadi curhat.

Lalu, apakah aku berhenti belajar? Ternyata tidak. Ketertarikanku pada bahasa membuatku tetap penasaran ketika mendengar kosa kata baru sehingga masih sering bertanya arti kata-kata baru pada kawanku. Dan itu artinya aku tetap belajar. Seperti ketika aku membaca tulisan di spanduk yang berbunyi "Nanggroe Tapeugot, Ukhuwah Tapeukong, Rakyat Beucarong, Makmu Seujahtra, Adat Tajunjong, Hukom Tapeudong, Aman Lam Gampong, Syariat Beu Meusahaja" aku langsung penasaran dan mencoba menerjemahkannya sebagian dan menanyakan pada kawanku kosa kata yang tidak kupahami. Dan terjemahan kalimat tersebut adalah "Negara kita perbaiki, Ukhuwah kita perkuat, Rakyat semakin cerdas, Makmur sejahtera, Adat kita junjung, Hukum kita dirikan, Aman di dalam kampung, Syariat bersahaja".

Kalau mendengar lagu Aceh pun aku biasanya tergoda untuk menanyakan artinya pada kawanku. Dari situlah kosa kataku bertambah. Misalnya ketika aku mendengarkan lagu Gaseh Sayang Prang dan mendengar kalimat "Gata meu-uke sangsang buleuen trang (Engkau terukir bagai bulan terang)" aku langsung bertanya pada kawanku, "Gata itu artinya apa?" Aku memang belum pernah mendengar kata gata dalam percakapan. Kata kawanku gata itu artinya engkau, tapi lebih sering digunakan di wilayah pantai timur. Wajar saja kalau aku tidak pernah mendengar kata itu karena aku tinggal di pantai barat. Di tempat tinggalku lebih sering mendengar kata kah (kamu, digunakan bila lawan bicara seumuran atau lebih muda) dan droeneuh (Anda, digunakan bila lawan bicara lebih tua atau dihormati).

Yang paling "parah" adalah ketika aku mencoba menerjemahkan lagu Sewu Kutho ke dalam Bahasa Aceh. Begini sebagian hasilnya:

Sewu kutho uwis tak liwati -- Siribee kuta kalheuh loen liwati
Sewu ati tak takoni -- Siribee hatee kalheuh loen tanyoeng
Nanging kabeh podo ra ngerteni -- Tapi mandum hana yang teupeu
Lungamu neng endi -- Ho neujak

Keren, kan? Hehehe...

Katanya mutung, kok, masih belajar? Hehehe... Sepertinya aku terlalu cinta bahasa daerah jadi biarpun mutung aku tetap belajar. Setidaknya meskipun tidak menjadi penutur aktif, aku masih jadi penutur pasif. Eh, penutur, kok, pasif? Ah, embuh. Pokoke kaya kuwe, lah.

Postingan ini diikutsertakan di Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway

35 komentar:

  1. berarti gak ngambek beneran ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngambek beneran, kok. Tapi cuma ngambek ngomong :D

      Hapus
  2. peu haba? heheh praktek bahasa aceh. salam meuturi beh. heheheh

    BalasHapus
  3. aku jadi belajar juga baca ini .. :)

    BalasHapus
  4. Wahh susah banget bahasanya, tapi kalo dipraktekkan tiap hari pasti bisa. cuman logatnya aja yang lebih susah :)

    BalasHapus
  5. Ojok mutung tenanan lho mbak,eh belajar bahasa acehnya keren yaa, apah lagi ada perbedaan gitu di pantai barat dan pantai timur :D

    Makasih yaa mbak udah ikutan, di catet PESERTA :D

    BalasHapus
  6. Di Aceh ada Bahasa "mutung" nggak ya Mbak?
    Mutung memang ekspresi yang sering dilakukan oleh banyak orang, tua maupun muda.
    Pejabat mutung juga ada
    Bahkan Pak SBY pun termasuk orang yg mutungan

    BalasHapus
  7. hahahaa keren abis. tapi klo denger org aceh ngomong emang seru sih, kayak ada iramanya gitu trus enak di denger *apose* hahahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, saya malah lebih suka denger orang Sunda :D

      Hapus
  8. Dulu saya juga suka menertawakan orang ngapak mbak... logatnya lucu.... padahal saya sendiri tidak bsa bahasa ngapak hehe

    BalasHapus
  9. setidaknya masih mengerti apa yang mereka omongkan kan sob. Kalau ane sama sekali nggak ngerti. Makanya saat temenku berbicara menggunakan bahasa aceh, ane cuma cengar-cengir nggak ngerti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo lagi fokus kadang ngerti. Tapi, kalo lagi gak fokus, gak paham, soalnya mereka kadang ngomongnya cepet..

      Hapus
  10. Bahasa aceh semoga cepat sembuh apa ya?

    BalasHapus
  11. Jadi pengen k Aceh, dr Kecil udh trobsesi dngan Aceh, tpi blum ksampean mau ksna :(

    BalasHapus
  12. kalo;lupa/melupakan kamu,bahasa Acehnya apa yaa...?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo lupa tuwoe, kalo melupakan kamu saya nggak yakin juga gimana basa Acehnya. mungkin "tuwoe bak loen" *ngarang*

      Hapus
  13. Sy jg trtrik tp ssh jg ya tlsn dg bacaanny berbda sbb sy jg org jawa ngapak

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga ngapak, kok. kalo soal tulisan, emang rada susah karena beda sama pelafalannya. tapi basa sunda pun gitu. peuyeum dibaca peyem.

      Hapus
  14. Ini baru yang disebut "cinta bahasa daerah".. Walaupun dari "keluarga ngapak" tapi terus berupaya utk belajar bahasa daerah lain di Nusantara tercinta..
    Salah satu bentuk pelestarian budaya berbahasa karena bahasa dan budaya erat kaitannya seperti "Mimi lan Mituno".. :D
    **Sangat disayangkan ketika org dengan bangganya menulis atau berbicara menggunakan bahasa Inggris sepotong tapi menganggap bahasa daerah lain dengan isitilah "roaming"..
    Salam budaya bahasa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi kadang juga kesel kalo ada orang dari daerah A ngobrol pake basa daerah dan saya yang beda daerah cuma bisa bengong karna nggak paham mereka ngomong apa :D

      Hapus
  15. Keren mbak sewu kutho nganggo basa aceh!! :D

    BalasHapus
  16. Saleum dari aceh... haha.. loen roh teukhem baca artikel gata.. tapi loen salut gata neutem meuruno bhs aceh.. mantap!

    BalasHapus
  17. Assalamualaikum...aq sngat tertarik belajar bahasa aceh...sampe" download kamus aceh-indonesia...tp ttp aja blm ngerti hehehe.. Salut bwt yg bukan orng aceh tp bs berbahasa aceh...

    BalasHapus
  18. ternyata bahasa aceh rada ribet ya, hehe. sering liat temen blogger aceh ngobrol di status mereka komen-komenan pake bahasa aceh, tapi aku ga ngerti artinya. wkwk. :D

    BalasHapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!