Mengutip kata-kata George Santayana:
“Those who don’t learn from history are doomed to repeat it.” Barang siapa
melupakan sejarah, dia pasti akan mengulanginya. Banyak di antara umat Islam
kini yang tidak lagi mengenali sejarah kebesaran Islam pada masa lalu. Tidak
banyak yang tahu bahwa luas teritori kekhalifahan Umayyah hampir 2 kali lebih
besar daripada wilayah Kekaisaran Roma di bawah Julius Caesar. Tidak banyak
yang tahu pula bahwa peradaban Islam-lah yang memperkenalkan Eropa pada
Aristoteles, Plato, dan Socrates, serta akhirnya meniupkan angin renaissance bagi kemajuan Eropa saat
ini. Cordoba, ibu kota kekhalifahan Islam di Spanyol, pernah menjadi pusat
peradaban pengetahuan dunia, yang membuat Paris dan London beriri hati.
Paragraf di atas merupakan paragraf
favoritku dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam
di Eropa) karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Aku membeli novel
terbitan Gramedia Pustaka Utama ini atas rekomendasi dari Tika. Dan ternyata
tidak mengecewakan. Novelnya memang sesuai seleraku. Bisa, lah, kali lain aku meminta rekomendasi
darinya tentang novel yang menarik. Novel setebal 414 halaman ini merupakan
novel best seller. Yang kubeli sendiri merupakan cetakan keenam (Februari
2012). Cetakan pertamanya sendiri bulan Juli 2011.
Dalam novel ini Hanum menceritakan
pengalaman-pengalamannya selama tinggal di Eropa dan mengunjungi tempat-tempat
bersejarah di Eropa. “Petualangan” Hanum dimulai di Wina, Austria, untuk
mengikuti Rangga, suaminya, yang mendapat beasiswa studi doktoral di sana. Di Wina
Hanum berkenalan dengan Fatma Pasha, seorang imigran dari Turki. Fatma inilah
yang menemaninya berkeliling kota Wina. Tempat yang pertama mereka kunjungi
adalah bukit Kahlenberg. Dari Kahlenberg orang bisa melihat pemandangan kota Wina
dengan jelas. Sayangnya, udara dingin memaksa mereka mencari tempat berlindung.
Awalnya mereka berlindung di Gereja Saint Joseph. Kemudian mereka bersantai di
sebuah kafetaria di seberang gereja tersebut. Ketika mereka sedang
berbincang-bincang, Hanum mendengar ada tamu kafe yang berkata dalam Bahasa
Inggris, “If you want to ridicule
Muslims, this is how to do it.” Orang tersebut memakan croissant dengan
gaya rakus yang dibuat-buat. Tamu itu berkata lagi, “Croissant itu bukan dari
Prancis, guys, tapi dari Austria. Roti untuk merayakan kekalahan Turki di Wina.
Kalau bendera Turki itu berbentuk hati, pasti roti croissant sekarang berbentuk
‘love’ bukan bulan sabit, dan tentu namanya bukan croissant, tetapi l’amour.”
Hanum pun menceritakan perkataan tamu tersebut pada Fatma – yang tidak
menguasai Bahasa Inggris. Awalnya Hanum mengira Fatma akan melabrak mereka. Dan
ternyata, Fatma justru membayar makanan mereka yang sudah menertawakan negara dan
agamanya. Fatma pun mengajak Hanum kembali ke Kahlenberg. Dia pun menceritakan
pada Hanum bahwa dari bukit itulah pasukan gabungan Jerman dan Polandia memukul
pasukan Turki dan bisa jadi roti croissant memang simbol kekalahan Turki saat
itu.
Dalam perjalanan pulang dari Kahlenberg
Hanum bertanya tentang sikap Fatma yang tak menunjukkan kemarahan pada orang
yang menghina agamanya tadi. Fatma sebenarnya juga merasa tersinggung atas
hinaan tersebut, tapi dia kemudian menjelaskan kepada Hanum, “Hanya satu yang
harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah,
yang membawa keberkahan di komunitas nonmuslim.” Agen muslim yang baik, itu yang selalu
ditekankan oleh Fatma. Ternyata misi menjadi agen muslim yang baik bukan hanya
dipegang oleh Fatma melainkan juga kawan-kawannya, yaitu Latife dan Oznur.
Hanum kemudian mendapat kesempatan ke
Paris karena Rangga akan mengikuti konferensi di sana. Di Paris Hanum
berkeliling ditemani Marion. Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah Musee
de Louvre atau Museum Louvre. Di sanalah Hanum melihat ada banyak karya ilmuwan
Islam yang menakjubkan, salah satunya adalah peta antariksa ilmu falak yang
dikembangkan astronom Islam pada abad ke-12. Di museum itu pula Marion
menunjukkan piring berhias kuffic (seni kaligrafi Arab kuno) yang salah satunya
memiliki arti “ilmu pengetahuan itu pahit pada awalnya, tetapi manis melebihi
madu pada akhirnya”. Marion juga menunjukkan pada Hanum bahwa pada lukisan
Bunda Maria di kerudungnya ada kuffic berbunyi “Laa ilaaha illaLlah”. Kuffic
tersebut menunjukkan pengaruh Islam pada seni yang berkembang di Eropa. Menurut
hipotesis Marion, kuffic berlafaz “Laa ilaaha illaLlah” itu merupakan kuffic
favorit di Timur Tengah dan ditiru oleh seniman Eropa – tanpa mereka ketahui
artinya.
Itulah sebagian cerita perjalanan Hanum
di Eropa. Sebenarnya masih banyak kota yang dikunjungi Hanum, seperti Cordoba
dan Granada. Tetapi, tidak mungkin kuceritakan semua di sini. Selain cerita
mengenai tempat-tempat menarik di Eropa, Hanum juga menceritakan banyak sejarah
yang mungkin belum diketahui banyak orang. Salah satunya adalah sejarah
jatuhnya Granada ke tangan Isabella dan Ferdinand. Sejak Granada mereka kuasai,
mereka membaptis umat Islam dan Yahudi, Bahasa Arab dan tradisi Arab dilarang. Yang
lebih mengerikan lagi, umat Islam dan Yahudi – yang dipaksa berpindah agama –
harus berjualan babi dan mendemostrasikan makan babi di depan polisi yang
mengawasi mereka. Sangat miris. Dipaksa pindah agama dan melakukan sesuatu yang
diharamkan agama itu benar-benar menyakitkan.
Ada banyak hal yang bisa dipetik dari
buku ini. Mulai dari misi menjadi agen muslim yang baik, membuktikan bahwa
Islam adalah rahmat untuk alam semesta hingga pemahaman bahwa ilmu pengetahuan
dan agama seharusnya saling mendukung dan bukan dipertentangkan. Bukankah Al-Qur’an
sendiri memerintahkan untuk “membaca” dan ada hadits yang menyatakan bahwa
mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan?
Overall,
buku ini KEREN!
Memang buku ini keren banget, makanya kujadikan hadiah GA dan kado buat beberapa teman ....
BalasHapuskita dibuat takjub besarnya pengaruh Islam ya
Hahaha, aku dapat buku ini dari Bu Monda :D
HapusMakasih yaaa Bu :D
Ah, Bu Monda. Yang dikasih cuma Una. Saya nggak dikasih :(
Hapus(y)
HapusTypo judulnya mbak...
BalasHapusAku juga barusan tamat buku ini nih.
Dan butuh perjuangan untuk namatinnya, tak kirain awalnya mboseni.
Etapi enggak juga, seru, banyak pengetahuan yang di dapet, jadi kepengen ke Louvre!!!
Tapi malah aku jadi nggak suka sama si Hanumnya dengan alasan tertentu...
Ho'oh, typo. Jane wis nyadar mau mbengi nek kurang huruf 'n'. Tapi, laptopku wis tak pateni dadine durung tak edit :D
HapusNggak suka kenapa? Kasih tahu, dooong... Kalo aku, sih, emang ada prinsip yang aku nggak setuju. Tapi, tetep suka sama bukunya.
Hmmm gak suka kenapa ya. Prinsip keknya...
HapusMacem dia nulis dia pengen shalat di masjid yang jadi gereja, opo jenenge lali, dia nulisinnya kayak lebay gitu *menurutku lho ya*
Tapi overall aku suka suka aja sih baca bukunya...
Oh, yang itu... Mezquita.
HapusSaya pernah beli novel itu, tapi malah belum sempat baca karena diminta oleh kakak saya...
BalasHapuswalah, baik bener bukunya diminta, kok, boleh...
Hapusjdi tertarik nih. sekg ane juga lagi lahap novel islami. judulnya Isabella, ful teologi. mantab deh. #lah curhat
BalasHapusWah, penasaran sama novel yang berbau teologi. Pinjem dong :p
Hapusgood, ini jadi masuk kriteria novel yang ingin kumiliki, terimakasih sista ... -aku selalu suka bagian yang review buku- :)
BalasHapusHehehe... Kayaknya emang cocok sama selera Nurin nih bukunya.
HapusWah... lupa beli novel ini...
BalasHapusDEngan review ini, jadi tambah pengen deh belinya :D
Gih, buruan beli :p
Hapusku suka baca buku jalan2 keluar begini nih :) beli ah
BalasHapusSilakan beli :)
Hapuswah aku belum punya buku yang ini. Btw ini buku dalam bentuk novel atau hanya pemaparan saja?
BalasHapusKlo novel, kan ceritanya lebih mengalir.
Labelnya, sih, novel. Ini semacam cerita perjalanan diselipi pemaparan sejarah tentang tempat-tempat yang dikunjungi.
HapusKemarin baru aja temenku merekomendasikan buku ini, jadi bener2 pengen baca :)
BalasHapusWah, banyak yang merekomendasikan buku ini ternyata..
Hapusjadi tertarik buat beli dan membaca buku ini...
BalasHapusAlhamdulillah, sdh punya buku 99 Cahaya di langit Eropa ini tapi beluuum celecai mbacanya. Asli asyik...berasa ikut dalam adventure sang penulis dlm jelajah Eropa menelesuri jejak Islam di sana
BalasHapusiya, asyik baca buku ini :)
Hapusudah mau difilmkan hlo novelnya :)
BalasHapusHiks, saya gak bisa nonton filmnya :'(
HapusJualan buku sekarang udh pake intrik2, konspirasi,.pemikiran sepihak seperti ini.oke mungkin berhasil untuk kebanyakn org terutama yg suka dgn teori konspirasi,.jgn pnah membangga2kan diri sbg yg paling hebat, masanya telah lewat karena kebodohan sendiri..
BalasHapusMaksudnya apa? Udah baca novelnya? Udah baca bener2? Kalimat mana di novel itu yang bernada membangga-banggakan diri? Kalo mau komentarin buku, baca dulu yang bener, dipahami, jangan cuma baca bagian yang menarik buat dikritik doang. Be smart!
Hapuskalau bisa dibuat lebih panjang lagi kak, makin enak bacanya nih
BalasHapusnggak semua orang suka baca tulisan panjang, hehehe
Hapuskira kira ada gx ya novelnya dalam bentu bahasa inggris...? tlong ksih tau teman
BalasHapus