Senin, 17 September 2012

Beruntung atau Tidak?

Gara-gara baca tulisan Mbak Octa tentang keberuntungan, aku jadi teringat Donal Bebek (Donald Duck) dan Untung Angsa (Gladstone Gander). Lho, apa hubungannya? Begini... Dalam komik Donal Bebek, digambarkan bahwa Donal selalu sial – misalnya kecipratan air dari genangan, terpeleset, kejatuhan barang, dan sebagainya – sedangkan Untung selalu beruntung – misalnya menang undian, jadi pengunjung restoran keseribu lalu mendapat hadiah, dan sebagainya. Dan menurutku itu tidak masuk akal dan tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Apa mungkin ada manusia yang dilahirkan dengan ‘bakat’ ditimpa kesialan seumur hidup ataupun sebaliknya? Tidak. Yang terjadi dalam kehidupan nyata adalah keberuntungan dan kesialan – atau lebih tepatnya hal yang DIANGGAP SEBAGAI keberuntungan dan kesialan – datang secara silih berganti.

Kalau begitu, kenapa ada orang yang selalu sial? Apa iya begitu? Bisa saja sebenarnya dia hanya KELIHATANNYA selalu sial atau MERASA selalu sial padahal kenyataannya tidak begitu. Ini masalah FOKUS. Kita menganggap si A selalu sial bisa jadi karena kita hanya fokus pada hal buruk yang dia alami dan tidak memperhatikan hal baik yang dia alami. Si A merasa dirinya selalu malang bisa jadi karena dia hanya fokus pada hal buruk yang menimpanya, benar-benar fokus pada hal-hal itu sampai melupakan hal baik yang terjadi. Misalnya saja aku. Ketika aku terlambat datang ke stasiun sehingga tidak bisa menukarkan tiket yang kubeli via telepon, aku merasa malang. Rasanya ingin berkata, “Duh, Robbii, nestapa benar hidupku.” Aku melupakan hal-hal baik yang terjadi bebeberapa hari sebelumnya, misalnya mendapat novel gratisan di Gramedia, mendapat hadiah giveaway dari Mbak Nufa, dan sebagainya. Yang kuingat adalah rasa lelah berdiri di colt/elf (angkutan umum) selama hampir satu jam (yang normalnya bisa ditempuh selama sepuluh menit), menghadapi macetnya pantura yang alakazam, dan setelah sampai di stasiun justru tidak bisa menukar tiket karena loket sudah tutup. Sebagian manusia – salah satunya aku – lebih mudah mengingat hal buruk dan cenderung menghabiskan ruang di memorinya untuk menyimpan kenangan buruk dibandingkan kenangan baik. Karena lebih sering mengingat kejadian buruk dan melupakan kejadian baik, jadilah yang terbersit dalam pikirannya bahwa mereka selalu sial atau malang. Padahal sebenarnya tidak.


Ketidakberuntungan yang kesannya ‘abadi’ juga bisa jadi disebabkan oleh kesalahan PERSEPSI. Bisa jadi kita menganggap suatu hal sebagai ketidakberuntungan padahal sebenarnya itu adalah keberuntungan. Seperti cerita Cina tentang seorang petani. Cerita ini sudah sering dikutip – sampai tidak ketahuan siapa yang pertama menceritakannya di dunia maya. Bahkan, sampai dibuat lagu dalam bahasa Inggris dan Indonesia oleh Peter Subway. Ceritanya lebih kurang begini... Ada seorang petani yang kehilangan kudanya. Ketika orang-orang mengatakan bahwa dia tidak beruntung, dia menjawab, “Beruntung atau tidak, saya tidak tahu.” Beberapa hari kemudian, kuda itu kembali. Ternyata kuda itu punya anak. Bertambahlah kuda milik petani. Ketika orang-orang mengatakan bahwa dia beruntung, dia menjawab, “Beruntung atau tidak, saya tidak tahu.” Kemudian anak petani naik kuda tersebut. Kemudian, dia jatuh dari kuda dan patah kakinya. Lagi-lagi orang berkomentar bahwa petani itu tidak beruntung. Dan dia memberi jawaban yang sama, “Beruntung atau tidak, saya tidak tahu.” Kemudian, ada perintah pada para pemuda yang sehat untuk ikut berperang. Karena anak petani kakinya patah, dia pun ‘lolos’ dari kewajiban ikut berperang. Beruntungkah si petani karena dia tidak perlu melepaskan anaknya ke medan perang? Lagi-lagi jawabannya sama. “Beruntung atau tidak, saya tidak tahu,” katanya. Beruntung atau tidaknya petani itu tergantung dari persepsi masing-masing orang, kan? Tergantung dari sudut pandang dan lagi-lagi tergantung fokus masing-masing orang. Apakah dia akan tergesa-gesa menganggap kejadian kuda hilang dan kaki patah sebagai ketidakberuntungan? ataukah dia akan meyakini bahwa meskipun kelihatannya buruk, kejadian itu tetap baik karena punya hikmah? Apakah dia akan fokus pada kuda yang hilang dan kaki yang patah? Atau dia akan fokus pada kuda yang bertambah dan anak petani yang 'lolos' dari kewajiban berperang?

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kejadian yang dianggap kesialan tapi justru di kemudian hari mengantarkan kita pada keadaan yang kita anggap keberuntungan. Kalau kejadian yang dianggap keberuntungan? Apa justru mengantarkan pada kesialan? Hehehe... Mungkin ada keberuntungan yang – kelihatannya – mengantarkan kita pada kesialan. Misalnya aku lagi. Dulu waktu SD aku bisa dibilang sering juara kelas. Saking seringnya juara kelas, aku jadi malas belajar. Dan akibatnya, NEM-ku  (kalau sekarang NEM namanya apa?) jeblok. Sekilas, kita bisa menganggap bahwa keberuntunganku membawaku pada kesialan. Tapi, kalau diperhatikan, sebenarnya itu justru membawaku pada keberuntungan lain. Dengan NEM jeblok, di SMP aku masuk ke kelas underdog, dan di kelas inilah aku mulai bisa menghargai motivasi dari seorang guru. Jadi murid pintar dan disayang guru itu wajar. Tapi, jadi murid di kelas buangan dan disayang guru itu ‘sesuatu’. Dari situ aku belajar betapa hebatnya kekuatan sebuah motivasi yang tulus. Dengan NEM jeblok itu juga aku jadi tahu orang yang (katanya) pintar bisa dikalahkan oleh orang yang rajin. Singkatnya, dengan NEM jeblok itu aku mendapatkan banyak pelajaran yang justru mungkin tidak didapatkan bila NEM-ku baik-baik saja. Jadi, sebenarnya semua kejadian dalam hidup mengantarkan kita pada hal baik – atau sebut saja keberuntungan. Tapi, itu tergantung juga bagaimana persepsi kita terhadap kejadian tersebut. Kalau bagi orang yang positive thinking mah segala yang dia hadapi dari sisi positifnya jadi, ya, akan selalu merasa beruntung. Dan sayangnya aku belum bisa jadi orang yang positive thinking. Hiks, hiks, hiks! Padahal, positive thinking itu HARUS, terutama terhadap Tuhan.

42 komentar:

  1. karena sial atau kegagalan itu bagian dari perjalanan hidup.. jadi yang hebat adalah orang yang bangun setelah gagal... nice post...

    BalasHapus
  2. Aku merasa beruntung bisa kenal dgn mu walau lewat blog. Dan merasa tambah beruntung bisa membaca postingan ini hehehe...

    Lha awakmu ngroso bruntung po sial kenal aku ndah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya sih ngerasa sial kenal ma kamu. Tapi, semoga membawa keberuntungan lain :D

      Hapus
  3. Tulisannya asikkk.. Salam kenal,Millati :)

    Bener banget apa yang kamu tulis, saya setuju. Bahwa beruntung atau tidak nya seseorang bergantung dari sisi mana kita mau melihatnya.

    Satu hal yang saya yakini, bahwa dibalik apapun yg terjadi, pasti ada hikmah yang bisa diambil. Terlepas dari kejadian itu positif atau negatif dimata kita :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, jadi malu dibilang asik :D

      Ho'oh, ambil hikmahnya aja :)

      Hapus
  4. jadi, peran persepsi itu penting sekali ya mbak
    bahkan, kejadian yang sama bisa menjadi berkebalikan dalam merasakan karena persepsi

    BalasHapus
  5. yang penting bersyukur aja beruntung nggak beruntung yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, bener. yang penting bersyukur. etapi susah sih :D

      Hapus
  6. Nah itu dia mbak Sarry. kalau ketiban apes kita royal mengeluh, tapi pas waktu seneng kita pelit bersyukur. Padahal kalau dipikir hidup kita ini lebih banyak beruntungnya loh ketimbang apesnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama saya bukan Sarry T_____________T

      Hapus
    2. Hahaha ngganti-ngganti jeneng...

      Setuju sis. Tergantung ngeliatnya piye lah... hihi~
      Semoga kita selalu merasa beruntung dan beruntung teruuus hihihi

      Hapus
    3. Iyo, ik. Jenengku diganti (>,<")

      Aamiiiin :)

      Hapus
  7. Benar, hanya masalah persepsi saja...

    Tuhan Dzat Yang Maha Tahu, dan untungnya kita dibekali doa yang meskipun pendek tetapi sangat luar biasa Kawan... Robbii jidnii ilmaa, Ya Tuhan tingkatkan terus kecakapanku! AAmiin

    Semakin kuat upaya kita melatih kecakapan, semakin kuat pula potensi "keberuntungan" itu hadir, karena sejatinya We are the Miracle,,,

    Salam...

    BalasHapus
  8. tapi klo menurut pengamatan aku *tsah* yang namanya org indonesia itu kebanyakan Positive thinking terus kog, coba aja stiap tertimpa kesialan pst msh aja ada kalimat, "masih untung......."
    hihihihiy....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang orang Indonesia selalu merasa beruntung :D

      Hapus
  9. Sila cek blog saya, dapat award dirimu, hehehe... Blogspot ya, bukan yang .com :)
    http://mistergandi.blogspot.com/

    BalasHapus
  10. namanya hidup ya ada untung ada rugi :) ganti nama ya jadi sary? hehehe

    BalasHapus
  11. Iya harus selalu positif tinking sama Allah :)

    BalasHapus
  12. jadi intinya adalah pada persepsi atau sudut pandang kita ya Mil... bagaimana menjadikan 'ketidakberuntungan' itu sebagai motivasi dalam mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih baik. :)

    BalasHapus
  13. teman saya bilang saya beruntung karena sering menang lomba dan dapet hadiah bagus-bagus.. saya bilang saya menang karena saya mau mencoba ikut lomba tersebut.. kalau saya tidak ikut bagaimana saya bisa menang ?

    BalasHapus
  14. Aku kemaren kayaknya udah kmen juga di sini. Kemana ilangnyaaa? O.Oa

    Jadi Jeung Sarry--dan saya juga--tinggal positip thinking aja doooong?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum komen, Qaqaaaaa!

      Ya jangan pake 'tinggal' lah.

      Hapus
  15. Positive thinking memang gak gampang sih, terutama kalau kita (terus2an) mengalami kegagalan. Tapi pelan2 sih, sambil dibantu doa dan juga bergaul dengan teman yg optimis, pasti bisa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ho'oh. Pengaruh teman juga kuat buat membangung positive thinking.

      Hapus
  16. mudah mudahan beruntung
    salam kenal amin blog

    komentarkan artikel ini ya...

    http://www.timkomte.com/2012/09/traffic-pengunjung-rumahku-turun.html

    BalasHapus
  17. Barakallahu fiik yaa atas hadiah-hadiahnya :)
    beruntung itu kalau mendapat sesuatu yang sesuai ingin, kalau nggak didapat malah kesannya tidak beruntung. Padahal kan sama aja ^^ toh semua terjadi untuk yang terbaik.
    Fight, mila !

    BalasHapus
  18. dadi judule nek cara sundane
    kumaha ceuk alloh we nya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mungkin. *padahal masih bingung sama bahasa sundanya. nggak ngerti arti ceuk*

      Hapus
  19. sebetulnya kalau dilihat-lihat, Donal tuh gak sial. Cuman ceroboh aja. Oh yah, kalau soal orang beruntung, ada lho tipe orang yang kayak gitu. Yang kalau dilihat tuh, orang itu sepertinya mendapatkan apa2 itu mudah. Gak sesusah orang kebanyakan. Aku sering nemu orang2 kayak gitu. Cuman kalau yang sial, belum pernah. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu mah persepsi kita aja. Kita liatnya cuma keberuntungan dia aja. Kita nggak lihat usaha dia yang keras dan nggak lihat hal2 buruk yang dia alami.

      Hapus
  20. Ingin mendapatkan keberuntungan dengan komen disini :D

    BalasHapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!