Rabu, 25 Januari 2012

Love Your Parents and Show Your Love

gambar diambil dari sini

Beberapa waktu lalu, entah tepatnya beberapa pekan lalu atau beberapa bulan lalu, aku melihat foto yang di-share kawanku di Facebook. Tulisan di foto itu sangat menohok. LOVE YOUR PARENTS. WE ARE SO BUSY GROWING UP, WE OFTEN FORGET THEY ARE ALSO GROWING OLD. Benar-benar cocok dengan apa yang kulakukan selama ini. Kuliah di luar kota, kemudian bekerja pun di luar Jawa, otomatis kesempatan bertemu orang tua amat jarang. Dulu, sewaktu kuliah, aku pulang biasanya sebulan sekali. Sekarang, setelah bekerja di Aceh, paling banter aku pulang setahun dua kali. Beberapa bulan lalu, ketika aku pulang, aku sedikit terkejut melihat penampilan Abahku. Selama ini aku memang jarang memperhatikan Abahku. Aku lebih sering mengobrol dengan Ibuku, jadi aku lebih aware pada perubahan yang terjadi pada Ibuku dibandingan Abahku. Dan kemudian, Abah yang biasanya memakai peci, waktu itu tidak menggunakan pecinya. Dan aku pun terkejut. Sudah begitu banyak rambutnya yang memutih. Entah apa yang kurasakan kala itu. Beberapa waktu kemudian aku pun berpikir, sudah berapa lama waktu yang kulewatkan hingga aku baru sadar betapa sepuh-nya orang tuaku? Apa karena aku begitu jarang pulang sehingga aku tak menyadari bahwa orang tuaku semakin sepuh?

Pernah suatu kali, aku begitu sibuk dengan pekerjaan kantor. Akibatnya, waktu sehabis Maghrib yang biasanya kugunakan untuk menelepon Ibuku pun tersita untuk istirahat karena lelah yang benar-benar parah. Seminggu lebih aku tak menelepon Ibu. Dan ketika aku menelepon, Ibuku berkata, "Lama banget kamu nggak nelpon." Bukan sebuah complain, menurutku. Mungkin Ibu hanya menganggap itu aneh. Jadi, awalnya kuanggap tidak menelepon dalam jangka waktu cukup lama tidaklah mengapa. Dan setelah Mbakku pindah rumah, tak lagi tinggal bersama Ibu, Ibu pun mengeluh, "Sekarang rumah sepi. Biasanya ada Mila (keponakanku)." Dan tentang Mbakku yang satunya lagi Ibuku berkata, "Mbakmu itu jarang nelpon. Kalau bukan kamu yang nelpon Ibu, siapa lagi?" Yah, kedua Mbakku, kan, berdomisili tak jauh dari rumah Ibu. Setidaknya tidak perlu menempuh perjalanan berhari-hari seperti aku, paling mereka cuma perlu waktu kurang dari sejam untuk bisa sampai rumah Ibu. Wajar saja mereka jarang menelepon. Kalau kangen, tinggal datang saja.

Tapi, aku jadi memikirkan perasaan Ibu. Bukannya aku tak mau tahu perasaan Abah. Hanya saja, Abah jarang cerita padaku, jadi aku lebih mudah mengerti perasaan Ibu. Aku jadi berpikir bagaimana perasaan Ibu, ketika satu per satu anaknya meninggalkan rumah, ada yang tinggal dengan suami, ada yang bekerja di luar kota. Aku jadi berpikir bagaimana perasaan Ibu ketika dari keempat anaknya hanya tersisa satu yang tinggal di rumah. Betapa sepinya. Dan ketika anak-anaknya jarang menelepon untuk menanyakan kabarnya, apa yang ia rasakan?

Dan aku pun merasa disentil dengan foto itu. Aku begitu sibuk dengan hidupku. Terkadang aku begitu memperhatikan dan mempedulikan orang lain, tapi jarang sekali aku memperhatikan orang tuaku, sampai-sampai aku tak sadar bahwa kepala orang tuaku sudah dipenuhi uban. Padahal, mereka lah yang paling membutuhkan perhatianku. Mereka tak meminta uang, tak meminta gajiku, tak meminta kiriman kue-kue enak, baju-baju bagus. Tidak. Mereka cuma ingin diperhatikan, dipedulikan.

Semoga aku bisa terus mencurahkan perhatianku pada mereka dan membuat mereka mengerti bahwa tak sedikitpun niatku melupakan dan mengabaikan mereka.

2 komentar:

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!