Jumat, 30 September 2011

Need A Shoulder To Cry On

Hey, you! Lend me your shoulder, please.. I need a shoulder to cry on..
Pressure, pressure, and pressure! I haven't finished my jobs today, and do you know? The deadline is yesterday. YESTERDAY!!! And, I haven't finished it, hiks hiks hiks.. I wanna cry, I wanna talk to somebody, I wanna hug somebody. But, nobody besides me. I have nobody to share my pain. I have nobody to lean on. I don't have anybody whom I can always depend on. I wanna scream, I wanna scream, I wanna scream,
AAAAAAAAAAAAAAAARGH!!!!!!!
God, these jobs drive me crazy. When will it over? Huhuhu.. God, with whom I can share this feeling? I'm exhausted. Not only because of my duties, but also the matter of heart. The wound in my heart make me so weak. It makes me can't face all my problems..
God, I don't wanna give up.. I don't wanna despair.. Please, God, give me strength.. AAMIIIN...

Rabu, 28 September 2011

Untukmu, Hati

Wahai, hati..
Percayalah.. Segalanya sudah digariskan oleh Yang Mahakuasa.. Dia Mahatahu, tentunya tahu yang terbaik untukmu. Meski yang kauhadapi pahit, percayalah, Dia selalu memberi yang TERBAIK untuk setiap makhluk-Nya. Bahkan, terhadap makhluk melata pun, Dia tak pernah alpa memberikan SEGALA yang makhluk itu butuhkan.

Wahai, hati..
Percayalah.. Ketika kau tak mendapatkan sesuatu yang kauminta dari-Nya, mungkin itu bukan yang terbaik untukmu. Atau, mungkin, Dia sedang menahannya untukmu, agar bisa memberikannya di waktu yang lebih tepat. Bersabarlah.. Bersabarlah menunggu yang terbaik dari-Nya..

Wahai, hati..
Jangan pernah berhenti meminta pada-Nya, karena Dia satu-satunya tempat meminta. Tetaplah di jalan-Nya, agar Dia senantiasa menjagamu dan membimbingmu.

Wahai, hati..
Tetaplah tegar, tetaplah kuat, Allah takkan memberi beban melebihi kemampuan hamba-Nya...

Robbisyrohli shodrii wa yassirli amrii wahlul 'uqdatan min lisaanii yafqohuu qoulii..
Allahu Robbii.. Lapangkanlah dadaku.. Jangan biarkan dada ini sempit hingga tak bisa bersabar menjalani takdir-Mu. Hanya kepada-Mu hamba meminta pertolongan.

*ketika hati terasa sangat terluka dan ingin menyerah, tapi aku tak ingin berputus asa dari rahmat-Nya*

Out Of The Blue -- MLTR

 Lagi-lagi lagunya MLTR. Out Of The Blue! Kali ini liriknya diambil dari www.elyrics.net


I was almost about to lose my faith
Was still dreaming but feared it was too late
But then you came along to my surprise
And stole my heart before my very eyes

You took me right out of the blue
Simply by showing that you love me too
Only by giving me your everything
With a love so true you took me out of the blue

I was wondering what love was all about
I was trying but couldn't work it out
But then you came along to my surprise
And made my frozen mind come alive

You took me right out of the blue
Simply by showing that you love me too
Only by giving me your everything
With a love so true you took me out of the blue

You let me out of the darkness
You brought me out in the sun
I think you must be the only one for me
'Cause you took me

Right out of the blue
Simply by showing that you love me too
Only by giving me your everything
Breathing air below my wings

You took me right out of the night
Simply by filling my heart with light
Only by giving me your energy
With a love so true you took me out of the blue

Selasa, 27 September 2011

I'm Gonna Be Around -- MLTR

Pengen banget dinyanyiin lagu ini sama suamiku... Huahahaha! Yah, dari dulu Michael Learns To Rock alias Michael Belajar Membatu memang juara! Ini dia liriknya yang diambil dari www.iloveblue.com

It's been so long since we took the time
To share words from deep inside us
We're in our own world spinning our wheels
But you know how I feel


Since the first time I took your hand
My love for you has just been growing
You always seem to understand
You know how I am


CHORUS:

I'm gonna love you 'till the end
I'm gonna be your very true friend
I wanna share your ups and downs
I'm gonna be around


When you alone coz i'm away
Don't be sad, don't be afraid
I'm gonna turn my thoughts to you
Like I always do


CHORUS

Catch you when you fall
Hold you when you're down
Sharing every moment
I wanna show you all I do
I believe I've found the miracle in you


So sweet kan lagunya... Aw aw aw!

Minggu, 25 September 2011

Gila Gara-gara PP#S

Hari ini, detik ini, seharusnya aku sedang meng-entry PPLS 2011. Yah, sebenarnya deadline-nya tinggal beberapa hari lagi. Tapiii... Aku malas, jenuh! Entahlah. Mungkin karena beberapa minggu lalu server kami rusak sehingga kegiatan entry terhenti selama dua hari selagi menunggu aku mengecek server --untuk mengetahui kira-kira bisa diselamatkan atau tidak, dan akhirnya aku menyerah lalu kuserahkan ke provinsi-- kemudian meng-install aplikasi server di komputer biasa (bukan khusus server). Saat itu aku sudah panik tingkat tinggi. Biasanya aku memang gampang panik. Tapi, kali ini lebih parah karena menyangkut sebuah benda berharga... berapa ya? Pokoknya mahal. Gajiku selama 20 tahun pun tak cukup untuk membelinya. Aku pun termasuk kaum awam yang tidak suka bermain-main hardware jadi tidak tahu kemungkinan masalah yang menyebabkan kerusakan server itu. Aku cuma tahu, lampu di atas simbol segitiga berisi tanda seru menyala merah. Itu saja. BLANK! Dan juga, saat itu aku berpikir kerusakan ini berarti data yang sudah di-entry harus dientry ulang (kemungkinan terburuk, tapi semoga saja tidak harus begitu). Saat menelepon Hasta dan Bang Andi, jawabannya sama: kemungkinan besar server rusak dan aku harus menggunakan komputer lain untuk dijadikan server cadangan.

Setelah memutuskan untuk mengikhlaskan server tersebut, aku pun mulai meng-install aplikasi PPLS di komputer yang biasa berada di ruanganku. Butuh beberapa lama untuk meng-install SQL Server Express dan aplikasi tersebut. Setelah selesai, aku pun memulai untuk memboyong komputer tersebut ke ruangan tengah di mana orang-orang biasa meng-entry. 'Server baru' sudah tersedia, selesaikah masalah? TIDAK. Aku masih dihadapkan pada desa-desa yang mengalami pemekaran. Ampuuuuuuuuun!!! Kadang-kadang aku ingin menjitak kepala bupati yang dengan mudah menyetujui pemekaran desa. Desa yang tak mekar pun rupanya banyak yang tertukar dusunnya. Entah memang master-nya yang salah, atau ada kesalahan saat Sensus Penduduk 2010 kemarin. Lagi-lagi, ENTAH!

Ah, sudahlah. Tidur saja. Hujan sudah turun untuk mendukung acara tidur siang. Tapi, tidak ada tempat yang nyaman untuk tidur di kantor ini... Huft! Baiklah, baiklah, aku akan meng-entry. Puas???

Jumat, 23 September 2011

Pukat

Pukat. Nama itu terdengar aneh di telingaku. Dan ternyata, memang aneh orangnya, hehehe.. Itulah pendapatku mengenai tokoh utama dalam novel Pukat, salah satu buku Serial Anak-anak Mamak karya Tere Liye. Novel ini mengisahkan masa kanak-kanak Pukat, anak kedua dari empat bersaudara. Novel ini termasuk novel campur aduk dan mengaduk-aduk emosi. Di satu bab, novel ini membuatku tertawa ngakak seperti orang gila, di bab lain novel ini membuatku menangis terharu.

Novel ini dibuka dengan kisah pengalaman Pukat dan adiknya Burlian ketika pertama kali naik kereta api. Dalam kisah itu digambarkan kecerdasan Pukat untuk menandai kawanan perampok yang beraksi ketika kereta melewati terowongan yan gelap gulita. Ia menaburkan bubuk kopi yang ia bawa ke sepatu sang perampok yang sedang merampas barang-barang milik bapaknya. Dan dengan mencari penumpang kereta dengan sepatu bernoda kopi, mudahlah menangkap kawanan perampok tersebut.

Ada juga kisah lucu dalam novel ini yang tak lepas dari andil Raju, kawan akrab Pukat. Mulai dari kisah Raju yang menjatuhkan cinta monyetnya pada Saleha, si murid baru anak bu bidan. Raju yang awalnya malas ke sekolah mendadak berubah menjadi rajin, bahkan datang paling pagi ke sekolah. Dia pun membuat puisi untuk Saleha. Dan malangnya, Pukat mengetahui hal itu. Kebetulan hari itu kelas juga diberi tugas oleh Pak Bin untuk membuat puisi. Ketika Pukat diminta mengumpulkan tugas teman-temannya, dia pun menyelipkan puisi Raju untuk Saleha. Puisi itu ternyata menarik perhatian Pak Bin, dan kemudian dibacakan di depan kelas. Lalu, bagaimana reaksi Raju? Baca saja sendiri, hehehe... Aku lebih tertarik menceritakan bagaimana kisah akhir cinta monyet Raju dan Saleha. Pada suatu hari, ada noda merah di rok Saleha. Para perempuan tentunya tahu apa itu. Yap, haid. Di mata anak-anak laki-laki yang belum paham tentunya hal itu aneh dan langsung menjadi buah bibir. Apalagi, di masa itu membicarakan masalah haid dan kawan-kawannya adalah hal yang tabu. Kemudian, Raju pun memutuskan hubungan kasihnya dengan Saleha dengan alasan: perempuan itu makhluk yang mengerikan, sakit parah sampai-sampai setiap bulan mengeluarkan darah dari pantatnya. Alangkah polosnya... Atau, alangkah bodohnya?

Ada juga cerita tentang Raju yang iri pada Pukat yang selalu disebut-sebut oleh Pak Bin, guru mereka, sebagai contoh di kelas. Selain itu, ada satu kisah tentang Pukat yang ngambek pada Mamak, ibunya, setelah dihukum tidur di luar rumah semalaman. Dalam hal ini, aku tidak setuju dengan sikap Mamak. Mungkin banyak yang setuju pada sikap Mamak yang mendidik anak-anaknya untuk disiplin. Tapi, aku kurang setuju pada sikap Mamak yang membuat anak-anaknya berpikir bahwa ia membenci mereka. Bagaimanapun, perasaan dibenci oleh orang tua sendiri adalah hal yang menyedihkan. Dan semoga kelak aku bisa membuat anak-anakku selalu merasa dicintai oleh ayah ibunya. Aaamiiin... Lho, kok malah jadi membahas ini?

Yah, demikianlah sedikit yang bisa kuceritakan dari novel berjudul Pukat ini. Novel ini, dan novel lanjutannya, Eliana, membuatku penasaran pada novel yang lebih dulu terbit: Burlian. Sepertinya Burlian ini lebih absurd dari Pukat. Semoga aku punya rezeki yang cukup untuk membeli novel ini.

Kamis, 22 September 2011

Prayer

Ya, Robb... Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang... Engkau-lah yang Menggenggam hati ini. Engkau-lah yang Membolak-balikkan hati. Izinkan aku meminta satu hal pada-Mu kali ini, permintaan yang entah keberapa yang kuminta pada-Mu. Engkau-lah yang Maha Mengabulkan Doa, maka kabulkanlah doaku ini. Kuatkanlah hatiku. Jadikanlah hatiku ini selalu ridho dengan segala ketentuan-Mu. Jadikanlah hatiku ini ridho atas APAPUN yang Kau-gariskan untukku.

Ya, Robb... Kenyataan yang kuhadapi akhir-akhir ini sungguh pahit. Dan aku sungguh tak ingin membenci takdir-Mu. Sungguh, aku tak ingin membenci takdir-Mu. Jadikan aku selalu husnuzhon pada-Mu, husnuzhon pada setiap ketentuan-Mu, sepahit apapun itu.

Ya, Robb... Genggam erat hatiku, jangan pernah biarkan hatiku berpaling dari jalan-Mu. Agar hatiku selalu kuat, tegar, tabah.

Ya, Robb... Berilah yang terbaik untukku dan jadikan aku selalu yakin bahwa yang Kau-berikan adalah YANG TERBAIK.

Aamiiiiiiiiiiiin...

Selasa, 20 September 2011

Perempuan 'Maju' Duluan

Teringat perkataan seseorang, "Cinta harus diperjuangkan". Dulu, aku percaya itu. Tak masalah perempuan yang 'maju duluan'. Dalam pernikahan pun, aku pernah berpikir, "Bila aku menemukan seseorang yang tepat, aku akan segera mengajaknya menikah". Tak ada yang salah dengan perempuan yang terlebih dahulu mengajak menikah.

Tapi, itu dulu. Sebelum aku memikirkan segala resikonya.

Bila aku mengajak seseorang menikah lalu ditolak, tentu aku patah hati sepatah-patahnya. Yang aku khawatirkan, bila patah hati, aku akan trauma berkepanjangan dan sulit membuka hati untuk orang lain.

Kalaupun dia menerimaku, akankah dia mencintaiku? Aku tidak yakin. Menikah dengan seseorang yang tidak mencintaiku sepertinya mengerikan. Tanpa cinta, akan sulit baginya untuk memaklumi keterbatasanku.

Bila alasan aku diminta 'maju' duluan adalah: siapa tahu dia takut kamu tolak, makanya kamu maju aja duluan. Dengan sikapku yang amat blak-blakan yang tidak bisa menutupi rasa sukaku, masa dia masih takut kutolak? Menurutku bila seseorang ragu untuk melamarku, itu bukan karena takut ditolak tapi dia memang ragu bahwa aku yang dia cari atau bukan. Buat apa aku mengajaknya menikah bila dia sendiri tak yakin untuk memilihku?

Dan yang mungkin tak kalah penting, harga diri. Se'tinggi' itukah dia dan se'rendah' itukah aku sampai harus menentang kelaziman yang ada bahwa laki-lakilah yang lebih dulu mengajak menikah? Bukan, aku bukannya menilai diriku terlalu tinggi. Justru, aku merasa sudah bersikap terlalu murahan dengan menunjukkan rasa sukaku secara blak-blakan. Dan aku tak mau lebih jauh lagi.

Yah, wanita yang mengajak menikah adalah salah satu pilihan jalan. Dan saat ini aku memilih untuk tidak menempuh jalan itu.

Kamis, 15 September 2011

Gak Lucu!

"Jadi, tadi pulang ke rumah ngabisin? Ngabisin air mata?" tanya seseorang padaku siang itu. Senyumnya mengisyaratkan bahwa ia menganggap itu lucu. Awalnya aku menganggapnya biasa. Tapi... Lama-lama aku jadi kesal. Dia terkesan menertawakan aku yang menangis. Hey, bila kau melihat seseorang yang menangis, itu hal yang sama sekali tidak lucu dan tidak perlu dijadikan lelucon.

Ini bukan kali pertama dia mengejekku soal 'menangis'. Sudah beberapa kali. Sering. Dan aku benci itu. Kalau aku bisa menahan tangis, tentu sudah kutahan. Tapi, aku ini termasuk orang yang 'mata yuyu', gampang menangis. Lagipula, apa salahnya menangis? Memangnya aku kelihatan lemah kalau menangis?

Hah, sudahlah.

Rabu, 14 September 2011

Campur Aduk tentang Perbedaan

Teringat sebuah dialog dalam novel Q & A karya Vikas Swarup. Ada pertanyaan yang saya tahu jawabannya dan Anda tidak tahu. Ada pertanyaan yang Anda tahu jawabannya dan saya tidak tahu. Begitu lebih kurang kalimatnya. Aku mungkin tahu sedikit tentang matematika dan statistik deskriptif. Tapi aku sama sekali tidak memiliki pengetahuan mengenai kedokteran dan farmasi. Tidak ada manusia yang menguasai semua pengetahuan yang ada di dunia ini. Ilmu manusia itu terbatas. Dengan terbatasnya ilmu yang dimiliki, semestinya terbuka pada ilmu pengetahuan lain yang belum kita kuasai, selama tidak bertentangan dengan aqidah.

Namun, aku tidak yakin kita semua bisa menerima pengetahuan lain. Dalam sinetron Demi Masa ada satu adegan menarik. Salah satu tokoh, yang diperankan Dedi Mizwar, menyuruh tokoh lain, yang diperankan Teddy Syach, menuangkan air dari dalam teko ke cangkir yang dipegangnya. Dedi Mizwar meletakkan cangkir lebih tinggi dari teko. Tentu saja air tersebut tidak bisa masuk ke cangkir. Setelah itu, dia menjelaskan bahwa (kalau aku tidak salah ingat) salah satu yang menghalangi masuknya ilmu adalah kesombongan, tinggi hati. Bagaimana kita bisa menerima sebuah kebenaran sedangkan kita menutup hati untuk mengakuinya sebagai sesuatu yang benar?

Dulu, ketika kuliah, aku pernah diajari urutan Data - Information - Knowledge - Wisdom. Aku ingin menyoroti Knowledge dan Wisdom. Dengan knowledge (pengetahuan) yang kita miliki, kita dapat mencapai wisdom (kebijaksanaan). Namun, apabila kita hanya terpaku pada knowledge yang kita miliki lalu menutup hati, mata, dan telinga dari knowledge lain, bagaimana kita akan mencapai wisdom???

Ketika terjadi perbedaan pendapat, bukankah sebaiknya terbuka pada pendapat yang lain selama memiliki dasar pemikiran yang benar? Kalau memang pendapat yang berbeda dengan pendapat kita tidak bisa diterima, mungkin karena terlalu bertentangan, apa salahnya menghormati pendapat yang lain? Bila pendapat itu sesuatu yang benar-benar bathil, itu pun kalau kita memiliki ilmu yang memadai untuk menilainya haq atau bathil, memang dianjurkan meluruskan. Namun, ketika kita tidak punya cukup alasan, baik dalil aqli maupun naqli, bahwa pendapat itu seratus persen salah, kenapa kita dengan begitu percaya diri menyalahkan pendapat itu?

Gambar Makanan

Gambar di atas adalah mie goreng wedi featuring sambel tela. Mie goreng wedi adalah sejenis kerupuk yang dibentuk seperi jaring-jaring. Biasanya warnanya kuning atau merah. Makanan ini digoreng di atas pasir, itulah sebabnya disebut mie goreng wedi (wedi = pasir).


 Makanan di atas adalah kue-kue basah yang terdiri atas jalabiya (yang berbentuk cincin), cucur (yang bulat pipih), dan onde-onde (yang bulat dengan taburan wijen). Jalabiya ini adalah makanan kesukaanku, jauh lebih nikmat dari donat. Rasanya GURIH.


 Makanan di atas disebut anthor, sejenis kerupuk yang khas Tegal. Rasanya LAKA-LAKA.


Makanan di atas adalah tempe goreng dan gembus goreng.

Foto-foto di atas adalah koleksi pribadi.

Selasa, 13 September 2011

Beberapa Kriteria Calon Suami

Posting kali ini adalah edisi istimewa. Kenapa? Karena, kali ini aku akan menyampaikan sesuatu yang jarang kusampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Teng teng terereng! Yak! Kali ini aku akan menyebutkan beberapa kriteria pria yang kuharapkan menjadi suamiku. Yah, siapa tahu di antara orang-orang yang khilaf membaca tulisan ini ada agen biro jodoh ataupun mak comblang yang bersedia mencarikan calon untukku. Ini dia kriterianya:
1. Sholeh dan mushlih. Yah, minimal sholat 5 waktu dan lumayan tepat waktu, dan rajin mengingatkanku untuk tidak melalaikan sholat. Biar aku tidak makin 'sesat'.
2. We love each other.
3. Lembut, tidak galak. Lembut bukan berarti 'melambai' lho yaaa! Tegas boleh-boleh saja. Tapi, kalau sering membentak-bentak aku, bisa-bisa jiwa kriminalku muncul dan aku menyambitnya dengan sandal, sepatu, dan kaus kaki bau.
4. Tidak sombong, congkak, merasa lebih 'tinggi' dari orang lain.
5. Sehat jasmani dan rohani. Aku bukan orang yang cukup sabar dan telaten merawat orang yang sakit-sakitan.
6. Memiliki jantung yang sehat. Kalau dia sakit jantung, bisa-bisa baru menikah sehari dia sudah kena serangan jantung mendengar suara lantangku dan perilaku absurd-ku.
7. Tidak merokok. Aku tidak mau aku dan anak-anakku jadi perokok pasif. Apa jadinya keluargaku kalau semuanya paru-parunya rusak?
8. Tidak pelit. Kalau pelit, bisa-bisa aku hanya diberi uang belanja seratus ribu per bulan.
9. Bukan orang yang risih apalagi anti dengan pekerjaan domestik. Tahu sendirilah.. Pekerjaan rumah tangga itu buaaanyaaak! Tak mungkin aku menyelesaikan semuanya tanpa bantuan suami. Minimal dia mau menyapu dan mencuci piring kalau aku tidak sempat mengerjakannya.
10. Tidak jijik ketika melihatku ngupil dan kentut.
11. The last but not least, DIA BUKAN HOMO ATAU GAY! Dia haruslah laki-laki normal.

NB: kriteria bisa berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya (memangnya daftar harga elektronik di Mangga Dua???)

Senin, 12 September 2011

Ayam yang Tertukar

Sore itu, aku diajak Ndaru ke Atrium Senen. Hmm, sebenarnya kami ke sana atas undangan Nano dan Depri. Ceritanya, Nano ini sedang ingin berbagi rezeki dengan kami bertiga, para jomblo terlantar: aku, Ndaru, dan Depri. Ups, kalimat terakhir hanyalah rekayasa belaka. Sekadar untuk membedakan status antara kami bertiga dengan Nano. Usai sholat Maghrib, aku dan Ndaru segera meluncur, maksudnya jalan kaki, ke halte TransJakarta Bidaracina. Lalu naik TransJakarta PGC-Ancol. Setahuku TransJakarta PGC-Ancol tidak lewat Senen. Ternyata, Ndaru sang spesialis TransJakarta sudah mempertimbangkan hal tersebut. Kami turun di halte Pal Putih. Lalu, mau naik yang jurusan mana lagi? Dengan polos (atau mungkin lebih tepatnya kelihatab bego) aku bertanya demikian. Kata Ndaru kami menunggu TransJakarta Kampung Melayu-Ancol. Lho, kan sama-sama ke Ancol? Tapi, setelah kuingat-ingat memang jurusan Kampung Melayu-Ancol memang lewat Senen, beda dengan PGC-Ancol.

Sampai di Senen, Ndaru menelepon Depri. Ternyata ponsel Depri mati. Menelepon Nano, nomornya sibuk. Tanpa sengaja kami melihat tempat mainan anak-anak di lantai bawah. Ada komidi putar, ada macam-macam lah. Dan dengan pede-nya aku dan Ndaru foto-foto dengan latar belakang mainan itu. No pict, hoax? Hohoho, tanpa gambar sebagai bukti bukan berarti ini hoax. Tapi, aku memang tidak ingin 'nampang' di blog ini.

Tak lama kemudian, Ndaru ditelepon. Katanya, kami ditunggu Depri dan Nano di lantai 3. Atas kesepakatan bersama, kami menuju Ch*ck*n St*ry. Di sinilah tragedi ayam yang tertukar terjadi dengan begitu mengenaskan (halaaah, lebay!). Nano memesan ayam bakar kurma madu, Ndaru memesan empal bakar, Depri memesan ayam asap, dan aku memesan ayam bakar spicy. Setelah makanan datang, tersajilah sebuah menu yang mengejutkan. Semacam pepesan di hadapanku. Sedangkan di depan Depri ada ayam yang kuduga sebagai 'jatahku'. Kenapa aku menduga demikian? Karena, aku dan Nano sama-sama memesan ayam bakar, cuma berbeda bumbu, dan menu yang didapat Depri dan Nano mirip. Saat kutanyakan mana yang ayam asap, pelayan menunjuk punya Depri dan saat kutanya benarkah yang didepanku ayam bakar spicy, si pelayan kebingungan. Nah, lho!

Kemudian pelayan itu datang sambil membawa minuman. Aku kembali menanyakan itu ayam bakar spicy atau bukan. Katanya benar. Ya sudah. Mungkin sudah rejekiku. Nano, Depri, dan Ndaru tidak kuasa menahan tawa melihat ekspresi bingungku melihat menuku. Dan anehnya, Depri bolak-balik komplain kalau ayamnya pedas sekali, sedangkan punyaku yang mestinya pedas (spicy) rasanya biasa saja.

Pulang dari sana, aku, Ndaru, dan Depri pergi ke TIM untuk nonton midnight. Sambil menunggu jadwal film, kami mengobrol soal ayam asap dan ayam bakar spicy tadi. Aku pun menyampaikan kecurigaanku. Kukatakan bahwa, menurut feeling-ku, ayam yang mirip pepes itu lebih cocok diasosiasikan dengan ayam asap daripada ayam bakar. Depri dan Ndaru pun mulai memikirkan hal yang sama, menuku dan Depri tertukar. Saking penasarannya, aku pun searching di internet. Ndaru pun demikian. Dan hasilnya... Taraaaaa! Ternyata yang berbungkus daun seperti pepesan itu memang ayam asap! Jadi, aku adalah orang dudul yang sok tahu memilih menu dan kemudian DIBOHONGI oleh sang pelayan. Ah, ya sudahlah. Lain kali tak usah makan di situ lagi. Kalau tulisan ini dianggap menjelek-jelekkan, maaf-maaf saja. Tapi, memang begitu kenyataanya.

Sabtu, 03 September 2011

Makanan

Aku kampungan? Mungkin. Bisa jadi aku memang tidak cocok dengan gaya hidup orang kota, terutama makanannya. Kalau disuruh memilih, aku lebih memilih makanan kampung daripada makanan mahal di food court terkenal. Aku lebih memilih martabak mesir daripada pizza. Aku lebih memilih mie aceh daripada spaghetti. Aku lebih memilih jalabiya daripada donat. Aku lebih memilih rujak kangkung, pecel, atau gado-gado daripada salad. Aku lebih memilih lutis, lotek, atau rujak buah daripada salad buah. Aku lebih memilih siomay daripada dimsum.
Yah, kampungan memang.. Tapi, di lidahku, makanan tradisional Indonesia memang lebih enak.