Sabtu, 31 Juli 2021

Pilih Drama/Serial Mana?

Sepertinya aku sudah pernah menyebutkan kalau aku gemar menonton, entah itu film, drama Jepang, drama Korea, drama China, serial barat, anime, acara ragam, semua kutonton. Namun, ada satu yang sudah lama sekali tidak kutonton: sinetron. Sejak masuk kuliah sampai belasan tahun kemudian aku tidak lagi mengikuti sinetron. Paling menonton sekilas kalau sedang pulang kampung. Karena sering menonton drama Jepang dan Korea, aku jadi kurang tertarik menonton sinetron. Alasannya? Karena tidak mendidik? Jalan ceritanya tidak masuk akal? Aktingnya jelek? Bukan itu semua. Alasan utamaku tidak tertarik menonton sinetron adalah aku tidak tahu kapan sinetron itu akan tamat. Aku bahkan tidak yakin kalau produsernya berniat untuk menamatkan sinetron yang sedang digarapnya. Pernah suatu kali ada sinetron Ramadan (yang harusnya cuma tayang selama bulan Ramadan) yang masih belum tamat sampai Idulfitri. Bahkan, kalau tidak salah masih belum tamat sampai Iduladha. Kan wagu.

Karena tidak kunjung tamat, muncullah alasan kedua malas menonton sinetron: jumlah episodenya terlalu banyak. Berapa episode? Ratusan! Kalau dibandingkan dengan drama Korea yang berkisar antara enam belas dan dua puluh episode, tentu aku lebih memilih drama Korea. Drama Jepang? Jauh lebih singkat dan padat, rata-rata hanya sepuluh episode. Nonton maraton sehari juga kelar. Memangnya produser drama Jepang dan Korea tidak tergoda memperpanjang dramanya kalau ratingnya tinggi? Beberapa drama memang diperpanjang ketika ratingnya tinggi. Namun, biasanya hanya ditambah satu atau dua episode. Masih tetap bisa diharapkan untuk tamat.

Bukannya drama Jepang dan Korea juga ada yang episodenya sampai puluhan? Ada, sih.... Di Jepang ada asadora (drama pagi) dan Taiga drama yang tayang selama setahun. Kalau tidak salah asadora tayang di hari kerja dan Taiga tayang seminggu sekali. Memang banyak episodenya. Lha wong tayang setahun. Tapi, tetap saja masih bisa dinanti kapan tamatnya karena sudah dibatasi masa tayangnya. Drama Korea juga ada yang episodenya puluhan. Biasanya drama Korea yang tayang di akhir pekan episodenya bisa sampai 50-an. Namun, tetap saja ada perkiraan jumlah total episodenya. Serial barat? Ini juga episodenya banyak, sih. Serial yang banyak peminatnya biasanya akan di-renew alias diperpanjang. Diperpanjang di sini bukan ditambah episodenya melainkan dibuat season selanjutnya. Biasanya jarak antar-season tidak terlalu dekat. Karena banyak season-nya, hanya sedikit serial barat yang kuikuti sampai tamat, misalnya Sherlock, The Mentalist, dan The Librarians. Herannya, meskipun aku suka menonton drama yang pasti kapan tamatnya, aku sedih sewaktu serial barat yang kutonton tidak di-renew. Mungkin karena cerita di serial yang kutonton berbeda-beda ceritanya di setiap episode (biasanya untuk drama detektif satu episode satu kasus). Dengan cerita lepas seperti itu, tidak banyak drama yang membuat lelah hati. Drama Jepang dan Korea apakah ada yang banyak season-nya? Sepertinya hanya beberapa, yang rating-nya bagus, misalnya Aibou, Doctor X, Voice, dan entah apa lagi.

Ngomong-ngomong soal episode yang terbatas, belakangan banyak serial Indonesia yang episodenya tidak banyak. Tidak banyak di sini bukan karena tidak banyak peminat melainkan dari awal sudah ditentukan jumlah episodenya. Kebanyakan serial pendek ini tayang di aplikasi streaming dan Youtube. Aku sendiri belum pernah menonton yang di aplikasi sampai tamat. Ada satu serial yang cuma kutonton episode pertama dan terakhir. Aku tidak suka karakter tokoh utamanya tapi sudah terlanjur menonton episode pertama. Jadi, ya, kutonton saja episode terakhirnya biar tidak penasaran. Kalau yang di Youtube, aku hanya pernah menonton Malam Minggu Miko, Jalangkote Rasa Keju, dan Terima Kos Putri. Aku belum menemukan serial lain yang menarik.

Sebentar. Di awal kan katanya lebih suka menonton serial atau drama luar negeri dibandingkan sinetron karena jumlah episodenya sudah pasti. Kan sudah ada serial Indonesia yang jumlah episodenya sedikit. Iya, sih.. Tapi... kok masih belum begitu tertarik, ya..

Selain episode yang tak terlalu banyak, daya tarik drama/serial luar adalah genrenya. Ada drama genre medis, hukum (tentang hakim, jaksa, pengacara), polisi (apa sih nama genrenya?), misteri, masak-memasak, komedi, melodrama, dan sebagainya. Banyak, deh, pilihannya.  Kalau sinetron sekarang mungkin genrenya masih sebatas komedi romantis dan genre azab. Dulu di era 90-an dan 2000-an sepertinya ada beberapa sinetron dengan genre misteri. Entah kenapa tidak booming.

Ngomong-ngomong soal genre, dari semua yang kutonton sepertinya drama Jepang yang paling konsisten dengan genrenya. Kalau genrenya medis, ya fokus dengan cerita medis tanpa bumbu romansa yang berlebihan. Kadang malah tidak ada romansanya sama sekali. Semoga, sih, tetap seperti itu.

Sebentar. Sudah ngobrol panjang lebar begini aku baru ingat alasan utamaku tidak menonton sinetron: aku tidak punya televisi. Lah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!