Sabtu, 21 Agustus 2021

Menimbun Buku

Sudah hampir tujuh tahun aku tidak membuat tulisan resensi pura-pura di blog ini. Tulisan terakhir dengan label Buku Bacaanku dimuat 19 November 2014. Sudah lama sekaliiii!

Minat bacaku memang sudah menurun drastis. Sepertinya ini dimulai sejak aku mengenal tontonan, entah drama Jepang dan Korea atau serial barat atau film. Sejak aku mengenal situs haram yang membagikan berbagai macam drama, waktu luangku yang biasanya kuisi dengan membaca novel berubah menjadi waktu menonton film dan drama atau serial. Aku yang biasanya bisa menamatkan satu novel dalam sekali duduk, jadi tak kunjung selesai membaca satu buku. Padahal bukunya tidak tebal. Sepertinya aku hanya bisa menamatkan satu buku dalam beberapa bulan. Buku-buku yang ada di kos pun terlantar sampai berdebu.

Timbunan buku di kosan


Kalau tidak salah, buku terakhir yang kutamatkan adalah Botchan. Itu pun setelah aku memaksakan diri untuk membaca karena merasa mubazir sudah membeli buku tapi tidak dibaca. Sebelumnya aku juga berhasil menamatkan Magic in the Mix, buku kelima dari serial The Bliss Bakery. Aku membacanya di atas kereta dalam perjalanan pulang kampung. Sepertinya itu satu-satunya waktu aku bisa fokus membaca tanpa tergoda untuk membuka media sosial. Ah, iya! Media sosial! Sejak aku memiliki ponsel pintar dan bisa mengakses media sosial, sepertinya aku tidak bisa lepas dari ponselku. Akibatnya juga jadi jarang menyentuh buku. Aku sempat berencana membuat resensi-resensian untuk Botchan dan Magic in the Mix. Namun, rencana tinggal rencana. Aku malah sibuk menonton drama/film dan mengecek media sosial.

Kalau minat baca menurun, apakah minat membeli buku juga menurun? Awalnya tidak. Aku masih sering khilaf membeli buku. Dimintai tolong orang untuk membeli buku, tapi buku yang kubeli malah jauh lebih banyak dari titipan orang. Setelah dibeli, bukunya dibaca? Nggak, dong! Aku juga sempat membeli banyak buku tentang depresi yang ujung-ujungnya tak kutamatkan. Setelah sadar kalau banyak buku yang kubeli tapi tidak kubaca, aku mulai mencoba menahan diri. Yah, meskipun kadang masih khilaf. Saat stress, berkeliling di toko buku bisa menjadi hiburan yang menyenangkan bagiku. Melihat-lihat karya baru dari penulis yang bukunya kukoleksi, melihat komik daring yang diterbikan menjadi komik versi cetak, melihat buku-buku lama yang diterbitkan ulang dengan judul dan sampul baru, dan banyak lagi. Aku betah berkeliling di toko buku sampai kakiku pegal. Kalau sudah jalan-jalan di toko buku, ujung-ujungnya beli buku juga, kan? Untungnya sekarang aku sadar untuk tidak membeli banyak buku.

Semenjak pandemi ini aku jadi jarang ke toko buku. Bagus, sih, karena aku jadi terhindar dari khilaf memborong buku. Tapi... aku jadi tidak bisa berkeliling toko buku untuk mengurangi stress.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!