Jumat, 11 November 2016

Kamu Salah, Tuh!


Pernah menemukan “kesalahan” orang lain dan merasakan hasrat yang kuat untuk menunjukkan “kesalahan” tersebut? Pernah? Aku sering begitu. Selain mudah menemukan kesalahan orang lain (dibandingkan kesalahan sendiri), aku juga termasuk orang yang kadang-kadang sok tahu. Cuma kadang-kadang, kok.

Aku merasakan dorongan untuk menunjukkan “kesalahan” orang lain beberapa hari yang lalu. Waktu itu aku menonton dorama Hippocrates no Chikai dan mendengar salah satu pemainnya berkata, “Hyaku juu roku man roku sen.” Saat melihat subtitle, di situ tertulis 166.000. Kalau tidak salah, 166.000 dalam Bahasa Jepangnya jadi juu roku man roku sen. Juu roku = 16, man = 10.000, roku = 6, sen = 1.000, jadi juu roku man roku sen = 16X10.000 + 6X1.000 = 166.000 (penjelasan ini bisa diabaikan, kok). Beda satu kata: hyaku. Kalau mengikuti hasil pendengaranku (hyaku juu roku man (116X10.000) roku sen (6X1.000)) seharusnya angkanya ditulis 1.116.000. Berarti subber-nya salah! Hampir saja aku membuat komentar yang menunjukkan kesalahan tersebut. Namun, aku ragu dengan pemahamanku soal penyebutan angka dalam Bahasa Jepang. Aku pun mendengarkan kembali dengan hati-hati. Masih saja aku merasa mendengar karakter di drama itu menyebut hyaku. Apa benar subber-nya salah menerjemahkan? Aku pun kemudian melihat kata yang tertulis sebelum angka 166.000, yaitu kata 'about'. Jangan-jangan hyaku itu juga bisa diterjemahkan sebagai ‘about’? Kalimat berikutnya juga menggunakan kata ‘about’ tersebut dan ada kata hyaku-nya. Hyaku juichi pasento (about 11 percent), kira-kira begitu kalimat yang kudengar. Karena konteks kalimatnya tidak memungkinkan untuk menyebutkan persentase lebih dari seratus, jadi tidak mungkin kata-kata hyaku juichi pasento diterjemahkan sebagai 110 percent. Berarti subber tersebut memang menerjemahkan hyaku sebagai 'about'. Aku pun mencari tahu apakah benar hyaku itu bisa diartikan sebagai about. Ternyata tidak. Aku pun membalik cara pencarian. Aku mencari terjemahan kata ‘about’ dalam Bahasa Jepang. Daaan ... ternyata yang benar adalah yaku (). Jadi, yang kukira 'hyaku' ternyata 'yaku'. Aku yang salah dengar rupanya ....

 Beberapa hari kemudian dorongan itu datang lagi ketika aku melihat terjemahan lagu Seishun Bugi. Di lagu tersebut ada kata anata (you) tetapi di lirik kanjinya tertulis 貴女. Kok gitu? Mestinya kan anata itu ditulis pake hiragana, あなた. Lagi-lagi aku hampir protes pada penulisnya. Jangan-jangan dia salah mengambil sumber lirik Bahasa Jepangnya. Namun, aku mengurungkan niatku dan mencari tahu dulu. Setelah browsing sana sini ternyata anata itu memang bisa ditulis dengan Kanji pada untuk kesan yang lebih sopan, sepertinya begitu. Jadi, anata bisa ditulis 貴方, 貴男 (khusus untuk lelaki, biasanya untuk panggilan istri kepada suaminya), dan 貴女 (khusus untuk perempuan). Berarti memang benar lirik yang dikutip dan diterjemahkan tersebut.

Bayangkan kalau dalam dua situasi tadi aku dengan penuh pedenya berkomentar menunjukkan kesalahan orang lain tapi kemudian ketahuan kalau justru aku yang salah. Alangkah memalukannya. Sebelum menunjukkan kesalahan orang lain, memang sebaiknya mencari tahu dulu. Pastikan dulu kalau itu memang salah. Kalau sudah terlanjur keminter tapi ternyata salah kan ngisin-isini. Meskipun biasanya aku tidak nyolot saat menunjukkan kesalahan orang lain, tetap saja memalukan kalau ternyata justru aku yang salah. Tapi ... tidak mudah, sih, untuk menahan diri untuk tidak buru-buru menunjukkan kesalahan orang lain.

4 komentar:

  1. wuih jadi jago bahasa jepang nih sekarang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, nggak jago basa jepang. cuma hobi nonton drama Jepang ama merhatiin omongannya doang.

      Hapus
  2. Kak Millati, kakak di blangpidie kan? LIza sekarang tugas di blang pidie juga. ayo kita kopdar

    BalasHapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!