Lanjutan dari sini
Ada banyak hal yang harus disyukuri selama perjalanan. Aku tidak terlalu kedinginan di perjalanan meskipun tidak memakai jaket. Aku juga sukses melewati jalanan menanjak-menurun-penuh-tikungan di Subulussalam tanpa muntah meskipun tidak minum jamu anti masuk angin (tapi makan permen Antang*n terus sih). Perjalanan Aceh Barat Daya - Aceh Singkil selama 6,5 jam terlewati dengan aman, meskipun harus berusaha terus tidur dan saat melek pun jadi irit bicara karena pusing.
Ada banyak hal yang harus disyukuri selama perjalanan. Aku tidak terlalu kedinginan di perjalanan meskipun tidak memakai jaket. Aku juga sukses melewati jalanan menanjak-menurun-penuh-tikungan di Subulussalam tanpa muntah meskipun tidak minum jamu anti masuk angin (tapi makan permen Antang*n terus sih). Perjalanan Aceh Barat Daya - Aceh Singkil selama 6,5 jam terlewati dengan aman, meskipun harus berusaha terus tidur dan saat melek pun jadi irit bicara karena pusing.
Kami singgah sebentar di Rimo (salah satu kecamatan di Aceh Singkil yang dekat Kota Subulussalam) karena ada teman yang mau membeli barang di Indomar*t. Keren kan? Di Blangpidie saja tidak ada swalayan waralaba tersebut. Melihat ada swalayan, aku langsung ikut keluar. Aku membeli tisu, Antang*n, dan koyo. Setelah masuk mobil, aku langsung sembunyi-sembunyi memakai koyo. Amaaan! Rasanya sedikit tenang karena aku tidak perlu khawatir akan mual di jalan. Eh, jangan-jangan itu cuma sugesti? Entahlah.
Kami sampai di Aceh Singkil sekitar pukul sembilan. Sampai di pelabuhan, tas ranselku, yang berwarna ungu unyu dan masih baru, putus sebelah. Aku juga tidak membawa peniti. Padahal stok peniti di kos banyak. Terpaksa membawa ransel dengan sebelah tali. Pelajaran moral kali ini: jangan lupa bawa peniti, siapa tahu diperlukan. Di pelabuhan itu aku juga sempat ke kamar mandi dan berniat membuang residu cairku. Tapi, melihat kondisi kamar mandi yang memprihatinkan dengan air jauh dari kata higienis, aku mengurungkan niatku.
Perjalanan masih belum bisa dilanjutkan. Kapal ferry baru berangkat ke Pulau Banyak setelah sholat Jumat. Kami pun berkeliling melihat-lihat kota Singkil yang sepi, seperti tidak ada tanda kehidupan. Banyak rumah yang tidak lagi ditinggali karena terendam air rawa. Tempat hiburan pun sepertinya tidak ada di sana. Tapi, aku berusaha tidak berkomentar, "Kasihan, ya, orang-orang di sini." Aku teringat perkataan seseorang, "Bisa jadi mereka lebih bahagia dibanding kita." Bisa jadi. Mereka yang hidupnya sederhana, tinggal di kota sepi, tidak banyak fasilitas hiburan, bisa jadi lebih bahagia dibanding orang-orang yang hidup di tengah hingar-bingar kota dan dimanjakan berbagai fasilitas. Bisa jadi mereka lebih tenang hidupnya karena tak perlu memikirkan berita-berita politik yang melelahkan hati, bisa jadi mereka tak tergoda untuk membeli barang-barang mewah karena jarang menonton iklan di televisi, bisa jadi mereka tak pernah ambil pusing dengan pilihan makanan yang itu-itu saja dan mungkin mereka justru bingung dengan orang-orang sepertiku yang mengeluhkan menu makanan yang monoton.
Usai berkeliling, kami para perempuan memutuskan untuk naik ke kapal saja dan beristirahat di sana. Sampai di kapal, aku teringat bahwa ada satu peniti menempel di pakaianku yang ada di tas lain. Aku pun langsung mencari-cari peniti tersebut dan ketemu! Akhirnya aku bisa memakai ransel dengan normal. Oiya, berikut ini gambar kapal yang kami naiki
![]() |
Atas: kapal tampak depan; Bawah: kondisi ruang bisnis, papan-papan itu bisa untuk tempat tidur penumpang |
Sambil menunggu kapal berangkat, kami tidur-tiduran di papan-papan seperti gambar di atas. Meskipun kapal tidak berjalan, tetap terasa goyang karena gelombang air. Pusing? Pastinya. Untuk menghindari rasa pusing, aku jadi jarang melek. Setelah sholat Jumat, tiga cowok panitia perjalanan datang membawakan kami makanan. Dalam kondisi pusing, selera makan pun menurun drastis. Aku yang biasanya cepat menghabiskan makanan, berubah jadi seperti dedek-dedek kemayu yang takut kelihatan nggragas di depan gebetannya.
Kapal berangkat agak terlambat. Sepertinya sekitar setengah tiga baru berangkat. Well, setengah tiga masih dianggap "setelah sholat Jumat" mungkin ya... Sekitar empat jam kemudian kami sampai di Pulau Balai, pulau paling ramai di Kecamatan Pulau Banyak. Kami menginap di salah satu rumah penduduk di pulau tersebut. Listrik menjadi barang mewah selama kami menginap di sana. Daya listrik yang terbatas sehingga tidak bisa menyalakan semua lampu bersamaan dengan menyalakan pompa air dan mati lampu di tengah malam menjadi kombinasi yang keren. Tapi, kondisi itu tidak separah pulau lain yang belum ada listrik dan harus menggunakan genset. Dan ternyata, kami bisa survive juga dengan kondisi seperti itu. Kalau liburan sih bisa survive. Kalau kerja dengan listrik terbatas seperti itu, mungkin setiap hari uring-uringan.
Begini penampakan Pulau Balai
![]() |
Pulau Balai dari kejauhan |


Selama di Pulau Balai, salah satu anggota rombongan kami menjadi artis dadakan yang dikerubungi anak-anak. Kenapa? Karena dia membawa drone. Rumah tempat kami menginap mendadak dipenuhi anak-anak. Mereka heboh memintanya menerbangkan drone lagi. "Bang, terbangin lagi." "Iya, besok, ya!" "Malam ini ajaaa!" Dasar anak-anak.
Ada satu cerita lagi. Sepanjang perjalanan pergi sampai pulang, teman-teman seperjalananku memanggilku Indah. Rasanya aneh. Ingin meminta mereka memanggilku dengan nama lain, Milla, Millati, atau Milo. Tapi, bingung juga menyampaikan alasanku tak mau dipanggil Indah. Tidak mungkin kan aku dengan jujur mengatakan, "Jangan panggil gue Indah. Gue nggak suka nama itu. Itu nama cewek yang nikah sama cowok yang pernah nge-PHP-in gue." Bisa-bisa mereka menyahut, "TMI, dude. Too much information." Akhirnya pasrah saja dipanggil Indah.
-- masih bersambung --
Kalau aku disana kayaknya aku juga ikut gabung sama anak-anak yang pingin lihat drone yang diterbangkan itu. ^^ Seumur hidup aku belum pernah ke Singkil :( kasian...kasiannn
BalasHapushave Fun Milo
penasaran ya kaya apa kalo drone nya diterbangin :D
Hapussingkil nggak dilewatin jalan nasional sih ya, jadi jarang yang ke sana. ayo, kak jalan2 ke sana sama anas dan azzam.
aceh singkil ini kalauu kesana biasanya tujuan utamanya ke pulau banyak emang ya mil
BalasHapuswah, nggak tahu ya..
Hapus