Namanya Dean Pramudya. Mahasiswa cerdas, selalu berprestasi sejak
kecil. Meskipun berasal dari keluarga kaya, Dean tidak merasakan kebahagiaan.
Itu karena orang tuanya terlalu sibuk sehingga tidak memberinya perhatian. Dia
juga merasa semua prestasi yang diraihnya hanya untuk memenuhi keinginan orang
tuanya, bukan keinginannya sendiri. Dean pun kemudian memutuskan melepaskan
predikat “anak baik”nya dan memilih menjadi seorang cracker. Dia menjadi
pemimpin Cream Crackers, sekumpulan cracker yang kerap membajak rekening,
memalsukan kartu kredit, dan sebagainya.
Sewaktu Dean di Batam, dia bertemu dengan seorang gadis yang
membuatnya jatuh cinta. Dia adalah korban human trafficking yang dipaksa menjadi
wanita penghibur. Dean sering mengunjunginya. Namun, setelah Dean kembali ke
Jakarta, mereka tak bertemu lagi. Hingga kemudian, gadis itu berhasil kabur
dari lokalisasi. Berbagai peristiwa dalam pelariannya “membawa” gadis itu ke
Yayasan Pelita yang dipimpin Luthfi. Gadis itu mengaku hilang ingatan, hingga
namanya sendiri pun tak tahu. Luthfi pun memberinya nama. Sarah.
Ketika Luthfi hendak mempertemukan Sarah dengan seseorang yang mungkin
mengetahui identitasnya, Sarah memutuskan kabur dari asrama yayasan. Dia pun menghubungi
Dean melalui pesan Facebook. Gadis itu dalam bahaya, begitu pikir Dean setelah
membaca pesannya. Dia pun langsung memesan tiket pesawat ke Batam. Dean tidak
sadar. Bukan hanya gadis itu yang dalam bahaya. Di Batam, ada bahaya lain yang
menunggu Dean. Bahaya apakah itu? Bagaimana pula dengan kelanjutan “karir” Cream
Crackers?
Silakan baca novel Persona Non Grata (Yang Terbuang) karya Riawani
Elyta untuk mengetahui jawabannya.