“Pukat, kamu sudah punya
pekerjaan tetap, gaji lumayan, udah waktunya nikah,” kata Mama pada Pukat, putra
bungsunya yang sedang asyik dengan smartphone-nya.
“Ma, umur Pukat baru dua tiga.
Nanti aja nikahnya kalau udah dua lima,” jawab Pukat.
“Mama udah tua, Pukat. Kelamaan
kalau mesti nunggu dua tahun lagi. Kalau tahun depan Mama mati gimana?”
“Tuh, kan. Mama bawa-bawa mati
mulu. Ya, Mama jaga kesehatan lah, biar bisa lihat Pukat nikah dua tahun lagi,”
kata Pukat mulai merajuk. Biasanya jurus ini ampuh untuk membuat Mama berhenti
mendesak Pukat untuk menikah. Sayangnya, kali ini tidak.
“Mama nggak tenang kalau kamu
belum nikah. Apalagi kamu tinggal jauh di Jakarta. Kalau kamu punya istri, kan,
kamu nggak sendirian lagi di sana. Mama bisa tenang,” kata Mama membujuk.
Melihat Pukat hanya terdiam, Mama pun melanjutkan bujukannya.
“Mau nggak Mama kenalin sama anak
teman Mama? Anaknya baik, pintar, dari keluarga baik-baik, dia kerja di Jakarta
juga, lho!”
“Umurnya? Sepantaran Pukat?”
tanya Pukat, mulai tertarik.
“Umm, udah dua tujuh, sih,
umurnya. Tapi, mukanya awet muda, kok!” jawab Mama.
“Ma, she’s much older than me!
Nggak bakal cocok lah!”
“Cuma beda empat tahun. Mama
lebih tua lima tahun dari Papa, dan kami cocok-cocok aja,” jawab Mama sedikit
kesal mendengar Pukat mempermasalahkan perbedaan umur.
Pukat yang menangkap raut
kekesalan di wajah Mama pun merasa bersalah. Dia jarang bertemu Mama. Sekalinya bertemu, malah membuat Mama kesal. Pukat sungguh tak enak hati. Tanpa pikir panjang dia berkata, “Pukat
mau, deh, dikenalin sama anaknya teman Mama.”
“Oke. Nanti Mama dan teman Mama
yang atur waktu dan tempat kalian ketemu,” kata Mama girang.
Pukat terdiam. Menyesali
kalimat persetujuannya tadi. Dia mulai memutar otak mencari cara agar perjodohan dengan
anak-teman-Mama-nya itu gagal tapi tanpa menyakiti perasaan Mama.
***
“Katanya pengen nikah, tapi
sampai sekarang, kok, belum ada usaha cari jodoh?” sindir Matari pada Pawana
yang tengah asyik menyantap semangkuk soto ayam. Untungnya kantin sedang sepi
sehingga tak banyak yang mendengarnya.
“Aku nggak jadi pengen nikah, ah!”
sahut Pawana setelah buru-buru menelan makanan yang tadi tengah dikunyahnya.
“Kok gitu?” tanya Sasi yang
mendadak batal menyuapkan gado-gado ke mulutnya lantaran mendengar pernyataan
Pawana.
“Cowok itu bawel, banyak maunya, sok
kuasa, belagu, suka protes ini itu. Nggak kebayang aku harus menghabiskan sisa
hidupku dengan makhluk macam itu,” kata Pawana sambil mencomot jagung rebus
yang ada di gado-gado Sasi.
“Nggak semua cowok kaya gitu, Na,”
kata Matari yang sebelumnya terpesona melihat “kehebatan” Pawana yang sanggup
menghabiskan semangkuk soto dalam waktu lima menit.
“Semua cowok sama aja. Jadi, aku
nggak mau nikah!” Pawana ngeyel.
“Kemarin bilang mau nikah, hari
ini bilang nggak mau nikah. You’re just
like your name,” kata Sasi. Pawana hanya mengerutkan kening. Maksudnya?
“Pawana itu artinya angin. Sama
kaya sifat kamu, angin-anginan!” Sasi menjelaskan maksud kalimatnya yang
sebelumnya. Penjelasan yang tenang, pelan, tapi menusuk hati.
Belum lama Pawana “menikmati”
sakit hatinya karena perkataan Sasi, ponselnya berdering. Di layar tertulis “Jok”.
Ibunya menelepon rupanya.
Halo, Assalaamu’alaikum.
Apa? Dikenalin sama cowok? Anak temen Ibu?
Minggu?
Tapi ... Tapi ...
Pawana terdiam. Ibunya tadi
menelepon untuk mengabarkan bahwa hari Minggu nanti dia harus bertemu dengan
anak teman Ibunya di salah satu restoran fast food di dekat kantornya pukul
sepuluh. Tidak ada kata tidak. Dan tak lupa Ibu tadi mengancam, “Awas kalau
kamu macam-macam, sengaja biar cowok itu nggak mau dijodohin sama kamu. Jangan
telat, jangan kemproh, jangan ngupil, jangan sendawa keras-keras, jangan judes,
duduknya yang manis, pokoknya jangan bikin malu Ibu!”
Pawana mati kutu. Semua ide licik
yang ada di otaknya sudah dibaca oleh Ibu.
bersambung
ceritanya kok hampir sama dengan kisah perjalanan cintaku dulu ya. Aku dan mantanku dulu juga terpaut sekitar 3 tahun. Lebih tua si cewek. Di tanyain kapan menikah terus. Bedanya ane nggak dikenalin ma seseorang.
BalasHapusKelanjutan ceritanya bikin penasaran.
Wah, trus akhirnya nikah nggak?
Hapusane yang ditinggal nikah mbak :-)
HapusAyo dong mbak cerita 5 segera diluncurkan. Pengen tahu kisah selanjutnya.
Wah, ternyata ditinggal nikah... *pukpuk*
Hapusmilooo sukaaaaaa penasaran ma lanjutannya
BalasHapusbeneran suka ato cuma menghibur nih?
Hapusakhirnya mereka berdua live happily ever after *ditimpukember
BalasHapusYah, langsung selese dong ceritanya kalo gitu -_-
Hapuswhahaha, kog aku jadi semakin curiga. Jangan2 Pawana gambaran diri Mbak Milo.
BalasHapusBukan ya? Lanjut lagi deh...
Btw, mbak-mbaknya Dee (temenku), juga dapet brondong. Dan mereka hidup bahagia selamanya. Aamiin.