Beberapa minggu belakangan aku jadi bisa menonton televisi karena ruangan kerjaku pindah sementara. Karena harus meng-entry Susenas dan kabel jaringannya tidak cukup panjang untuk ditarik sampai ke ruanganku, aku terpaksa pindah ke aula karena server-nya di situ. Dan sembari meng-entry kami menonton televisi.
Acara yang kutonton pada sore hari adalah Rooftop Prince. Dan ketika mendengar 'suara' pemainnya aku langsung berkomentar, "Dubbing-nya jelek! Kaya yang di sinetron terbang-terbang!" Tahu, kan, sinetron terbang-terbang? Itu, lho, sinetron yang ceritanya ada naga-naganya, yang kadang ceritanya dicampur-campur antara bawang merah dan bawang putih dengan cerita seribu satu malam. Kreatif, sih. Tapi ganjil. Dan ketika menonton drama Korea yang suaranya dubber-nya sama dengan suara dubber di sinetron terbang-terbang itu, aku jadi merasa gimanaaaaa gitu. Ditambah lagi suara dubber-nya pun sama dengan suara dubber di film-film India. Rasanya aneh mendengar 'suara' Yoochun sama dengan 'suara' Shakrukh Khan. Hadeuh!
Acara yang kutonton pada sore hari adalah Rooftop Prince. Dan ketika mendengar 'suara' pemainnya aku langsung berkomentar, "Dubbing-nya jelek! Kaya yang di sinetron terbang-terbang!" Tahu, kan, sinetron terbang-terbang? Itu, lho, sinetron yang ceritanya ada naga-naganya, yang kadang ceritanya dicampur-campur antara bawang merah dan bawang putih dengan cerita seribu satu malam. Kreatif, sih. Tapi ganjil. Dan ketika menonton drama Korea yang suaranya dubber-nya sama dengan suara dubber di sinetron terbang-terbang itu, aku jadi merasa gimanaaaaa gitu. Ditambah lagi suara dubber-nya pun sama dengan suara dubber di film-film India. Rasanya aneh mendengar 'suara' Yoochun sama dengan 'suara' Shakrukh Khan. Hadeuh!
Padahal dulu aku biasa saja menonton drama Korea, Jepang, Mandarin, serial kartun, atau film barat yang disulih suara (bingung mau memakai istilah di-dub atau di-dubbing). Aku pernah tidak percaya ketika temanku mengatakan bahwa kalau menonton drama atau film yang disulih suara itu kurang terasa emosi pemainnya. Setelah terlalu sering menonton drama atau film dengan suara asli pemainnya aku jadi percaya. Memang lebih terasa emosinya, sih, terutama bagian marah-marah, hehehe... Dan terasa beda 'karakter'-nya. Apalagi kalau sudah menonton drama yang sama dengan suara asli kemudian menonton versi dubbing-nya. Jadi terasa sekali bedanya. Misalnya suara Bak Ha di Rooftop Prince. Sebenarnya suara asli pemainnya sedikit 'berat' tapi suara dubber-nya malah cempreng. Yang tadinya tidak terkesan manja, setelah disulih suara jadi terdengar manja.
Jadi, semua acara televisi berbahasa asing tidak usah disulih suara? Oh, tidak bisssaaaaa! Pasti akan banyak yang protes. Kalau acara televisi tersebut tidak disulih suara, berarti harus ada terjemahan berupa tulisan di bagian bawah layar. Sebagian orang tidak suka bila harus membaca tulisan terjemahan tersebut dengan alasan tidak fokus karena harus melihat adegan drama atau film sekaligus melihat terjemahan dialognya. Itu sebabnya mereka lebih suka acara yang disulih suara daripada acara berbahasa asing dengan teks terjemahan.
Jadi, solusinya bagaimana? Ya, tidak ada solusi. Wong aku cuma ingin curhat saja.
Pertamax gak eaa? :P
BalasHapuskalo aku sih lebih suka yg pake subtitle kk. Itung2 sambil nambah kosakata bahasa asing. Dubbingan ala Indonesia emang kurang mantaf. Mungkin dubbernya cuma ada bbrp orang, jadi gaya bahasanya ya itu2 saja.
Pertamax, kok. Selamat, yaaa!
HapusHu'um, aku juga lebih suka yang pake subtitle.
Kayaknya dubber di Indonesia emang dikit, sih. Suaranya itu-itu mulu.
tapi kan kurang nendang nek ga pake basa aslinya
BalasHapusmendingan pake subtitel yu
benul, kalo gak pake basa aslinya kurang mantep.
HapusKAlau menurut aku aneh ya jadinya kalau di dubbing.
BalasHapusIya, aneh kalo di-dubbing.
Hapusberarti ada lowongan tuh buat jadi dubber, daripada yang itu-itu melulu hehe...
BalasHapusSaya sebenernya pengen jadi dubber, tapi khusus dubber serial kartun :D
Hapusdubber di drama-drama korea yang tayang di indosiar sepertinya sudah akrab di telinga saya, kalau tidak salah suara dubbing Bak Ha di Rooftop Prince sama dengan pengisi suara Geum Jan Di di Boys Before Flower.. hehe :D
BalasHapusBeuh, sampe segitu apalnyaaa!
Hapusiya diriku juga suka kalau pake subtitle saja. tapi ada Ibu Ibu yang tidak bisa baca yang lebih suka dengan alur cerita dari pada emosi menyukai versi dubbing. memang sih ada pro konsnya...
BalasHapusAku sih tergantung, Mil. Kalau 'cuma' bahasa Inggris, maksudnya yang aku bisa ngerti tanpa baca subtitle, mendingan gk usah didubbing. Tapi kalo Korea, Jepang, India, Perancis, semua yang akan ganggu kekhusukan nonton adegan kalo aku terlalu terikat dengan subtitle, aku setuju mending didubbing aja :)
BalasHapuskalau d dubbing sih jngn bhsa inggris soalnya dkit2 ngerti mendingan jga yang korea atau jepang atau arab gtu , bnyak tuh pilm2 perang kesukaan ane bahasanya pake arab , tpi untung nya ada subtitle inggris yg membbantu
BalasHapus@applausr, Della, Yosep: :)
BalasHapusAku lebih sula pakai subtitle soalnya keren aja kalau pakai suara asli kalau emang mau di dubbing cari yang benar benar mirip kaya saya suaraku kan kayan Upin Ipin aku gak bohong walau beda dikit sih
BalasHapus