Sepertinya manusia merupakan makhluk yang memiliki tingkat kepedulian yang sangat tinggi terhadap sesamanya. Tidak percaya? Mau bukti? Dua tahun lalu, ketika ada pasangan artis yang bercerai, banyak orang yang berkomentar. Ada yang dengan entengnya berkata, "Itu pasti salah istrinya. Suaminya, kan, laki-laki baik-baik." Ada juga yang berkata, "Itu pasti karena uang. Penghasilan istrinya lebih besar dari penghasilan suaminya. Istrinya jadi berani menentang suami." Dan masih ada beberapa komentar lainnya. Apa mereka yang berkomentar itu kenal dekat pasangan artis tersebut? Apa mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah tangga pasangan artis tersebut? Tidak. Lihatlah! Kenal juga tidak. Tahu duduk perkaranya pun tidak. Tapi, mereka masih begitu peduli pada masalah pasangan tersebut, bahkan dengan begitu baik hati menyampaikan pendapat mereka. Ah, lebih tepatnya tuduhan mereka. Mereka benar-benar peduli, kan?
Akhir-akhir ini juga manusia menunjukkan kepeduliannya pada sesamanya yang katanya bupati dan katanya menikah dengan anak di bawah umur. Banyak yang tertawa. Banyak pula yang ribut mendesaknya untuk melepaskan jabatannya saat ini. Tapi, tak sedikit pula yang mendukung. Ah, seseorang yang tadinya sama sekali tak dikenal, mendadak membuat begitu banyak orang peduli padanya. Sampai ada yang rela metani undang-undang yang berkaitan dengan masalahnya. Bahkan ada yang sampai rela mencari-cari ayat di kitab suci baik untuk mendukung maupun menentangnya. Beruntung sekali dia.
Peduli. Tentu saja sikap peduli itu termasuk sikap yang baik. Tapi... Mengomentari masalah pribadi seseorang tanpa mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, tidakkah itu kelewat batas? Menghakimi seseorang tanpa bukti ataupun saksi, bukankah itu keterlaluan?
Peduli juga jangan sampai salah sasaran. Banyak yang sibuk meributkan kasus si bupati yang menikahi anak di bawah umur dan menuntutnya mundur. Tapi, sedikit yang bersuara untuk mengajak masyarakat mengambil pelajaran dari kasus yang terjadi. Sedikit yang bersuara untuk mengingatkan para remaja wanita untuk berpikir masak-masak sebelum memutuskan menikah di usia dini juga mengingatkan para orang tua untuk tidak menikahkan anaknya yang belum cukup umur tanpa pertimbangan yang benar-benar matang. Padahal, mencegah hal tersebut agar tidak terulang lagi menurutku lebih penting daripada ribut menuntut orang itu mundur. Tapi, orang-orang justru lebih peduli -- dan media juga menggiring mereka untuk peduli -- pada tuntutan mundurnya si bupati dan juga dukungan untuknya.
Why are you so busy talking about other people's business? Don't you have your own business? Err, bagaimana dengan yang menulis post ini? Tulisan ini bukti bahwa dia juga terlalu 'peduli' pada urusan orang lain. Hehehe...
harus punya ilmu ya, baik remaja maupun ortunya.
BalasHapusyup :)
HapusDi Indonesia terlalu banyak "komentator" Mbak...
BalasHapusDan terkadang mereka merasa seperti orang yang paling bener dan paling tau
Betul, Pak. Terlalu banyak komentator...
Hapusmemang nggak mudah ya diam itu
HapusIya, mbak. Susah mau diem, bawaannya komentar mulu :D
HapusYaaa nmanya jg manusia. ingn mengetahui hal2 yg penasaran
BalasHapuspenasaran sih penasaran, tapi ya nggak segitunya.
HapusItuuuuuhhh ada hubungannya dengan mental kepo ga sih? Ada kan ya?
BalasHapusKayaknya yang kubahas di sini setingkat lebih parah dari kepo :D
Hapus