Tanggal 1 Desember kemarin aku mengikuti tes JLPT (Japanese Language Proficiency Test) N5. Aku mendaftar bulan Agustus yang lalu. Sebelum-sebelumnya aku baru ingat untuk mengunjungi situs web jlptonline.or.id setelah pendaftaran ditutup. Untungnya bulan Agustus lalu aku mengakses situs tersebut saat pendaftaran masih dibuka. Eh, atau jangan-jangan waktu itu aku sudah mengingat-ingat untuk mengakses situs tersebut di bulan Agustus? Entah. Lupa. Yang jelas, aku masih sempat mendaftar. Awal November aku mendapat daftar lokasi ujian. Aku mendapat tempat ujian di SMAN 81.
Beberapa hari menjelang tes aku deg-degan. Padahal tes kali ini hanya tes iseng, bukan seperti waktu tes TOEFL yang hasilnya akan kugunakan untuk melengkapi berkas untuk mendaftar beasiswa. Deg-degannya mirip dengan deg-degan sebelum mengikuti tes SIMAK tahun 2014 lalu. Kalau tidak salah ingat, sih, begitu.
Sehari menjelang tes aku iseng mencoba lagi contoh soal di situ jlptonline.or.id. Setelah mencoba, aku baru sadar bahwa sepertinya tesnya susah. Format tesnya berbeda dengan latihan yang kukerjakan setiap hari di renshuu.org yang kebanyakan hanya mengetes pemahamanku tentang kanji, kana, dan arti kata. Aku tidak banyak belajar soal yang berbentuk cerita karena itu hanya tersedia untuk pengguna pro. Aku pun cemas. Jadi, selama ini cara belajarku salah? Aku membuka buku pelajaran Bahasa Jepang yang kubeli tapi baru sekali kubuka yaitu Marugoto. Cuma membuka-buka sebentar. Ternyata ada yang harus diunduh dari website. Malas, ah. Akhirnya cuma membaca-baca sebentar. Cemas lagi. Bagaimana kalau besok tidak lulus? Sayang uang yang dibayarkan. Lalu aku teringat niat awal mendaftar tes: hanya menguji kemampuan. Aku kan tidak membuat target untuk lulus.
Paginya aku hanya sarapan S*yj*y karena khawatir kalau sarapan yang aneh-aneh aku akan mulas sewaktu tes. Aku pun berangkat lumayan awal, sekitar satu seperempat jam sebelum waktu tes. Jaga-jaga kalau tersesat karena aku tidak tahu tempat ujiannya. Kekhawatiranku terbukti. Abang gojek yang mengantarku tidak tahu tempatnya. Akhirnya dia pun mengikuti petunjuk peta. Sepertinya, sih, dia melihat peta di aplikasi gojek. Aku ikut mengecek lewat peta Google. Setelah melewati gereja, abang gojek berbelok ke kiri padahal di peta yang kulihat harusnya kami tetap lurus. Aku pun memberitahu si abang gojek. Ternyata menurut peta yang dia lihat, kami harus belok kiri. Dia pun kemudian mengikuti petunjuk peta yang kupakai. Ternyata benar, seharusnya tetap lurus. Kurang dari seratus meter dari gang tempat kami berbelok kami melihat gerbang sekolah yang kami cari. Alhamdulillaah, sampai. Ternyata sudah banyak yang datang. Melihat banyak orang, si abang gojek bertanya, "Ada acara apaan?" Saat kujawab, "Ada tes," dia menyangka ada tes Sipenmaru. Ketahuan deh generasi si bapak.
Karena tidak mengenal lokasi, aku pun membuntuti rombongan yang kulihat. Mereka melihat denah, aku ikut-ikutan. Mereka masuk, aku ikut masuk. Ada yang naik ke lantai dua, aku ikut naik. Di lantai dua aku menemukan kelas tempat ujianku. Banyak peserta tes yang duduk-duduk sambil belajar. Rajin sekali. Aku tidak bisa ikut-ikutan belajar karena aku tidak membawa buku. Mau belajar soal-soal di internet pun tidak bisa karena aku harus menghemat baterai ponsel. Aku takut kehabisan baterai sewaktu mencari gojek untuk mengantarku pulang. Akhirnya aku main Snake di ponsel model jadulku. Lumayan mengurangi rasa gugup. Setelah mengetahui tempat ujianku, aku pun mencari tempat penting lainnya, yaitu toilet. Ibu-ibu yang kutanyai memberitahuku toilet di dekat musholla. Anehnya, setelah mengetahui lokasi toilet, aku jadi bolak-balik ke toilet. Mungkin karena gugup.
Setelah penantian yang terasa panjang, pengawas ujian pun datang. Kami disuruh masuk ke kelas. Saat mengisikan namaku di lembar jawaban, aku baru sadar kalau salah satu pensil yang kupakai sudah goyang ujungnya. Harus diraut lagi. Aku pun memakai pensil lain dengan harap-harap cemas. Kenapa cemas? Pensil yang akhirnya kupakai itu sudah diraut di kedua ujungnya jadi tidak ketahuan itu pensil 2B atau bukan. Aku cuma bisa berharap kalau itu pensil 2B.
Tes untuk N5 dibagi menjadi tiga sesi, yaitu perbendaharaan kata, tata bahasa dan wacana, kemudian pendengaran. Di antara masing-masing sesi ada jeda istirahat. Sesi tes perbendaharaan kata berjalan lancar meskipun ada beberapa soal yang membingungkan. Sesi tata bahasa dan wacana ... bagaimana, ya? Aku tidak terlalu percaya diri dengan jawabanku di sesi ini karena aku memang kurang menguasai tata bahasa. Setelah sesi kedua berakhir, aku kelaparan. Aku tidak tahu kalau tes begini bisa menguras energi. Aku juga tidak menyangka akan merasa lapar karena aku menyangka aku akan sibuk memikirkan ujian sehingga melupakan rasa lapar. Ternyata aku tetap bisa kelaparan. Aku pun ke warung di depan sekolah lalu membeli roti dan air mineral. Saat sedang makan roti, ada beberapa ekor kucing yang mendekat minta makan. Lah, emang kalian doyan roti? Setelah aku iseng memberi mereka roti, ternyata doyan. Kucing macam apa itu?
Setelah makan, aku kembali ke kelas. Untung belum mulai tesnya. Tes pendengaran berjalan lancar. Aku bisa memahami sebagian besar pertanyaan yang diberikan. Alhamdulillaah, yaaa... Sepertinya menonton variety show-nya Arashi tanpa subtitle lumayan andil membuatku terbiasa mendengar percakapan dalam Bahasa Jepang.
Jadi, yakin akan lulus? Hehehe... Nggak juga. Tapi tetap berharap, sih. Semoga saja lulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!