Sudah dua tahun lebih aku tercebur ke fandom Arashi. Sebenarnya aku tidak menyangka akan bertahan selama ini. Biasanya aku hanya suka pada satu artis tidak sampai satu tahun. Ini kok bisa sampai dua tahun? Mungkin karena Arashi-nya sendiri rutin muncul di televisi di acara variety show mereka setiap pekan, jadi aku juga rutin menonton mereka (lewat unduhan ilegal, sayangnya). Karena rutin menonton, aku pun jadi betah menonton mereka dan betah di fandom juga. Meskipun akhir-akhir ini sudah tidak terlalu gandrung pada Arashi, aku tetap suka menonton variety show-nya. Lucu, sih.
Setelah tercebur di fandom, aku jadi melihat beberapa hal yang tak terduga. Apalagi orang-orang yang menyukai Arashi yang kuikuti di beberapa media sosial berasal dari berbagai penjuru dunia, bukan hanya Indonesia. Jadi, budayanya agak berbeda.
Lagibete
Tahu lagibete? Tahu lah, ya. Beberapa fans boyband dan serial televisi ternyata kerap membuat "karya" berbau lagibete. Sebenarnya aku sudah beberapa kali melihat fanart berbau itu yang dibuat oleh fans Sherlock. Namun, aku tetap kaget juga melihat beberapa fanart dan fanfiction Arashi berbau lagibete. Maklum. Kalau aku membuat fanfiction biasanya malah menjurus ke komedi absurd. Aku termasuk yang senang melihat keakraban anggota Arashi satu sama lain dan sering heboh melihat bromance mereka. Namun, kalau sudah menjurus ke lagibete rasanya aneh. Dan karena aku khawatir akan semakin terbiasa dengan fenomena lagibete kemudian lama-lama jadi tidak menganggap itu salah, aku pun terpaksa berhenti mengikuti beberapa akun media sosial yang kerap membagikan hal seperti itu. Padahal akun itu sering membagikan info penting tentang Arashi. Hiks. Risiko main di fandom internasional ya begini. Bertemu orang-orang yang prinsipnya jauh berbeda.
Mengomentari tubuh laki-laki
Aku pernah melihat komentar orang-orang tentang pantat Benedict Cumberbatch di salah satu Youtube. Katanya dia ingin mencubit pantat Mas Beben. Waktu itu aku tidak terlalu kaget melihat perempuan dengan blak-blakan mengomentari salah satu bagian tubuh laki-laki karena perempuan itu bukan orang Indonesia. Setelah menjebak diri sendiri di fandom, ternyata banyak juga yang mengomentari tubuh para personel Arashi. Komentar mengenai tubuh mereka juga ada yang menjurus ke seksual. Horror. Ada fans Indonesia yang mengomentari soal pantat juga. Kadang di Twitter ada yang memasang emoji buah persik saat membahas pantat salah satu member. Lumayan membuatku terkejut. Lo nggak ikut komentar soal begitu? Sebagai orang yang lebih memperhatikan wajah daripada badan mereka, aku lebih merasa minder melihat perut sixpack salah satu personelnya, yaitu Babang Ohchan. Perutku kan one pack.
Fanwar
Fans Arashi termasuk yang jarang sekali ribut di media sosial dengan fans grup lain. Namun, tetap saja aku pernah melihat para fans heboh ketika ada fans boyband Korea, yang mengklaim bahwa idolanya itu akan mengalahkan Arashi dari segi penjualan. Ada lagi ketika fans boyband Korea (lagi) yang membuat tuitan yang menyebutkan agar boyband idola mereka itu mengajari para boyband Jepang mengenai penampilan di panggung. Wooo! Para fans Arashi langsung murka. Salah satu anggota Arashi, yaitu Matsumoto Jun, merupakan orang yang perfeksionis dan penuh inovasi dalam masalah konser. Dia dan para staf yang pertama kali mengusahakan moving stage. Balon udara, kembang api, water screen, sudah mereka gunakan di konser lama. Membuat musik dengan sensor gerakan tangan di lagu Hope in the darkness, membuat penlight yang dibawa penonton konser membentuk pemandangan kota secara otomatis di lagu Drive, banyak penampilan keren yang mereka sajikan tanpa diajari boyband Korea. Kan, kan, gue jadi ikutan emosi kan. Itulah risiko menyukai sesuatu. Kita mudah marah ketika yang kita sukai diusik. Lumayan mengejutkan melihat fanwar. Namun, lebih mengejutkan kalau melihat fanwar boyband Korea. Para fans boyband Korea "gigih" sekali "membela" idolanya. Ngomong-ngomong, fans boyband Korea "Behind The Scene", yang nama fansnya "tentara" itu memang menyebalkan, lho. Dikit-dikit nyenggol fandom lain.
Kok negatif semua? Ya, yang mengejutkan memang yang negatif. Ada hal positif juga yang kudapatkan setelah tercebur di fandom, tetapi bukan hal yang membuatku kaget. Hal-hal positif yang kudapatkan adalah belajar Bahasa Jepang. Dituntut menonton video tanpa subtitle membuatku sedikit demi sedikit belajar Bahasa Jepang. Sepertinya yang tertarik belajar Bahasa Jepang setelah mengenal Arashi juga banyak. Hal positif lainnya? Aku jadi tahu cara belanja online di CDJapan, hehehe.
Apa lagi, ya yang bisa diceritakan mengenai fandom? Oh iya. Fangirling itu perlu modal. Kalaupun tidak membeli CD dan merchandise, tetap perlu uang untuk kuota internet untuk mengunduh lagu dan video. Fangirling berat di ongkos.
Kok negatif semua? Ya, yang mengejutkan memang yang negatif. Ada hal positif juga yang kudapatkan setelah tercebur di fandom, tetapi bukan hal yang membuatku kaget. Hal-hal positif yang kudapatkan adalah belajar Bahasa Jepang. Dituntut menonton video tanpa subtitle membuatku sedikit demi sedikit belajar Bahasa Jepang. Sepertinya yang tertarik belajar Bahasa Jepang setelah mengenal Arashi juga banyak. Hal positif lainnya? Aku jadi tahu cara belanja online di CDJapan, hehehe.
Apa lagi, ya yang bisa diceritakan mengenai fandom? Oh iya. Fangirling itu perlu modal. Kalaupun tidak membeli CD dan merchandise, tetap perlu uang untuk kuota internet untuk mengunduh lagu dan video. Fangirling berat di ongkos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!