Selasa, 15 Agustus 2017

'Korban' Gimmick

Salah satu hal yang berbahaya bagi orang yang suka belanja adalah gimmick. Dan aku termasuk salah satu orang yang mudah tergoda gimmick. Bukan. Bukan gimmick yang dilakukan artis-artis untuk mendapatkan perhatian masyarakat seperti pura-pura pacaran dan sebagainya. Gimmick yang kumaksud di sini adalah gimmick dalam pemasaran (marketing). Kalau kata wikipedia, gimmick adalah perangkat atau ide baru yang dirancang untuk menarik perhatian atau meningkatkan daya tarik, seringkali dengan sedikit nilai intrinsik. Paham? Aku sendiri kurang paham dengan definisi tersebut. Namun, kalau melihat bentuk-bentuk gimmick yang disebutkan di artikel Om Wiki, aku jadi agak paham apa itu gimmick. Bentuk gimmick antara lain: fitur khusus (misalnya sikat gigi yang berubah warna kalau sudah waktunya diganti), kemasan yang baru (maksudnya berbeda dengan kemasan yang beredar sebelumnya, misalnya wadah yang dapat dipakai ulang untuk tempat penyimpanan barang lain), hadiah tambahan (misalnya hadiah mainan untuk pembelian paket makanan tertentu), dan promosi tak terduga.

Dari beberapa bentuk gimmick tersebut, yang paling sering menggodaku untuk membeli adalah hadiah tambahan. Waktu kecil aku sering sekali membeli jajanan ciki-cikian yang rasanya sama sekali tidak istimewa hanya demi mengincar hadiah di dalam kemasannya. Jajanan yang memang rasanya enak, makin menarik dengan adanya hadiah mainan, misalnya Potato dan Twistko. Banyak penghapus berbentuk makanan-makanan lucu yang kukumpulkan dari membeli Twistko. Kalau jajanan Potato, aku tidak ingat hadiahnya apa. Masih ingat Tazos? Sepertinya itu juga salah satu contoh gimmick. Aku juga sempat mengumpulkan Tazos meskipun tidak banyak karena uang jajan yang terbatas.

Setelah dewasa pun aku masih mudah tergoda oleh gimmick. Beli deterjen? Pilih yang ada hadiah piringnya! Beli kecap? Ambil yang ada hadiah gelas cantik! Eh, kalau beli teh itu dapat hadiah sendok. Beli, ah! Makan di McDonald? Beli Happy Meal biar dapat mainan! See? Meskipun biasanya yang dijadikan hadiah adalah produk yang nyaris gagal, misalnya piring atau mangkuk yang bentuknya tidak simetris, aku tetap saja tergoda. Lumayan, jadi tidak perlu membeli piring. Sampai-sampai aku pernah protes pada kasir swalayan yang lupa memberiku hadiah piring sewaktu membeli deterjen.

Kesadaranku akan betapa lemahnya imanku menghadapi gimmick kurasakan beberapa hari yang lalu. Aku melihat gelas dengan desain lucu (lucu dalam definisi wanita kebanyakan, yang artinya mirip dengan imut dan menarik, bukan lucu yang ndhagel). Beli dua kotak susu dapat satu gelas lucu. Sayangnya, gelas yang kusukai dibundel dengan dua kotak susu cokelat yang kurang kusukai. Aku lebih suka susu vanila atau plain. Kata kasirnya susunya tidak bisa ditukar dengan rasa lain, harus yang sudah dibundel. Hiks. Aku pun galau. Namun, keinginanku memiliki gelas lucu tersebut jauh lebih besar dari keinginanku membeli susu rasa selain cokelat. Akhirnya aku membeli dua susu cokelat dan mendapat hadiah gelas lucu. Sampai di kantor aku menyadari betapa lemahnya imanku menghadapi godaan gimmick berupa gelas lucu.

Gelas lucu yang menggodaku

6 komentar:

  1. aku baru tau ternyata gimmick tuh yang begituan ya..kalo gitu gw jg pecandu gimmick donk..hmmmm

    BalasHapus
  2. iya tante
    gelasnya lucuuuuuuuuuu
    lucu banget!

    BalasHapus
  3. itu gelasnya emang lucu sih, kalo aku juga pasti bakal tergoda :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti gimmick nya berhasil ya, karena ternyata banyak yang tergoda :D

      Hapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!