Senin, 24 Agustus 2015

Wanseponetaim in Semarang: Lawang Sewu

Tanggal 8 kemarin aku dan teman-temanku pergi ke Semarang. Tujuan utamaku adalah untuk jalan-jalan nostalgila di kota kenangan. Tujuan sampinganku (tapi ini tujuan utama teman-temanku) adalah kondangan ke acara pernikahan teman kuliah. Kami berangkat dari Stasiun Pasar Senen. Stasiunnya ruameee. Baru kali ini aku antre begitu panjang untuk masuk ke peron stasiun. Seperti antrean ketika hendak check in sebelum naik pesawat. Maklum, biasanya aku naik kereta dari Gambir atau Jatinegara yang lumayan lega.

Kami naik kereta Gumarang. Di stasiun aku mendengar bahwa tujuan akhir kereta itu adalah Stasiun Pasar Turi Surabaya. Saat itu aku langsung sadar kenapa harga tiket Gumarang lebih mahal dari Tawang Jaya. Yaiyalaaah... Yang satu sampai Surabaya, yang satu cuma sampai Semarang. Jadi malu karena sebelumnya aku mengomel karena harga tiket kedua kereta tersebut beda jauh padahal sama-sama ekonomi. Ternyata tujuan akhirnya beda. Hihihi.

Karena tiba di Semarang sudah larut malam, kami baru jalan-jalan besok paginya. Kami jalan-jalan numpang lewat dan foto-foto di Simpang Lima lalu ke Tugu Muda dan Lawang Sewu, dan foto-foto lagi. Rencana nostalgilaku gagal karena semuanya benar-benar berbeda dengan kenanganku sepuluh tahun lalu. Jadinya seperti baru pertama kali datang ke Semarang.


Simpang Lima
Tugu Muda
Lawang Sewu. Angle-nya menurutku pas banget.
Lawang Sewu dari berbagai sudut
Semarang sepertinya sedang gencar mempromosikan wisata. Sedang ada pekan budaya juga di Simpang Lima. Di Lawang Sewu juga ada berbagai pameran, lomba-lomba, dan hiburan musik keroncong live. Sayang aku tidak bisa lama-lama menonton keroncongnya. Padahal sewaktu mendengar sedikit lagunya sudah terharu gimanaaa gitu. Kalau menonton lebih lama mungkin sudah mewek (padahal lagunya bukan lagu galau).

Berbagai kegiatan di Lawang Sewu
Kami berkeliling Lawang Sewu dengan ditemani seorang guide (entah siapa namanya). Si mbak guide ini menerangkan sejarang Lawang Sewu, menjelaskan bagian-bagian bangunannya dan alasan mengapa disebut Lawang Sewu. Tugas si mbak selain menjadi guide adalah: tukang foto. Si mbak ini sudah hafal sudut-sudut yang bagus untuk foto-foto. Dari penjelasan si mbak, sepertinya pengelola Lawang Sewu sedang berusaha mengubah image-nya dari yang semula berkesan horor menjadi bangunan bersejarah yang berperan penting dalam perkeretaapian Indonesia. Bagian bawah tanah yang semula terkenal karena dijadikan penjara Jepang juga mulai diubah image-nya. Si mbak menjelaskan bahwa tujuan awal ruang bawah tanah tersebut untuk air tanah, atau apalah. Aku juga lupa dengan penjelasannya.

dari kiri atas searah jarum jam: lokomotif pertama di Indonesia (kalau tidak salah), foto-foto sejarah perkeretaapian, mesin pencetak tiket jadul, miniatur kereta listrik
Sorenya kami jalan-jalan ke Sam Poo Kong. Tapi, kuceritakan di post lain saja lah.

2 komentar:

  1. Hihihi faktor U kuwe yu
    Saat uban mulai mewabah
    Kenapa ga sekalian beli tiket sepur ke Jepang, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Laaah, masa faktor U sih.. Kan durung 30.

      Yen maring Jepang yang ora bisa numpak sepur. Sepure ora bisa renang nglewati laut.

      Hapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!