![]() |
Si sapi dan novel Life of Pi |
Memang benar, orang-orang yang kita jumpai bisa mengubah
kita, kadang-kadang begitu hebat perubahan itu, sehingga kita tidak lagi sama
sesudahnya, termasuk nama kita.
Nama lengkapnya Piscine Molitor Patel. Sebenarnya nama panggilannya
adalah Piscine. Namun, karena kata Piscine sering dipelesetkan menjadi pissing, dia mengubah nama panggilannya
menjadi Pi, sebuah konstanta bernilai 3,14.
Ayah Pi, Santosh Patel, adalah pemilik Kebun Binatang Pondicherry. Di
kebun binatang itulah Pi belajar mengenai tingkah laku binatang, jarak ‘aman’
mendekati masing-masing binatang, sampai teori makhluk super-alfa. Agar
binatang patuh pada manusia, manusia harus menunjukkan kepada mereka bahwa
manusia adalah makhluk super-alfa, makhluk yang paling kuat, sedangkan para
binatang adalah makhluk beta, gamma, dan omega. Binatang tipe omega – binatang yang
status sosialnya paling rendah di antara kelompoknya – inilah yang biasanya
paling patuh pada manusia.
Sayang sekali, kebun binatang tempat Pi belajar dan bermain itu harus
ditutup. Situasi politik yang buruk membuat ayah Pi memutuskan untuk membawa
keluarganya pindah ke Canada. Kebun binatang mereka dijual. Binatang-binatang
di sana juga dijual ke kebun-kebun binatang di Amerika. Keluarga Patel (Santosh
Patel, istrinya, dan kedua putranya: Ravi dan Pi) – bersama binatang-binatang
dari Kebun Binatang Pondicherry – meninggalkan Madras menuju Canada pada 21
Juni 1977 menumpang kapal Tsimtsum. Mereka berlayar menyeberangi Teluk Bengal,
terus ke Selat Malaka, mengitari Singapura, terus ke Manila, hingga ke Samudra
Pasifik. Di sinilah bencana datang. Kapal yang mereka tumpangi tenggelam.
Sebelum kapal tenggelam, beberapa awak kapal melemparkan Pi ke sekoci. Setelah
itu seekor zebra melompat ke dalam sekoci tersebut.
‘Perjalanan’ Pi dengan sekoci itu tidak hanya ‘ditemani’ sang zebra,
yang kakinya patah. Masih ada seekor hyena dan seekor orang utan betina dari Kalimantan
yang dia panggil Orange Juice. Berada dalam satu sekoci bersama seekor binatang
buas tentunya mengerikan. Pi harus menyaksikan sang zebra dan Orange Juice
dimangsa oleh hyena. Hingga kemudian dia baru menyadari ada penumpang lain di
sekoci itu: Richard Parker, seekor harimau Bengal. Richard Parker ini kemudian
memangsa si hyena. Tinggallah dua makhluk hidup di dalam sekoci: Pi, anak
lelaki India berumur 16 tahun, dan Richard Parker, harimau Bengal dengan bobot
225 kilogram. Apakah Pi akan menjadi mangsa Richard Parker sebagaimana si
hyena? Ataukah keduanya sama-sama mati kelaparan di tengah samudera luas? Atau
mereka tetap hidup dan bersama-sama mencapai daratan? Lalu, bagaimana usaha Pi untuk tetap bertahan hidup?
Itu adalah sekilas cerita dalam novel Life of Pi (Kisah Pi). Bagi yang pernah
membaca novelnya mungkin akan menganggap ‘sekilas cerita’-ku itu terlalu
spoiler. Hehehe, iya, memang spoiler.
Novel ini adalah pemberian Eny. Eh, pemberian atau hasil merampok, ya?
Pokoknya aku beberapa kali menagih minta dibelikan novel oleh Eny. Sebenarnya,
sih, aku hanya bercanda tapi dianggap serius oleh Eny. Alhamdulillaah, ya! Dari
sekian banyak buku yang kuinginkan, inilah buku yang dipilih Eny untuk ‘disumbangkan’
padaku. Sayang sekali Eny tidak memilih Dunia Sofi atau Garis Batas. Hahaha,
yaiyalah, itu kan muahaaal!
Edisi yang kumiliki ini adalah cetakan kelima yaitu cetakan November
2012, terbitan Gramedia Pustaka Utama. Gambar sampulnya menggunakan gambar dari film yang diangkat dari novel
ini. Biasanya aku tidak suka gambar sampul yang diangkat dari gambar film, misalnya
novel Negeri 5 Menara. Aku lebih suka gambar sampul yang ‘asli’. Biasanya
gambar sampul yang dari film membuat buku terlihat ganjil, entah kenapa. Tapi,
untuk Life of Pi ini aku lumayan suka gambar sampul yang ‘baru’. Mungkin karena
warnanya lebih eye-catching, perpaduan
warna kuning dan oranye (atau jingga?).
Cerita dalam novel karya Yann Martel ini lumayan menarik. Seru,
meskipun di beberapa bagian terlalu deskriptif sehingga ada beberapa paragraf
yang kulewati. Dari novel ini aku jadi tahu sedikit tentang dunia binatang,
teritori, dan ‘kebebasan’ mereka. Aku juga jadi tahu kalau ada daerah di India
yang pernah ‘dikuasai’ Perancis. Kupikir semua daerah di India adalah bekas
jajahan Inggris. Aku paling menikmati cerita ketika Pi menemukan ‘pulau’ dari
ganggang yang ternyata bersifat karnivora. Aku juga suka kalimat Pi berikut, “Dunia ini bukanlah seperti yang kelihatan. Tapi sesuai cara
kita memahaminya, bukan begitu? Dan dalam memahami sesuatu, kita memasukkan
sesuatu ke dalamnya, bukan begitu? Dengan demikian, hidup ini juga suatu
cerita, bukan?” Tapi, ada bagian
yang tidak kusukai dalam novel setebal 448 halaman ini, yaitu bagian di mana Pi
terkesan ‘menyamakan’ agama Hindu, Kristen, dan Islam. Bagaimanapun, menurutku
Wisnu, Yesus, dan Alloh itu berbeda. Aku juga masih bingung dengan kemunculan
orang Perancis buta. Sepertinya aku perlu membaca ulang bagian itu.
Overall (hmm, aku terlalu
sering menggunakan kata ‘overall’
dalam review-ku), novel ini menarik.
Jadi penasaran ingin menonton filmnya. Bagi yang sudah menonton filmnya
dilarang pamer!
Filmna..KEREN abis mbk
BalasHapus**sumpah,g pamer mbk :)
Halah, itu namanya pamer :(
Hapuspengen banget bisa punya novel ini :)
BalasHapusNtar kalo pulang ke Aceh beli aja :p
Hapusini dah ada bukunya dah ada film juga, tenar pula tapi kok saya belum tergerak buat deket2 yak..
BalasHapusBukan selera Syam kali..
Hapusternyata bagus ya isi bukunya, kemarin aku ragu-ragu pilih buku ini tapi akhirnya pilih cerita dibalik noda karena pingin ikut kontes hehehe
BalasHapusckckck, demi kontes rela beli buku :p
HapusPenulis India rata-rata memang menyamakan kesemua agama dalam novel mereka, Mil. IMHO, ya. Atau penulisnya penganut sekularisme? Hehehe..
BalasHapusDan kebanyakan memang seneng banget dengan deskripsi, detail, tapi keren sih menurutku :)
Filmnya lebih ringkes, Mil :)
Jadi Mbak Della udah banyak baca tulisan penulis India, ya?
HapusEnggak juga sih, baru kumcer dan kumpulan puisinya Rabindranath Tagore sama waktu itu dua kumcer penulis India yang beda, lupa namanya :D
HapusSama Midnight's Children-nya Salman Rushdie. Walaupun dia orang Pakistan, tapi novelnya kental banget sama budaya India. Dan kental banget juga akan kebenciannya pada Islam, hehehe..
Wuih, bacannya berat euy!
HapusJadi penasaran sama novelnya Salman Rushdie. Bakal emosi gak ya bacanya...
Enggak kok, Mil. Nulisnya tuh pinter banget, beneran. Keren.
HapusAh, kalo aja kamu deket, aku pinjemin deh. Kalo jauh, susah nagihnya, wkwkwkwk..
Hihihi, kalo deket mah saya nggak minjem tapi minta :p
Hapusaku baru baca belum ada sepertiganya udah brenti, blm sempet lagi mau lanjutin...:D
BalasHapusAyo dilanjutin bacanya..
HapusAku udah nonton filmnya, ibuku baca dan nonton filmnya.
BalasHapusAku ki ra pamer lho yo, mung pengumuman.
Katanya ada bedanya, part di film dia cerita ama bule gak ada di buku...
Kuwi jenenge tetep pamer, Un :p
HapusSensian dasar, fuh.
Hapus:D
Hapusceritanya seru ya ...
BalasHapusYup, lumayan seru.
Hapushowalah
BalasHapuskirain tentang rumus matematika
phi r kuadrat... :D
Hehehe, dudu kang :p
Hapusaku blm nonton, blm baca bukunya jg.. pinjemin donk.. hehehe
BalasHapusSini sini kalo mau pinjem :p
Hapusaku udah nonton filmnyaaa...
BalasHapusklo novelnya malah udah baca lama bangeth hihihii... bagus tp
Wah, jadi makin pengen nonton :'(
Hapus