Senin, 29 April 2019

Wanseponetaim in Lembang: Floating Market dan Taman Begonia

Senin tiga pekan yang lalu, aku berkesempatan ke Bandung. Sebenarnya hari itu aku sedang galau dan ingin di kos saja, sembunyi, tidak mau bertemu siapa-siapa. Namun, karena ada pelatihan di Bandung, aku terpaksa pergi. Sudah dari jauh-jauh hari namaku masuk daftar peserta, mana mungkin tiba-tiba menghilang tanpa kabar?


Untungnya rasa malasku berinteraksi dengan orang langsung berkurang setelah bertemu rekan-rekan di Stasiun Gambir. Jadi semangat menikmati perjalanan pertamaku naik kereta ke Bandung. Lumayan penasaran dengan pemandangan yang dapat dilihat dari jendela kereta. Saat melewati persawahan dengan terasering pemandangannya adem.

Sesampainya di Stasiun Bandung,  baru terasa betapa ribetnya naik kereta ke Bandung dengan membawa banyak barang. Untuk menuju pintu keluar, kami harus melewati beberapa kereta. Naik turun kereta sambil menggendong ransel berisi laptop dan membawa koper. Kalau naik turun kereta seperti di Stasiun Gambir sih mending. Lah, ini? Mesti naik turun tangga berkali-kali. Hayati lelaaah!

Keluar dari stasiun, aku dan tiga rekanku naik mobil rental menuju Lembang. Tujuan pertama: Floating Market. Kupikir dekat dari stasiun. Ternyata jauh. Dan macet. Eh, katanya mau pelatihan? Hehe, jalan-jalan dulu. Check-in-nya masih bisa sore atau malam.

Sampai Floating Market, kami mendapat voucher untuk ditukar dengan minuman gratis. Sambil minum, kami duduk-duduk di bangku dekat kolam. Eh, itu kolam atau danau? Pokoknya air. Foto tempatnya seperti gambar di bawah


Setelah selesai minum, kami mulai berkeliaran, eh, berkeliling. Ada kandang kelinci (eh, atau taman kelinci? entah), ada kandang domba -- dan dombanya diberi popok, ada bagian yang arsitekturnya seperti bangunan di Tiongkok, seperti dalam gambar di bawah ini.




Ada jalan setapak yang dikelilingi taman dan gazebo (anggap saja gazebo) yang bisa disewa. Terus? Nyewa gazebo? Nggak dooong! Jalan-jalan aja. Sambil berburu foto makro yang gagal melulu. Dan sambil menunggu satu tambahan anggota rombongan.


Setelah berkeliling sebentar, eh lama ding, kami pun menuju acara utama: makan. Semua makanan dan minuman hanya bisa dibeli dengan koin khusus. Kupikir semua koin sama nilainya. Ternyata ada tiga jenis koin dengan warna dan nilai yang berbeda: 20.000, 10.000, dan 5.000. Aku mencoba seblak spesial dan bandrek. Lapak seblak dan bandrek ini bersebelahan. Saat bertanya ke teteh seblak ke mana perginya yang jualan bandrek, ternyata si teteh seblak itu yang menjaga lapak bandrek. Satu orang berjualan di dua lapak. Setelah membeli makanan dan minuman, kami duduk di tempat makan terapung -- yang bikin pusing karena bergoyang-goyang. Soal rasa makanan? Meskipun sudah tahu bahwa seblak itu rasa kencurnya kuat, aku masih berharap sebaliknya. Dan ternyata memang kuat rasa kencurnya. Ya memang begitu bumbunya, Neng! Lalu bandreknya? Terlalu manis gaes. Seingatku bandrek di Aceh tidak semanis itu. Padahal minuman manis di Aceh sudah termasuk sangat manis. Apa bandreknya orang Sunda memang manis sekali? Entah. Setelah makan, kami salat. Di tempat salat tidak ada sandal jepit. Yang ada bakiak. Jadilah aku ke tempat wudhu memakai bakiak. Emang bisa pake bakiak? Enggak dong! Beberapa kali aku hampir jatuh. Memang yang paling juara itu sendal jepit.

Selesai salat kami kembali berkeliaran, salah satunya ke bagian yang berbau Jejepangan. Aku melihat tulisan kanji dan latin di papan. Tulisan latinnya sudah jelas dibaca Kyoto. Namun, aku masih bingung membaca kanjinya, yang ternyata juga dibaca kyouto (lengkapnya Kyouto no Shima). Bisa-bisanya aku membaca kanji kyouto menjadi toshi. Belajar kosa kata bahasa Jepang setiap hari serasa tidak ada bekasnya. Aku merasa gagal.

Taman Kyoto

Taman Kyoto


Setelah puas jalan-jalan di taman Kyoto, kami ke Rainbow Garden. Eh, atau Kota Mini ya? Aku lupa tulisan di pintu masuknya. Untuk masuk ke sana, kami harus membayar tiket lagi. Aku lupa berapa. Udah kaya orang kaya aja, nggak inget keluar duit berapa.

Di bagian ini banyak rumah dengan gaya macam. Ada rumah yang mirip kantor pos, rumah boneka, ada boks telepon umum seperti tempat Superman ganti baju, ada replika tempat isi bensin, macam-macam lah. Cocok sekali untuk yang suka berfoto. Aku sempat mencoba foto di salah satu rumah. Sayangnya hasilnya tidak bagus. Padahal tidak menghadap cahaya (backlight). Sebenarnya ingin mengambinghitamkan kawan yang memotret. Namun, sepertinya memang aku yang tidak fotogenik jadi hasil fotonya ya tidak bagus. Nasib.


Setelah puas foto-foto di Rainbow Garden, kami melanjutkan perjalanan ke Taman Begonia. Beberapa saat sebelum sampai ke sana, aku merasakan panggilan alam untuk mengeluarkan residu padat. Istilah singkatnya: mules. Gara-gara seblak? Bandrek? Atau gara-gara sarapan pedas yang kumakan di kereta? Entah. Yang jelas mulesnya tidak tertahankan. Untungnya bisa ditahan sampai kami tiba di Taman Begonia. Sampai di sana yang kucari bukan loket tiket melainkan toilet.

Setelah menuntaskan bisnis kotorku, aku menyusul kawan-kawan yang sudah menunggu di depan pintu masuk. Ternyata kalau membawa kamera kami dikenai biaya tambahan. Lagi-lagi aku lupa berapa bayarnya.

Setelah menjelajahi Floating Market yang luas, melihat Taman Begonia rasanya kecil sekali. Namun, banyak bebungaan yang cantik dan cocok untuk swafoto. Sebagai orang yang tahu diri kalau hasil swafotoku tidak akan bagus, aku tidak banyak swafoto. Aku malah berkeliling bergaya seperti fotografer mengambil foto bunga-bunga. Hasilnya, biasa aja. Hahaha!


Sebagian bunga di sana diberi penjelasan namanya. Sayangnya hanya sebagian. Kalau semuanya diberi keterangan, mungkin bisa dijadikan sarana belajar.

Selain bunga-bungaan, di sana juga ada kebun sayuran. Ada beberapa sayuran yang bisa dibeli. Mereka juga menjual kaktus yang lucu-lucu (lucu yang imut ya, bukan lucu lawak). Aku tergoda dan membeli satu. Jadinya, kenang-kenangan dari Lembang bukan hanya foto tapi juga ada kaktus. Semoga kaktusnya panjang umur.

6 komentar:

  1. Pas aku ke sini belom ada jejepangannya mb. Huhu. Jd pengin balik ke sini lagi

    BalasHapus
  2. waa sudah pernah kesini tapi cukup sekali aja
    hahahha makanannya overprice :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas ke sana udah dikasih tahu sih harganya kemahalan, tapi terlanjur lapar dan nggak bawa bekal makanan :D

      Hapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!