Kamis, 22 September 2016

Not Ranting, Just Whining

“Udah nggak di IPDS lagi mbak?”
“Nggak. Udah ada yang nggantiin.”
“Oh, udah digantiin sama yang lebih jago, ya?”
Deg!

I’m not mad. That’s the fact. Penggantiku memang jauh lebih jago soal TI. Hanya saja kalimat itu memperjelas fakta yang sudah terpampang nyata itu.

I’m a jack of none. Bukannya “jack of all trades, master of none”? Kalau "jack of all trades master of none" kan orang yang memiliki banyak skill di berbagai bidang tapi tidak benar-benar menguasai satupun dari bidang tersebut. Misalnya tahu statistik dan tahu teknologi informasi tapi sekadar tahu statistik deskriptif dan pengantar teknologi informasi. Ditanya soal analisis peubah ganda (multivariate analysis) maupun extreme programming cuma bisa garuk-garuk kepala. Kalau aku? Mengaku jack of one trade pun tidak berani. Sepertinya tidak ada bidang yang kukuasai (meskipun cuma kulitnya) dan bisa kubanggakan. Dulu di IPDS aku tidak tahu banyak soal teknologi informasi dan penggantiku jauh lebih baik. Sekarang di seksi baru yang membutuhkan pengetahuan tentang ekonomi, aku merasa pendahuluku lebih baik dariku. Seperti John Snow, I know nothing.

Dan kalimat penyemangat seperti “Kamu kan pinter. Kamu pasti bisa!” sama sekali tidak berpengaruh bagiku. Entah sejak kapan aku mulai tidak percaya kalau ada yang memujiku pintar. Reaksiku dalam hati, “Situ nyindir? Ngejek?” Orang yang nilainya pas-pasan sewaktu kuliah dibilang pintar? Kalau kata Eny sih, orang menganggapku pintar karena nilaiku jauh di atas nilai yang layak diperoleh dengan effort yang kukeluarkan. Iya, sih.

Dulu sekali ... aku lebih suka dipuji pintar daripada dipuji cantik. Sekarang? Entahlah. Hampir semua pujian malah terasa seperti ejekan. Aku cuma percaya pujian dari orang yang sudah lama dekat denganku. Pujian dari orang lain sama sekali tidak kupercaya, meskipun aku tidak serta merta mementahkan pujian mereka. Paling-paling reaksiku cuma “hehehe”. Kalau dipuji pintar, aku kadang menganggap mereka basa-basi atau menghiburku.  Kalau dipuji cantik, aku curiga dengan kesehatan mata mereka. Sebenarnya dipuji itu menyenangkan ... kalau kita percaya pujian itu benar. Kalau tidak percaya, ya ... ngenes.

Aku tidak merasa bodoh juga, sih. Aku bisa membaca, menulis, berhitung, bisa menggunakan komputer, bisa nge-blog. I’m not stupid, right? Aku percaya setiap orang punya kelebihan. Dan itu berarti aku juga punya kelebihan lain dibandingkan orang lain (selain kelebihan berat badan). Namun, ada kalanya rasa minder berlebihan itu muncul. Biasanya aku bisa berdamai dengan rasa minder itu. Bahkan, aku menjadikannya lelucon. Namun, kali ini rasanya sedih jadi orang yang “tidak tahu apa-apa” dan “tidak bisa apa-apa”. Dan aku cuma bisa melarikan diri dengan fangirling Arashi. Pathetic. I know. But that keeps me sane so I guess that’s OK.

Udah didadahin Abang, jangan sedih lagi, Neng!

6 komentar:

  1. Milo kamu pinter dan cantik banget yaaa... #percaya gak kalau aku yang ngomong? :p

    BalasHapus
  2. mbak Milo, kamu lucu dan kritis deh. Meski kupikir auramu sepertinya sedikit angker-sangar-menyeramkan. Percaya gak kalu kupuji begitu? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. lucu? berhubung selera humor kita kayanya sama anehnya, aku percaya deh. kalo kritis, nggak percaya deh.

      Hapus
  3. Setuju sama Mbak Enha...
    Angker-angker gitu, hahaha!

    Sama lah, aku juga nggak percaya kalau ada yang ngatain pintar.
    Mana dulu SMA ranking 1 mulu... padahal itu kepintaran semu T.T T.T #songong
    Tapi kadang berasa pinter juga, tadi pagi pas tes potensi dasar salah satu rekrutmen, aku bisa ngerjain part ngitungnya semua, gak kosong wkwkwk #songonglagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haish, kenapa semua orang nganggep aku angker? Emang postingan blog-ku isinya ngamuk semua? *padahal emang iya*

      Dilarang sombong di sini :p

      Hapus

Silakan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda bahwa teman-teman sudah membaca tulisan ini.. Tapi, tolong jangan menggunakan identitas Anonim (Anonymous), ya.. Dan juga, tolong jangan nge-SPAM!!!