“Udah nggak di IPDS lagi mbak?”
“Nggak. Udah ada yang nggantiin.”
“Oh, udah digantiin sama yang lebih jago, ya?”
Deg!
I’m not mad. That’s the fact. Penggantiku memang jauh lebih jago soal TI.
Hanya saja kalimat itu memperjelas fakta yang sudah terpampang nyata itu.
I’m a jack of none. Bukannya “jack of all trades, master of none”? Kalau
"jack of all trades master of none" kan orang yang memiliki banyak skill di
berbagai bidang tapi tidak benar-benar menguasai satupun dari bidang tersebut. Misalnya
tahu statistik dan tahu teknologi informasi tapi sekadar tahu statistik
deskriptif dan pengantar teknologi informasi. Ditanya soal analisis peubah
ganda (multivariate analysis) maupun extreme programming cuma bisa garuk-garuk
kepala. Kalau aku? Mengaku jack of one trade pun tidak berani. Sepertinya tidak
ada bidang yang kukuasai (meskipun cuma kulitnya) dan bisa kubanggakan. Dulu di
IPDS aku tidak tahu banyak soal teknologi informasi dan penggantiku jauh lebih
baik. Sekarang di seksi baru yang membutuhkan pengetahuan tentang ekonomi, aku
merasa pendahuluku lebih baik dariku. Seperti John Snow, I know nothing.
Dan kalimat penyemangat seperti “Kamu kan pinter. Kamu pasti bisa!” sama
sekali tidak berpengaruh bagiku. Entah sejak kapan aku mulai tidak percaya kalau
ada yang memujiku pintar. Reaksiku dalam hati, “Situ nyindir? Ngejek?” Orang
yang nilainya pas-pasan sewaktu kuliah dibilang pintar? Kalau kata Eny sih, orang
menganggapku pintar karena nilaiku jauh di atas nilai yang layak diperoleh
dengan effort yang kukeluarkan. Iya, sih.
Dulu sekali ... aku lebih suka dipuji pintar daripada dipuji cantik.
Sekarang? Entahlah. Hampir semua pujian malah terasa seperti ejekan. Aku cuma
percaya pujian dari orang yang sudah lama dekat denganku. Pujian dari orang
lain sama sekali tidak kupercaya, meskipun aku tidak serta merta mementahkan pujian
mereka. Paling-paling reaksiku cuma “hehehe”. Kalau dipuji pintar, aku kadang
menganggap mereka basa-basi atau menghiburku.
Kalau dipuji cantik, aku curiga dengan kesehatan mata mereka. Sebenarnya
dipuji itu menyenangkan ... kalau kita percaya pujian itu benar. Kalau tidak
percaya, ya ... ngenes.
Aku tidak merasa bodoh juga, sih. Aku bisa membaca, menulis, berhitung,
bisa menggunakan komputer, bisa nge-blog. I’m not stupid, right? Aku percaya
setiap orang punya kelebihan. Dan itu berarti aku juga punya kelebihan lain
dibandingkan orang lain (selain kelebihan berat badan). Namun, ada kalanya rasa
minder berlebihan itu muncul. Biasanya aku bisa berdamai dengan rasa minder
itu. Bahkan, aku menjadikannya lelucon. Namun, kali ini rasanya sedih jadi
orang yang “tidak tahu apa-apa” dan “tidak bisa apa-apa”. Dan aku cuma bisa
melarikan diri dengan fangirling Arashi. Pathetic. I know. But that keeps me
sane so I guess that’s OK.
![]() |
Udah didadahin Abang, jangan sedih lagi, Neng! |
Milo kamu pinter dan cantik banget yaaa... #percaya gak kalau aku yang ngomong? :p
BalasHapusgak percaya :D
Hapusmbak Milo, kamu lucu dan kritis deh. Meski kupikir auramu sepertinya sedikit angker-sangar-menyeramkan. Percaya gak kalu kupuji begitu? :D
BalasHapuslucu? berhubung selera humor kita kayanya sama anehnya, aku percaya deh. kalo kritis, nggak percaya deh.
HapusSetuju sama Mbak Enha...
BalasHapusAngker-angker gitu, hahaha!
Sama lah, aku juga nggak percaya kalau ada yang ngatain pintar.
Mana dulu SMA ranking 1 mulu... padahal itu kepintaran semu T.T T.T #songong
Tapi kadang berasa pinter juga, tadi pagi pas tes potensi dasar salah satu rekrutmen, aku bisa ngerjain part ngitungnya semua, gak kosong wkwkwk #songonglagi
Haish, kenapa semua orang nganggep aku angker? Emang postingan blog-ku isinya ngamuk semua? *padahal emang iya*
HapusDilarang sombong di sini :p