“IPK-ku paling rendah dibandingin temen-temen satu bimbingan,” keluh seorang teman yang cumlaude.
“Nilai-nilaiku AB semua. Targetku kan A,” kata seseorang pada temannya yang baru saja melihat kalau dia sendiri mendapat satu nilai B-.
“Masa ya nilaiku A-. Padahal si X dapet A,” begitu obrolan yang didengar Y. Si Y, yang mendapat nilai B- ingin menyela obrolan mereka dan berkata, “Man, lo untung dapet A-. Gue B-. Dikit lagi nggak lulus gue!” Tapi, dia urung mengatakannya.
Dulu, makhluk-makhluk yang kuceritakan tadi adalah makhluk menyebalkan. Nggak bersyukur banget, sih! Namun, lama-lama aku sadar. Setiap orang memiliki target yang berbeda. Setiap orang mengharapkan hasil yang berbeda. Mungkin mereka yang kecewa tidak mendapatkan nilai A sudah belajar mati-matian sampai kurang tidur sehingga merasa layak mendapatkan nilai A. Mungkin mereka yang mendapat nilai A- merasa mengeluarkan effort yang sama dengan mereka yang mendapat nilai A sehingga merasa mereka juga seharusnya mendapat nilai A. "I deserve to get the perfect score," mungkin begitu pikir mereka. Mungkin juga mereka adalah orang yang memiliki prinsip seperti stereotip orang Asia, kalau mendapatkan nilai di bawah A mereka akan merasa menjadi “disgrace of the family”. Aku tidak bisa menyamakan target dan ekspektasi mereka seperti target dan ekspektasiku. Aku termasuk yang cukup puas dengan nilai B+. Nilai A- sudah membuatku sangat gembira. Namun, tidak semua orang memiliki target sesederhana targetku, tidak semua orang hidup "seakan tanpa motivasi" seperti diriku.
Tidak bersyukur? Well, entahlah. Aku tidak yakin menghubungkan nilai mata kuliah dengan bersyukur. Apakah mereka yang mengeluh karena tidak mendapat nilai sempurna dapat dianggap tidak bersyukur? Apa bisa menyamakan mereka dengan orang kaya yang selalu merasa kurang dengan hartanya? Tidak sesederhana itu. Bukan hakku mengatakan "tidak pandai bersyukur" mereka yang merasa sudah memberikan usaha terbaik lalu kecewa pada hasilnya. Tapi, mungkin mereka yang sering berkata "Do the best, let God do the rest" akan lebih bijak menyikapi hasil yang tidak sesuai harapan dan (kelihatannya) tidak sesuai usaha. Istilah relijiusnya: sudah melakukan ikhtiar terbaik, selanjutnya tawakkal, setelah tahu hasilnya ya qona'ah. Kira-kira begitu. Tapi, orang yang ikhtiar-nya pas-pasan sepertiku mana pantas menasihati mereka yang ikhtiarnya sudah maksimal? Lha wong yang kuandalkan selama ini cuma kekuatan doa, bukan ikhtiar.
Jadi, inti tulisan ini APA? Tidak ada intinya. Hanya ingin menghibur teman-teman yang sepertiku, nilai pas-pasan tapi sering dicurhati teman yang nilainya lebih baik dan dia menganggap nilainya masih kurang. Tidak perlu mengomel pada mereka dan mengatakan mereka tidak bersyukur dan tidak perlu galau. Apalagi kalau usaha mereka jauh lebih besar dari usaha kita. Meskipun lama-lama perih juga. Membuat kita merasa seperti butiran debu, remukan rempeyek, insignificant living things. Dan kalau usahamu sudah sebesar mereka tapi nilaimu lebih jelek dari mereka lalu dicurhati tentang nilai mereka yang "jelek" ... tabahkan hatimu.
Iya, Mil, iya..... Ga curhat lagi... #eh
BalasHapusbaguuuus! curhatnya sama yang nilainya A semua aja ya :p
HapusMilo, di sini urusan nilai itu bener-bener privasi loh. Transkrip itu disegel dan ada cap 'confidential'-nya. Nanya nilai yang didapet orang laen juga gak sopan. Jadi kalo gak deket banget dan orangnya bilang sendiri, yaaa ... gak akan ketauan nilainya. Gitu aja sih. Gak nyambung sama post-nya yak? Heheheee.... :D
BalasHapushooooooo,confidential ya? baru tau.
Hapusdi sini, ada beberapa nilai matkul yang dipublish umum sih. jadi, kalo tau npm temen, otomatis tau nilainya juga.
Butiran debu sama rempeyek. Wahahahah. Ada rempeyek juga disebut di sini. Heihiehie. Ahayy, Cenilan fave saya disebut di sini. Hiehiehiheheiiee
BalasHapus*sodorin rempeyek virtual*
HapusDija suka rempeyek udang atau teri tante
Hapuskalo rempeyek kacang, Dija kurang suka
Tante suka rempeyek rasa apa?
strawberry?
strawberry mah enaknya buat temen pancake, bukan dibikin rempeyek :p
Hapus