Ada hal yang menyebalkan saat kuliah malam ini. Awalnya, sih, biasa-biasa saja. Tapi, semakin kupikirkan jadi terasa menyebalkan. Saat itu temanku (yang sesama pegawai BPS) menjelaskan kendala yang dia alami saat mengumpulkan data dari instansi lain. Kemudian ada temanku yang lain (bukan pegawai BPS) berkata lebih kurang begini, "Kalau pekerjaan BPS cuma mengumpulkan data dari instansi lain, BPS nggak ada kerjaan, dong? Buat apa ada BPS?" Berhubung dosennya juga sepertinya tidak tahu mengenai pekerjaan-pekerjaan BPS, dia juga seolah mengamini komentar tadi. Salah satu komentarnya mengenai pekerjaan BPS yang "hanya" mengumpulkan data dari instansi lain lebih kurang begini, "Mending BPS dihapus saja. Atau semua pekerjaan itu dikerjakan sama BPS saja, tidak usah dikerjakan instansi lain." Dan sayangnya waktu kuliah sudah hampir habis jadi tidak sempat ada yang membantah komentar tersebut.
Awalnya aku menganggap itu wajar karena dia tidak bekerja di BPS. Dan aku cuma berpikir kalau dia mengatakan hal itu di depan KSK (Koordinator Statistik Kecamatan), dia pasti sudah jadi dendeng. Tapi, setelah dipikir-pikir, rasanya tidak etis menjatuhkan instansi di depan umum (di depan kelas termasuk umum, kan?). Apalagi dia langsung berkata seperti itu tanpa konfirmasi ke orang-orang yang bekerja di BPS apakah benar mereka tidak ada pekerjaan seperti yang dia asumsikan. Kalau mengingat hal itu, rasanya sebal. Di saat teman-temanku senewen karena beban pekerjaan yang makin berat, ada orang yang mengatakan mereka tidak ada pekerjaan. Kalau komentar dosen, sih, aku tidak terlalu peduli. BPS dihapus? Terserah. Itu urusan para petinggi.
Tapi, gara-gara kejadian itu aku jadi tahu rasanya kalau ada orang yang menghakimi kita tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Istilah kerennya tanpa tabayyun. Jadi, harus hati-hati jangan sampai menghakimi seseorang dan berkata, "Alah, instansi ini mah nggak ada kerjaan. Cih, dinas itu mah kerja enggak korupsi banyak. Bah, orang-orang di kantor itu kerjanya cuma ngerumpi." Jangan gitu, ya, Milo! Kita tidak tahu apakah seseorang bekerja keras atau tidak.
Aku juga jadi berpikir, jangan-jangan banyak yang berpikiran sama seperti temanku yang menuduh BPS tidak punya pekerjaan. Sebagai informasi saja, BPS punya pekerjaan selain mengumpulkan data dari instansi lain, yaitu sensus dan survei. Sensus dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus ini ada tiga, yaitu sensus penduduk, sensus pertanian, dan sensus ekonomi. Sensus penduduk dilakukan pada tahun berakhiran 0, misalnya 1990, 2000, 2010, 2020. Sensus pertanian dilakukan pada tahun berakhir 3, misalnya 1993, 2003, 2013, 2023. Sensus ekonomi dilakukan pada tahun berakhiran 6, misalnya 1996, 2006, 2016, 2026. Survei yang dilakukan BPS juga banyak. Ada Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), dan survei Industri Mikro dan Kecil (IMK) yang dilakukan secara triwulanan, ada survei Harga Pedesaan yang dilakukan setiap bulan, ada Survei Harga Konsumen yang dilakukan setiap bulan tapi di hanya di daerah tertentu, ada survei Industri Besar dan Sedang (IBS), survei konstruksi, ubinan, dan survei lainnya. Selain itu, masih ada pendataan lain seperti pendataan Potensi Desa (PODES) yang biasanya dilakukan dua tahun sebelum sensus. Dari SUSENAS akan kita dapatkan nilai indikator sosial ekonomi misalnya tingkat konsumsi per kapita per bulan (konsumsi makanan dan nonmakanan), garis kemiskinan, tingkat kemiskinan, indikator perumahan misalnya jumlah rumah tangga yang buang air di jamban sendiri (bukan di sungai atau di jamban tetangga), dan sebagainya. Dari SAKERNAS akan kita dapatkan data jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), tingkat pengangguran, dan sebagainya. Dari Survei Harga Konsumen akan kita dapatkan data inflasi.
Yah, begitulah pekerjaan BPS terutama di level kabupaten. Masih menganggap BPS tidak punya pekerjaan? Yo wis. Karepmu.
hahaha sabar yu...
BalasHapusbanyak yang ga mikir kalo mau merencanakan sesuatu itu butuh data
hiks. entah dia belum tahu soal butuh data buat perencanaan, atau dia udah tahu tapi mikirnya data dari BPS itu cuma hasil kompilasi dari instansi lain doang..
HapusBPS = Biro Pusat Statistik?
BalasHapusdulu biro, sekarang badan.
HapusSemoga siapa pun yang berburuk sangka kepada kita, menilai negatif kepada kita, diampuni oleh Allah dan dibuka mata hatinya sehingga tersadar dengan kekeliruannya, ya.
BalasHapusAamiiiin :)
Hapusiya...kita kan kerjaannya cuma jalan-jalan. mendaki gunung lewati lembah. Hhhhhhhh..... kasiyan yah temenmu itu, Mil, nggak gaool :D :D
BalasHapusiyo ik, aku curiga dia nggak gaul. perasaan kalo kita ada kegiatan kan ada sosialisasi ke dinas2 ama ke kecamatan ya..
HapusMungkin temenmu tinggalnya lebih mblusuk dr kita, mil, jd kudet :p
HapusBisa jadi! Bisa jadi!
HapusBaru tau kalau dikau kerja di BPS, Mil :D
BalasHapusups, ketahuan deh sekarang :D
HapusXIxixi.... yyen aku kerjane mancing mil, yo ben diarani pengangguran :p
BalasHapusmancing kerusuhan? :p
Hapusooo jadi kamu kerja di BPS, jago statistik donk ;P
BalasHapushihi, enggak kok :D
HapusMungkin BPS butuh melakukan pencitraan lebih banyak lagi mbak. Biar semua orang paham kerja di BPS itu ngapain aja.
BalasHapuspencitraan ya? padahal tiap ada kegiatan gede udah ada sosialisasi lho..
Hapusberarti sosialisasinya kurang ngefek tuh mbak. Mungkin proses sosialisasinya kurang maksimal. :v
BalasHapusbtw, dulu keknya aku pernah baca tulisan mbak Milo, yg tentang temennya mbak Milo nyari istri buat dijadiin tukang cuci, atau sebangsanya. Itu linknya atau judul tulisannya apaan ya mbak? Aku lupa. Cariin lagi donk mbak. *dikeplak* ya ya ya... :D
Mungkin gitu ya. Atau mungkin tiap kabupaten beda2. Di kabupaten tempat dia kerja mungkin ga seheboh di kabupaten kami.
Hapus