Minggu, 21 September 2014

Menyesal

Kena batunya. Kalimat itu tepat sekali menggambarkan keadaanku saat ini. Procrastinator sejati. Hobi menunda-nunda. Ada tugas yang deadline hari ini pukul 09.50, dan sejak kemarin aku hanya gegoleran tak jelas. Tadi padi mulai mengerjakan, malah bingung. Siangnya tidur. Setelah itu, heboh mengerjakan. Tapi, baru selesai pukul sepuluh tadi. Sudah tidak bisa upload di website. Terlambat.

Mau nangis? Ya, silakan. Nangis yang kenceng. Tidak akan bisa mengubah keadaan. Waktu tidak akan berputar kembali ke pukul 09.50.

Mau mengeluh? Nggak malu? Salahmu dewek, nok. Semua perbuatan, semua keputusan, ada akibatnya. Berani berbuat, harus berani menghadapi risikonya. Berani menunda-nunda, harus berani menghadapi risiko terparah.

Menyesal? Ah, tidak ada gunanya. Penyesalan memang datangnya belakangan. Iya. Dan kadang, orang yang terlalu ndableg memang harus mengalami hal ekstrim bin tragis agar sadar dengan kesalahannya dan mau memperbaiki diri. Seperti kata Gandalf, tangan yang terbakar lebih efektif untuk mengingatkan bahaya api. Sekarang tinggal berdoa saja, semoga tangan yang terbakar itu tidak terlalu parah lukanya. Penyesalan memang tidak bisa mengubah keadaan. Tapi, menyesal dan memperbaiki diri lebih baik daripada tidak menyadari kesalahan.

Kali lain, jangan menunda-nunda lagi. Kali lain, jangan bermalas-malasan lagi. Kali lain, harus lebih semangat, fokus, dan istiqomah belajar. Jangan tergoda untuk gegoleran ataupun internetan nggak jelas. Dan semoga masih ada kesempatan lain. 

Waktunya introspeksi diri. Waktunya memperbaiki diri.

Sabtu, 20 September 2014

Udik + Impulsif + Jakarta = ???

Belum sebulan aku tinggal di Jakarta, aku sudah menggelandang beberapa kali. Padahal, dulu, hampir lima tahun tinggal di Jakarta, aku jarang sekali bepergian. Belum tentu dalam sebulan ada agenda jalan-jalan. Dan sekarang, justru sebaliknya. Rasanya tidak betah tinggal di kos. Mungkin karena aku lama tinggal di luar Jawa yang minim tempat rekreasi. Ada, siiiih, tapi jauh. Kalau di Jakarta? Tinggal naik Transjakarta. Seperti orang yang sudah lama tidak makan. Begitu melihat makanan, rasanya semua ingin dimakan. Begitu juga aku. Rasanya ingin berkeliling ke semua tempat dan menikmati fasilitas yang tidak bisa kudapatkan di daerah.

Penggelandangan pertama adalah hari Senin, 8 September. Tujuannya: Gramedia. Awalnya aku tidak berniat ke sana. Niat semula adalah nonton di XXI Atrium sepulang kuliah. Tapi, berhubung aku tidak hafal bioskopnya di lantai berapa dan aku tidak punya teman yang bisa diajak nonton (plus jadi penunjuk jalan), aku pun memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan (di dalam Transjakarta), aku tergoda untuk ke Gramedia. Akhirnya setelah sampai di halte Tegalan aku pun turun, dan ngucluk ke Gramedia. Iya, aku impulsif. Padahal Gramedia adalah tempat hangout paling berbahaya bagiku. Kenapa? Karena kalau sudah ke Gramedia, aku harus siap-siap mengeluarkan uang banyak karena khilaf membeli buku. Daaan, memang akhirnya khilaf. Tapi, tidak menyesal, sih, karena ada novel lanjutan dari novel yang sudah pernah kubaca. Ada Bite-Sized Magic (The Bliss Trilogy) dan 21 (The Chronicles of Audy).

Sabtu, 06 September 2014

Belajar Bahasa Inggris dari Sherlock (4): The Hound of Baskerville


Setelah belajar dari Sherlock episode The Empty Hearse, The Sign of Three, dan The Blind Banker, kali ini giliran episode favoritku: The Hound of Baskerville (Sherlock season 2 episode 2). Here we go!

No. Cold turkey, we agreed, no matter what (John, to Sherlock)
cold turkey = abrupt and complete withdrawal from the use of an addictive substance, esp. a narcotic drug, or nicotine.
no matter what = in any event; without any regards to what happens (in the future); whatever the conditions are.
Kalimat “No. Cold turkey, we agreed, no matter what” ini adalah jawaban John ketika Sherlock memintanya untuk menunjukkan di mana dia menyembunyikan rokok Sherlock. Jadi, maksud John adalah mereka berdua sudah sepakat bahwa Sherlock akan berhenti merokok apapun yang terjadi. Dan berhenti di sini adalah berhenti total secara sekaligus, bukan bertahap.

Anyway, you’ve paid everyone off, remember? No one within a two-mile radius will sell you any (John, to Sherlock)
pay someone off = to pay what is owed to a person; to bribe someone.
Di antara kedua arti di atas, yang lebih sesuai dengan kalimat John adalah yang kedua. Maksud John adalah Sherlock sudah membayar semua orang di lingkungan tempat tinggalnya dalam radius dua mil agar mereka tidak menjual rokok kepadanya.

Don’t pin your hopes on that cruise with Mr Chatterjee, he’s got a wife in Doncaster nobody knows about (Sherlock, to Mrs. Hudson)
pin your hopes on something/somebody = to hope that something or someone will help you achieve what you want; to depend on someone or something for a successful result.
Nah, untuk yang satu ini aku masih agak bingung. Tapi, sepertinya maksud Sherlock adalah agar Mrs. Hudson tidak terlalu berharap bahwa liburannya dengan Mr. Chatterjee akan terwujud atau berjalan lancar karena sebenarnya dia sudah punya istri di Doncaster. Sepertinya begitu.

In your own time. But quite quickly (Sherlock, to Henry)
in one’s time = at one’s own rate; at a time and a rate decided by oneself.
Yang ini juga agak sulit menjelaskannya. Tapi, sepertinya kalimat “In your own time” lebih kurang maksudnya tidak perlu buru-buru, mirip dengan “Take your time” tapi mungkin beda kondisi. Mungkiiin.